Sambil menuruni anak tangga, Farhan mengecek ponsel. Pesan baru dari Lili membuat bibirnya menarik senyuman samar. Ia sengaja tidak membuka pesan itu, biar nanti saja setelah live. Yang penting kan dia sudah tahu jawaban Lili. Tinggal mikirin mau ajak Lili jalan ke mananya, aja. Yang pasti sih harus tempat yang aman, dia juga ogah dianggap playboy karena kabar berakhirnya kedekatan Farhan dan Vio belum sampai ke publik. Mungkin dia bakal ajak Lili ke pusat perbelanjaan atau kafe di pinggiran kota. Entah deh, nanti aja milihnya.
"Fiki jangan lama-lama!" teriaknya.
"Iya, Baaang!" jawab Fiki dari kamar dengan teriakan pula.
Farhan memasukkan ponselnya ke saku celana, ia masih menyunggingkan senyuman. Jujur, Farhan sendiri nggak paham kenapa dia bisa sebahagia itu padahal Lili hanya menerima ajakannya, tapi karena terasa menyenangkan Farhan rasa ia tidak keberatan merasakan ini lebih lama.
"Yo-yoo, kerja! Kerja! Kerjaaa!" serunya ketika sampai di tangga terbawah, lalu duduk di sana. Pundak kanannya bersandar pada pagar tangga
"Widih, semangat banget lo, Bro!"
Farhan menatap Gilang yang sedang memasukkan mie kedalam mulut. "Woiya harus lah, Lang! Harus semangat, kan gue cowok."
Member lain terkekeh. Shandy menatap Farhan, ia mengernyit kemudian beralih ke Fajri. "Ji! Si Farhan kesambet setan apa, sih?"
"Kesambet setan galau kali, kan habis diputusin Kak Vio."
Farhan mendelik, ia bangkit lalu berbalik dan menoleh. Di sofa bawah, ada Fajri yang mendongak menatapnya. "Eh, Ji, jangan bahas-bahas Vio lah."
Atensi member lain tertuju padanya dan Fajri.
Fajri tersenyum mengejek. "Kenapa, Bang? Lo takut gamon?"
Farhan tertawa sarkas. "Apa? Takut gagal move-on? Nggak mungkin, lah, kan udah move-on!" jawabnya pongah.
"Hahaha, nggak percaya gua."
"Ajii!" seruan Farhan dibalas cengiran oleh Fajri.
"Heleh!" Shandy langsung memasang wajah mengejek yang menyebalkan di mata Farhan. "Kin idih miv-in. Preet!"
"Kalian tahu nggak?" Shandy beralih ke teman-teman. Yang dijawab dengan gelengan.
"Eh Shan, mau ngomong apa Lo?!" panik Farhan yang menyadari arah pembicaraan Shandy.
Shandy menyengir. "Cuma mau mengungkapkan kebenaran aja, sih."
"Kebenaran apa, tuh?" tanya Fiki yang baru turun. Ia ikut bergabung di sisi kiri Fenly. Soalnya emang tinggal itu tempat yang kosong selain kursi piano.
Dengan wajah bersemu Farhan bilang, "Shandy diem nggaak!"
"Enggak, gue nggak diem."
"Itu perintah bukan pertanyaan kampreeet!" sewot Farhan. Shandy ngakak puas banget. Gilang juga cengengesan, ia baru saja selesai makan. Cowok itu bangkit dan mengarah ke dapur.
Fenly menatap Shandy yang duduk di sampingnya sambil cengengesan, emang Shandy tuh iseng kebangetan. "Emang kebenaran apa sih, Kak?
Shandy menoleh. "Lo mau tahu?" Fenly mengangguk. "Kalian juga mau tau?" Ia bertanya pada Fajri, Ricky dan Zweitson yang duduk di sofa lain.
Anggukan ketiganya membuat Farhan tambah greget. Ia melangkah dengan tergesa, niatnya mau membungkam mulut Shandy biar nggak bicara, tapi Shandy lebih dulu berseru. "Dua hari lalu Farhan masih nge-stalk si Vio," Tangan Shandy terangkat untuk menahan tangan Farhan yang hendak menutup bibirnya. "tapi malah kepencet like."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Fajri | Un1ty
Fanfiction______ Terkadang cinta itu berawal dari sesuatu yang tidak terduga. Pertemuan yang tidak disengaja. Interaksi yang awalnya biasa saja pada suatu waktu tiba-tiba bisa berubah menjadi pemicu ketar di dada. "Ketika rasa bertepuk sebelah tangan, ada ba...