"Hah?! Mau ngapain?"
"Ya pengen nyusul aja."
Farhan menggeleng. "Enggak, ah! Nggak usah."
"Iiih, boleh dong, Bang! Gue, gue juga mau beli buku, nih."
"Ya beli aja sana sendiri, atau minta temenin Zweitson, kek. Gue juga udah kelar urusan di gramednya, Ji."
"Oh, udah mau pulang?"
"Enggaklah, rencananya gue mau makan siang, terus sama ke Timezone nanti." setelah mengatakan itu, Farhan sadar kalau dia sudah salah ngomong, ia menepuk jidatnya. Salah oy! Harusnya nepuk mulut, Farhan membatin. "Oh, iya!" seru Farhan kecil, dilanjut menepuk mulutnya.
"Iyaaah?! Iihh ikut dong, gue udah lama nggak ke Timezone, nih. Gue juga gabut banget di rumah."
Tuh kan, bener kan, Farhan salah ngomong. Farhan pun menghela napas capek, kalau udah gini ia nggak mungkin ngelarang lagi, kan?
"Ck yaudah deh serah lo, nanti gue sharelock tempat makannya," ujar Farhan, disusul dengan sorak riang Fajri dari seberang telpon.
*
Farhan mendatangi Lili yang sudah selesai dengan urusannya, gadis itu sudah menenteng kantung plastik elastis berwarna putih dengan logo Gramedia di tangan kanannya.
"Udah?" Lili mengangguk.
"Yaudah, yuk." Farhan ngajak Lili beranjak dari sana. Mereka sedang melewati lobby saat Farhan berdeham. "Oh iya, sorry tadi gue nggak berniat apa-apa. Apalagi bikin lo ngerasa diremehkan atau semacam-"
"Gak apa, santai aja," potong Lili. Tatapan mereka bertemu. Lili tersenyum kecil sambil mengangkat bahu.
Farhan nganga sebentar lalu mengangguk dengan ragu-ragu. "Oh, okey." Abis itu mereka sama-sama diam, sampai tanpa sadar Farhan dan Lili tidak lagi sejajar.
Farhan melewati pintu keluar disusul oleh Lili satu langkah di belakangnya. Baru aja empat langkah dari pintu Farhan memutar tubuh jadi menghadap Lili, karena terlalu tiba-tiba Lili hampir aja nabrak Farhan tuh, si Farhan akhirnya say sorry karena Lili sampai istigfar gitu. Udah kayak abis ngeliat penampakan aja.
"Kebiasaan lo, ngagetin kayak setan."
Farhan nyengir. Terus katanya, "Ya maap. Oh iya, lo nggak buru-buru pulang, kan?"
"Kenapa emang?" tanya Lili.
"Gue mau ajak lo makan siang dulu soalnya, mau kan? Kita pulang agak sorean gapapa, kan?"
Lili diem, nggak langsung jawab. Dari wajahnya sih keliatan kayak lagi mempertimbangkan ajakan Farhan.
"Kebiasaan lo, lama banget mikirnya. Tinggal iyain aja susah banget," kata Farhan disusul dengan tawa kecil.
Lili meringis, lalu mengangguk kecil. "Iya udah, deh."
****
Satu setengah jam kemudian Lili udah duduk di dalam sebuah restoran kawasan PIK Jakarta Utara, lokasinya lumayan jauh dari toko buku tadi. Di hadapan mereka ada meja segi empat lumayan lebar dengan dua bangku panjang yang berhadapan.
Sejak sepuluh menit lalu Lili ngerasa terjebak dalam situasi awkard gitu, soalnya tiba-tiba aja Fajri menghampiri mereka. Kedatangan Fajri tadi jelas bikin Lili kaget banget, tapi yang bikin Lili tambah kaget lagi itu sewaktu ada orang lain yang ikut duduk dengan mereka. Lili nggak tahu itu siapa, tapi kalau dilihat sih kayaknya cowok itu masih satu grup sama Farhan dan Fajri soalnya tadi Farhan sempat nyebut nama cowok itu sekalian nanya dengan bahasa teman gitu. Tau kan bahasa teman? Ya intinya gitu, deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Fajri | Un1ty
Fanfiction______ Terkadang cinta itu berawal dari sesuatu yang tidak terduga. Pertemuan yang tidak disengaja. Interaksi yang awalnya biasa saja pada suatu waktu tiba-tiba bisa berubah menjadi pemicu ketar di dada. "Ketika rasa bertepuk sebelah tangan, ada ba...