Pertemuan Farhan dengan Lili tiga minggu lalu nyaris menjadi pertemuan pertama dan terakhir mereka, setidaknya itu yang Fajri ketahui. Jadwal manggung dan wawancara Un1ty akhir-akhir ini cukup padat, mungkin itu juga yang menjadi alasannya. Fajri sih seneng-seneng aja, ya, soalnya kan itu berarti dia gak perlu terlalu khawatir sama Lili.
Fajri sedang duduk di ruang tamu, ia mengenakan celana training semata kaki dan kaos putih polos, dia lagi nunggu Zweitson sama Fiki, rencananya sih mereka bertiga mau lari sore di sekitaran komplek.
Karena gabut kan tuh, akhirnya dia buka Instagram, mengecek beberapa snapgram following-nya, sampai tiba-tiba Fajri iseng tekan tombol back lalu ke kolom pencarian, dia jadi keinget Lili.
Pas mampir ke akun Lili, Fajri agak kaget karena followers akun itu udah nambah drastis dalam waktu tiga minggu. 871, itu yang tertera di sana. Fajri jadi mikir, "Kok bisa?"
Fajri menekan poto profil Lili, untuk melihat snapgram gadis itu. Dia agak mengernyit, soalnya snapgram Lili lumayan banyak. Story pertama diunggah tujuh belas jam lalu, Lili me-repost snapgram yang memuat foto tangkap layar yang dipenuhi tulisan, di foto itu sang pengunggah menyelipkan emoji menangis diikuti keterangan, "Wah mewek aku, Kak, @FirlianAntas". Fajri terdiam sebentar kemudian menekan layar untuk pergi ke story selanjutnya, masih sama. Lili me-repost snapgram akun lain. Fajri tidak terlalu tertarik, jadi dia kembali menekan layar. Tetapi, masih begitu terus sampai tujuh snapgram selanjutnya. Setelah itu story selanjutnya memuat tulisan yang berlatar warna gradasi, telah diunggah dua jam lalu. Fajri agak penasaran, jadi dia membacanya.
Tulisan yang tertera begini, "Aku mau berterima kasih buat kalian semua. Makasih banget udah mau baca ceritaku, jujur aku terharu ngeliat antusias kalian. Makasih juga udah nyemangatin aku. Sayang banget sama kalian." Gadis itu membubuhkan emoji love di akhir kalimatnya. Kini, Fajri mengangguk kecil sambil ber'oh'ria. Ia mulai mengerti. Lalu story selanjutnya—sekaligus yang terakhir—berisi foto tangkap layar, tapi kali ini Lili yang mengunggah sendiri.
"Happy 13k readers buat Sunnov! Thanks all." Begitulah keterangan yang Lili beri. Entah kenapa Fajri jadi ingin membalas story itu, jadi langsung mengetik sesuatu kemudian mengirimnya.
Nggak butuh waktu lama ternyata, notifikasi balasan dari Lili tertera di layar ponsel Fajri.
Isinya begini, "Wah, thank you Fajri!"
Terus Fajri balas, "Sama-sama, sukses ya sama novelnya." Lalu beberapa detik kemudian Lili menyukai pesan itu.
Udah gitu aja, percakapan mereka selesai. Sesingkat itu, tapi entah kenapa Fajri jadi ngerasa senang. Senang karena Lili udah menemukan jalan karier-nya.
"Woi! Cie senyum-senyum,"
Pundaknya ditepuk, ia menoleh. Ternyata Fiki, nggak jauh di belakang cowok itu ada Zweitson yang mendekat.
Fajri cuma nyengir, kemudian beranjak dari duduknya. "Yaudah, yuk," katanya.
Mereka baru aja keluar drom sewaktu ponsel Fiki berdering, karena Fiki berhenti melangkah akhirnya Fajri dan Zweitson ikutan berhenti sambil memperhatikan Fiki yang sibuk mengecek ponselnya.
"Hallo?" sapa Fiki ketika ia menempelkan ponselnya ke telinga.
"Enggak sibuk, sih, kenapa emang?"
Sambil menunggu Fiki, Fajri mengeluarkan ponselnya. Zweitson pun melakukan hal yang sama. Meskipun begitu mata keduanya tetap sesekali melirik Fiki.
"emang gapapa? ... Ya, bisa aja, sih." Fiki mengangguk-angguk, membuat Fajri sedikit mengernyit. Lalu Fiki kembali berbicara, "Iya, serius. Enggak, tadinya mau olahraga sore, tapi ya, nggak apa, nggak jadi, gue kesana aja."
Perkataan Fiki jelas bikin kedua temannya hampir protes, mereka saling berpandangan dan mouthing ke Fiki yang ditanggapi dengan jari telunjuk di depan bibir, mengintrupsi agar keduanya diam.
"Iya, yaudah sampai ketemu ya." Fiki mengakhiri teleponnya. Terus detik itu juga Zweitson protes.
"Kok gitu sih, Fik? Masa nggak jadi?"
"Tau nih, nggak liat gue udah serapi ini?" sambung Fajri.
Fiki nyengir. "Ya, maap. Ya, kalian kan bisa berdua aja, kan? Gue nggak jadi ikut, ya, plisss?" bujuk Fiki.
Zweitson sebel banget, terus dia bilang, "Dih lu mah gitu, parah. Padahal tadi yang paling lama nungguin, lo." Fiki jadi ngerasa bersalah, tapi dia udah mengiyakan tadi. Fiki jadi bingung.
"Hmm..." Fiki bergumam, sambil mikir. Wajahnya jadi agak lesu gitu.
Zweitson akhirnya menghela napas. "Emang lo mau pergi sama siapa, sih?"
Fiki tersenyum malu. "Pacar gue, lah."
Fajri mengernyit. Perasaannya berubah nggak enak.
"Pacar? Emang ada? Siapa?" tanya Zwei ngeborong.
"Ya, Winda lah, siapa lagi?"
Tuh kan, benar. Rasanya tuh kayak ada yang menghantam dada Fajri. Nyesek boorrr.
Fajri menggigit bibir bawahnya ketika sadar Zweitson sedang menatapnya. "Apaan?" tanyanya tanpa suara.
"Gimana?"
"Ya, ya terserah." Fajri mengangkat bahu, pura-pura tak peduli.
Zwei menyempatkan diri buat narik terus menghela napas panjang banget, terus katanya, "Iya udah, deh, lo boleh pergi."
Wajah Fiki langsung berubah ceria banget. "Serius? Aaaa makasih. Yaudah kalian have-fun ya, babaii!" seru Fiki sambil melambai ala anak TK yang mau berangkat sekolah, lalu dengan cepat berlari masuk, ia hendak berganti pakaian dulu.
Fajri terkekeh pelan, "Yang have-fun tuh elo, Fik," bisik Fajri.
Zweitson ngelirik Fajri, "Yaudah, yu?"
"Nggak usah lari, ya? Jalan biasa aja." Tanpa berkata, Zweitson mengiyakan.
Dan tanpa Zweitson ketahui, ada sesutu yang patah, retak juga hancur yang dirasakan sahabatnya.
Apakah ini artinya Fajri harus benar-benar melupakan Winda?
Bersambung...
Heyyo, maap baru ngelanjut + pendek juga hehehe. Mangats puasanya buat yang menjalankan. ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Fajri | Un1ty
Fanfic______ Terkadang cinta itu berawal dari sesuatu yang tidak terduga. Pertemuan yang tidak disengaja. Interaksi yang awalnya biasa saja pada suatu waktu tiba-tiba bisa berubah menjadi pemicu ketar di dada. "Ketika rasa bertepuk sebelah tangan, ada ba...