Lima

295 62 7
                                    

Berhubung vote maupun komen itu gratis, jangan lupa vote, ya. Hng, ya sebenarnya aku tuh nambah semangat kalau ada yang vote apalagi komen, hehe. Berasa kayak, wah ternyata masih ada yang baca loh.

Happy reading! <3
_________

Fajri terperangah mendengar jawaban Lili. Kayak masa iya, sih? Ada orang yang menganggap kalau pakai 'kamu-kamuan' itu berasa ngobrol sama pacar, padahalkan sopannya emang gitu. Tapi ya daripada urusannya jadi panjang Fajri mengangguk aja.

"Okey." Lili sedikit tersenyum pas Fajri menyetujui.

"Tadi lo tanya, apa? Canggung?" Fajri mengangguk, membenarkan. "Ya iya lah, gile. Gimana nggak canggung coba? Gue tadi kan udah nuduh lo, tapi gataunya salah."

Fajri terkekeh pelan, matanya sampai sedikit menyipit. Ketika itu lah Lili baru menyadari kalau senyum Fajri tambah manis apalagi cowok itu punya gigi kelinci, Lili jadi agak salah fokus.

"Gak apa-apa, santai aja."

Lili menanggapinya dengan mengangguk-angguk kaku. Abis bingung mau jawab apa, terus dia pun menyibukkan diri buat beresin dagangan--yang sebenarnya sudah rapi.

Langit mulai menjingga, sudah jam setengah enam lewat. Suasana parkiran perlahan mulai ramai, tak jauh beda dengan dagangan Lili yang turut ramai, sebagian orang yang memarkir motor di sana secara bergerombol menghampiri Lili-lebih tepatnya sepeda Lili.

"Es dong, satu."

"Es apa?" Lili bertanya ramah pada pelanggannya.

"Nutri aja, yang jeruk." Sebagai jawaban Lili mengangguk. Lalu mulai melayani.

"Kopi item ya, Neng." Seorang bapak berjaket go*jek turut memesan. Fyi tempat dagang Lili memang dekat dengan pangkalan ojek online.

"Es teh, satu."

"Oh, oke!" seru Lili sekenanya, dia kini sedang mengisi gelas plastik yang sudah terisi oleh bubuk minuman sachet berwarna oren dengan air putih dari tempat air berwarna biru.

Sembari melayani Lili tetap mendengar banyak pesanan atau pertanyaan dari orang-orang yang mengerubungi dagangannya. Fajri yang masih duduk di jok motor sebenarnya berniat membantu, tapi dia masih agak ragu jadilah Fajri cuma nontonin aja. Sampai....

"Saya juga, ya, yang blewah."

"Neng, nggak ada kacang?"

"Lagi kosong," jawab Lili. Ia sedang melarutkan serbuk oren menggunakan sendok.

"ABC dong, ABC."

"Ini saosnya kemana?"

"Itu, di samping." Sambil jawab begitu, Lili berjongkok di sebelah termos besar berwarna hijau kehitaman karena terkena debu, tempat es batu. Lalu mulai memindahkan es batu sedikit demi sedikit menggunakan centong yang berwarna hijau juga.

"Nutri jeruk peras, atu."

"Iya, bentar."

"Ini tempe berapaan?"

"Serebu," jawab Lili. Ia berdiri, lalu beralih ke pemilik minuman yang dibikinnya tadi. "Ini, Mas."

"Oh, iya."

Lili jadi agak keteteran, meski begitu ia tetap melayani satu per satu. Agak ribet juga memang, soalnya ini kan dagangan Ayah Lili sedangkan Lili cuma gantiin sebentar. Meskipun sering menggantikan Ayahnya berjualan, ia tetap merasa keder.

"Mau gue bantu?" Lili agak kaget waktu ngeliat Fajri udah berdiri di sebelahnya.

"Emang bisa?" Bahkan cewek itu sampai menghentikan kegiatannya.

Dia Fajri | Un1tyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang