Enam

307 51 2
                                    

Sebelum lanjut baca, mari berdoa dan pencet bintangnya, wkwk.

Happy reading!<3
_

______


Langit tidak sepenuhnya menggelap, meskipun sudah hampir pukul sepuluh malam. Sepertinya karena di atas sana puluhan bintang yang terlihat memancarkan kerlipnya. Udara juga terasa sejuk, itu yang membuat Farhan suka berlama-lama duduk bersandar pada batang pohon besar di depan rumah. Sudah hampir satu jam Farhan berdiam seperti ini, untungnya Farhan tadi sudah mandi dan berganti pakaian jadi sekarang dia tidak dikerubungi oleh nyamuk. Mulut Farhan terkatup rapat tanpa suara, berbanding terbalik dengan pikirannya yang jika diibaratkan mungkin sama sperti pasar, ramai oleh suara-suara yang memenuhi telinga.

Pria berambut ikal itu merogoh kantong celananya, mengeluarkan ponsel. Bermaksud untuk mengecek akun sosial media. Awalnya Farhan hendak membuka WhatsApp, tetapi ia mengurungkan niatnya dan jarinya malah beralih membuka aplikasi lain, Instagram.

Farhan pernah baca sebuah quote di Twitter. Isinya kurang lebih begini, "Semakin hari, whatsApp jadi semakin jarang disinggahi." Farhan jadi ngerasa, 'itu mah gue banget!' Apalagi sejak percakapan terakhirnya secara virtual dengan Violla seminggu yang lalu. Rasanya Farhan jadi malas, sampai ia terbiasa untuk membuka WhatsApp pas ada perlunya aja. Soalnya tiap kali dia nggak sengaja membuka roomchat dengan Violla--yang dimana nomor itu masih Farhan beri pin--rasanya tuh dia jadi diserang sesak dadakan. Makanya dia jadi menghindari buat buka WhatsApp. Bisa aja sih pesan itu Farhan arsipkan, tapi gimana ya, Farhan ngerasa belum siap aja menerima kenyataan.

Dia menghentikan aktifitas scrolling-nya, tiba-tiba Farhan jadi teringat pada Violla. Kira-kira perempuan itu sedang apa, ya? Farhan jadi rindu. Ya meskipun kedekatannya dengan gadis berdarah campuran Belanda itu terhitung hanya sebentar, sih, tapi ingatannya tentang Violla masih jelas tergambar.

Iseng, Farhan membuka kolom pencarian. Sederet histori tampil di layar ponselnya ia meng-klik username akun Violla--yang ternyata sudah tidak lagi di-follow-nya. Farhan agak kaget, karena Farhan tidak merasa meng-unfollow akun Violla, sepertinya Violla sendiri yang sengaja menghapus Farhan dari daftar followers-nya.

Dia menghela napas berat lalu tersenyum masam, masalahnya Farhan nggak tahu kalau sekarang gadis itu juga mengunci akunnya. Gagal deh rencana mengikis sedikit rindu dengan men-stalk akun Violla. Sekedar melihat postingan terbaru, misalnya? Itu yang Farhan lakukan selama lima hari berturut-turut, sampai dua hari yang lalu kecerobohan menyapanya. Jadi, sewaktu Farhan berkunjung ke akun Violla dua hari lalu, dirinya tidak sengaja memencet tombol like pada postingan Violla yang sudah lama. Di situ Farhan panik banget, jadi dia langsung pencet tombol back dan nggak mengunjungi akun Violla lagi, setidaknya di hari selanjutnya.. Namun, kunjungan berikutnya ia malah dibuat kecewa karena akun Violla sekarang sudah di-private.

Mau tidak mau Farhan kembali ke beranda. Untuk beberapa saat Farhan kembali sibuk scrolling, sampai sebuah notifikasi pesan baru, muncul di layar bagian paling atas. Farhan menggeser layar dan tampilan beranda pun terganti. Ada satu pesan baru dari akun FirlianAntas, gadis yang dilihatnya beberapa jam lalu sewaktu menjemput Fajri. Tanpa merasa perlu berbalas dendam karena pesan yang dikirimnya jam tujuh lalu baru mendapat balasan sekarang, Farhan memilih untuk membukanya.

****


Fajri sedang bermain game online dengan punggung yang bersandar di tembok sedangkan dia duduk di atas kasur ketika sebuah panggilan masuk dari Winda--sahabatnya sejak SMP--memenuhi layar ponsel. Dia agak kesal, sih, tapi tetap melakukan swipe-up untuk menerima telepon sebelum menempelkan benda pipih itu ke telinga kanannya.

Dia Fajri | Un1tyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang