Sembilan

211 44 5
                                    

Vote dulu, yuk.

____________

"Nggak lagi ada masalah apa-apa."

"Bohong lo, Ji."

Ricky mendekat, ia ikut menatap Fajri yang masih duduk di atas kasur.

Dengan songong Fajri merotasikan matanya. "Ngapain sih Bang gue bohong? Lo mah nggak percayaan orangnya."

"Tapi kenapa lo ngediemin Zweitson kayak orang selek gitu?"

"Siapa juga yang diemin dia."

Farhan menoleh ke Zweitson. "Fajri diemin lo kan, Son?"

Fajri sengaja menatap Zweitson dingin, membuat Zweitson yang ingin menjawab jadi gelagapan. "Ha? Hng ... i-iya. Iya Bang," jawab Zweitson ragu-ragu dengan suara pelan. Ricky berdecak, lalu geleng-geleng  mendengarnya.

"Lo masih nggak mau ngaku, hm?" Farhan beralih. Dapat dia lihat ekspresi Fajri yang berubah bete.

"Iye-iye gue ngaku."

Farhan menoyor kepala Fajri pelan. "Yeee, dasar." Ia berdecak. "Udah, mending kalian baekan dah, ngapain sih diem-dieman? Dapet hadiah juga kagak."

Fajri malah sibuk menatap kesana-kemari sambil bersedekap. Sama sekali nggak berniat mengikuti saran dari Farhan. Hal itu tentu membuat Farhan gemas.

"Heh, cepet." Farhan menangkap lengan Fajri, memaksa adiknya itu agar bangkit.

"Ih, parah banget narik-narik."

Dengan paksaan dari Farhan, Fajri kini sudah berdiri di depan cowok itu, masih dengan ogah-ogahan.

"Sekarang kalian salaman."

Fajri mengerutkan dahi. "Apaan? Emangnya lagi lebaran? Pakai salaman segala!"

"Protes mulu ni anak, ya. Udah, cepet!"

Zweitson mengulurkan tangannya terlebih dahulu. "Maaf Ji, kalau gue ada salah sama lo," ujarnya dengan tulus.

"Hm, y."

Farhan langsung melotot. "Heh! Apaan tuh jawaban 'hm, y' doang? Lo pikir lagi di chat." Beneran deh, Farhan jadi gemas banget. Jadi pengen nyantet ...

"Tau nih Aji, ih! Yang bener dong," timpal Ricky.

"Iya-iya!"

"Iya apa?" tanya Farhan.

"Iya, gue maafin. Tuh udah," jawabnya jutek.

"Kalau udah maafin, ya dijabat lah itu tangan si Soni. Keburu jamuran."

Fajri melirik Farhan sebal. "Hih, repot lo!" Meski protes, Fajri akhirnya membalas uluran tangan itu membuat Zweitson tersenyum lebar.

"Makasih, Ji." Sambil menarik tangannya, Fajri bergumam.

"Nah gitu dong! Jangan ribut-ribut! Udah kayak kucing sama anjing aja."

"Gue kucingnya," kata Fajri menanggapi omongan Ricky.

Zweitson nampak mikir sebentar, lalu katanya, "Gu-gue mah gak mau jadi binatang." Dia menyengir.

Fajri kontan melotot, dia baru sadar. "Gu-gue juga nggak mau!"

"Lah tadi lo bilang—"

"Enggak! Yang itu gue ralat!"

Farhan langsung ngakak membuat Ricky dan Zweitson ikut tertawa kecil. Wajah Fajri jadi merah padam karena menahan malu.

"Udah-udah, ah! Gue mau turun aja!" Begitu saja Fajri langsung keluar dari kamarnya meninggalkan teman-temannya yang masih terkekeh geli.

*

Dia Fajri | Un1tyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang