Remember Me | 25

204 23 3
                                    

Yeonsan mengerutkan  keningnya melihat pelangi di wajah Jimin. Tak seperti dua-tiga minggu ke belakang yang nampak tak ada gairah, kini berbeda.

"Apa kau dapat lotre?"

Jimin menengok. "Aku? Aku tak pernah ikut hal semacam itu."

Yeonsan mendengus, terdengar seperti menyombongkan diri untuknya.

"Apa kabar bahagia? Wajahmu, nampak ada nyawa."

Jimin terkekeh, terlihat sekali ternyata. "Tidak, hanya saja aku sudah bertemu Adara untuk waktu yang lama."

Oke, abaikan orang yang sedang jatuh cinta ini.

"Bagus, setidaknya sekarang aku tak melihat wajah kusutmu itu." Karena Yeonsan memang muak melihatnya.

"Jadwalku hari ini apa?"

Yeonsan mengeluarkan ipod nya, menyentuh layar membuka jadwal atasannya itu.

"Kau akan sibuk sampai sore, ada rapat dengan kolega luar negeri, tinjauan pembangunan di Ilsan dan beberapa proposal  penting yang harus kau ulas."

Jimin mengangguk. Dia beranjak masuk ke ruangannya namun terhenti saat mendengar seruan Yeonsan.

"Kau ingin sarapan apa?"

"Tidak perlu, aku sudah sarapan. Tadi Adara yang menyiapkan."

"Adara? Dia menginap di apartemenmu?"

Jimin mengangguk, sambil tersenyum mengingat kembali kejadian semalam.

"Ah, pantas. Kau nampak gila dengan terus tersenyum."

"Kau ingin ku potong gaji Mr. Kang?"

"Kau ingin melakukannya? Aku akan tulis surat pengunduran diri kalau begitu." Ucap Yeonsan santai.

Jimin langsung kelabakan. "Hei, aku hanya bercanda. Kau memang tak bisa diajak bercanda."

Jimin tak mungkin mau kehilangan Yeonsan, teman sekaligus sekertaris yang sangat ia percaya itu.

Yeonsan mengedik. "File yang perlu kau tanda tangani sudah ada di meja, 30 menit sebelum rapat aku akan memberitahumu." Ujarnya kemudian pergi.

Jimin berdecak. Yeonsan memang bisa mempermainkannya, karena dia tau Jimin yang butuh laki-laki itu, bukan Yeonsan yang butuh dirinya.

Kalian dengar tadi, kan? Dengan santai dia menyebut ingin mengundurkan diri, tanpa memikirkan sama sekali jika sudah keluar nanti. Kau tau karena apa? Yeonsan itu lulusan terbaik di kampusnya dulu, pasti akan sangat mudah untuknya cari pekerjaan. Bahkan jika ia tidak bertindak cepat, mungkin Yeonsan tidak bekerja untuknya. Laki-laki itu pasti kerja di perusahaan yang dulu pernah jadi impiannya. Dan Jimin tak bisa membayangkan dirinya jika tak ada Yeonsan.

Jika tentang perusahaan, Yeonsan adalah kelemahannya. Itu faktanya.

Sialan memang.

***

Chae Soo berjalan dengan tergesa. Raut wajah yang menunjukan kekhawatiran luar biasa tengah menyelimutinya.

"Apa Park Jimin ada?" Tanyanya langsung saat sampai di resepsionis.

"Maaf, apa anda sudah ada janji sebelumnya?"

"Tidak, tapi ini penting. Tolong panggilkan dia."

"Maaf nona, saya tidak bisa-"

"Saya mohon, ini penting sekali." Pinta Chae Soo.

"Tetap tidak bisa nona. Presdir tak bisa diganggu jika tak ada janji."

Remember Me | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang