Remember Me | 11

283 29 1
                                    

Adara tak tahu harus apa. Dia bahkan sedari tadi-di jalan- sampai sekarang hanya diam. Bersuara juga jika ia ditanya, itu juga ia jawab dengan singkat.

Ini bukan dia sama sekali.

Biasanya dia itu orang yang humble, malah dia yang bakal turun tangan untuk merubah suasana agar lebih nyaman.

Tapi sepertinya sekarang hal itu tak berlaku.

Apa karena pria yang tengah bersamanya itu adalah orang petinggi di Korea atau orang asing yang sangat memberi beban bagi Adara?

Sebentar, beban? Beban seperti apa?

Jimin menatap bingung saat melihat gadis yang tengah bersamanya, tengah memainkan kepalanya. Seperti tengah berpikir.

"Apa makanannya tidak enak?"

Adara dengan cepat mengalihkan pandangannya ke Jimin. Menggeleng, kemudian kembali memakan makanan 'mahal'nya.

Mahal sekali malah. Harganya bisa menghidupi ia satu bulan penuh.

Coba bayangkan, uang yang ia pakai untuk menghidupi satu bulannya, habis dalam satu makanan saja.

Haha, lucu bukan?

Tapi, hei. Ingatlah! Jimin itu CEO muda. Makanan kaya sekarang itu terlalu biasa menurutnya. Ruangan VIP saja mampu apalagi makanannya.

Benar, mereka sedang di ruangan VIP. Bukan Adara yang minta, tapi Jimin sendiri yang sudah merencanakan. Ternyata Jimin tahu apa akibatnya jika mereka ketahuan sedang jalan dengan seorang perempuan. Dengan begitu, Adara tak perlu takut.

Tapi dia masih harus waspada.

"Apa yang ingin kamu tanyakan Adara, karena aku tak pandai memulai cerita." Seru Jimin.

Dahi Adara mengerut, tanda ia tengah berpikir. Namun tangannya tak berhenti menyuap makanan. Makanannya enak, Adara tak bohong.

Jimin yang melihatnya tersenyum gemas, rasanya ingin sekali dia mencubit pipi orang di seberangnya itu.

"Apa anda pernah memberikan sesuatu pada saya?" Akhirnya ia yang bertanya sekarang.

"Hm." Balas Jimin. Ia ingat betul apa yang ia berikan pada Adara. Barang dengan alasan sebagai kenang-kenangan.

"Apa?"

Melirik Adara kemudian minum. Setelahnya ia melihat Adara, penuh melihat wanita diseberangnya.

"Hermes Rodeo Horse MM Bag Charm Orange." Jawabnya tanpa beban.

Wah, memang harus seperti itu bukan? Dia kan yang membelinya, tapi Adara belum tau alasan kenapa laki-laki memberikan benda kecil mahal itu?

"Kau tak ingat sesuatu, Dara?"

Adara menatap bingung sang lawan, kemudian memutuskan pandangan kala netra mereka saling bertubrukan.

"Ee- soal?"

"Tentangku mungkin?"

Dan dengan jujur Adara menggeleng. Dia bahkan sempat menyumpah diri sendiri saat dia tak ingat apapun, apalagi tentang pertemuan dengan orang yang sangatlah tampan.

"Apa terjadi sesuatu padamu?"

Pertanyaan itu mengundang Adara untuk berpikir. Menerawang ke belakang, apa ada yang ia lupakan, misalnya suatu kejadian yang membuatnya kebingungan sekarang.

Jawabannya tidak.

Sebentar, dia pernah sakit dulu. Tapi kata kakaknya, hanya sakit demam, kemudian pingsan. Apa itu bisa membuat dia hilang ingatan?

Remember Me | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang