Jimin tengah sibuk memeriksa file-file sebelum nantinya ia bubuhkan tanda tangan. Dari pagi begitu, bahkan leher Jimin ingin patah rasanya karena terus menunduk.
Menutup file yang terakhir, Jimin akhirnya bisa bernafas lega. Menggeram pelan waktu ia memutarkan kepalanya. Merasakan ngilu dilehernya karena terlalu lama menunduk. Bahkan suara tulang bergerak terdengar begitu nyaring.
Menyender ke kursi kekuasaannya, Jimin hendak merilekskan tubuhnya walaupun hanya sebentar.
Namun itu hanya impiannya saja, karena sekarang ada yang mengetuk pintunya. Menghela nafas pelan kemudian berseru menyuruh masuk.
"Oppa, apa aku mengganggu mu?" Itu Hae Na datang dengan rantang makanan ditangannya. Jimin bisa membaca alasan kenapa tunangannya itu datang.
"Tidak. Duduklah." Balas Jimin sambil berjalan menuju sofa. Duduk bersebrangan dengan Hae Na.
Hae Na tersenyum waktu Jimin sudah duduk dihadapannya. Membuka rantang makanan yang ia bawa, menunjukkan beberapa menu yang ia buat sendiri. Sebenarnya ia belum terlalu bisa memasak, tapi entah kenapa ia ingin memasak sesuatu untuk Jimin. Anggap saja ini satu cara untuk menarik perhatian pria itu.
Jimin melihat kimbab di rantang itu. Terlihat menggiurkan untuk visualnya, tapi ia tak tahu apa rasanya sama menggiurkan? Yang ia tahu, Hae Na itu tak pandai memasak.
"Aku mungkin tak bisa memasak makanan enak, tapi aku yakin ini rasanya akan baik-baik saja." Kata Hae Na sambil mendekatkan makanan itu ke Jimin.
"Cobalah oppa, aku membuatnya khusus untukmu."
Jimin membalas senyuman Hae Na dengan senyum tipis. Mengambil sumpit, kemudian memasukkan satu kimbap ke mulutnya.
Rasanya sedikit asin. Jimin mencoba untuk tetap mengunyahnya. Ia tak mau membuat Hae Na sedih waktu tahu makanannya tak enak.
"Bagaimana oppa?" Tanya Hae dengan antusias. Ia sangat yakin jika makanan itu enak.
Jimin mengangguk. "Lumayan. Ini cukup baik untuk orang yang tak pandai memasak."
Iya, cukup baik. Mungkin asin tapi untungnya asinnya itu tak begitu asing banget. Tapi bagi Jimin ini masih bisa membuat eneg dia.
Hae Na yang mendengar itu tersenyum senang. Usahanya tak sia-sia berarti.
"Kau sudah makan?" Jimin mengambil kembali satu potong kimbab. Ia tak enak jika hanya memakan satu potong saja. Namun ia bisa memastikan, ini akan jadi potongan terakhir. Ia sudah tak sanggup lagi memakannya setelah ini.
Hae Na menggeleng. Dia memang membuat kimbap tapi itu hanya untuk satu porsi dan itu untuk pria dihadapannya dia.
Jimin terdiam, melirik kimbap yang memang masih lumayan banyak. Tapi ia tak akan memberikan, ia tak mau Hae Na tahu kalau dia berbohong perihal makanannya.
"Aku tak berniat untuk membagi kimbap ini, aku akan melahap semuanya. Kau sebaiknya pergi ke kantin, pesan makanan. Aku tunggu disini."
Mendengar itu, Hae Na kembali berbunga-bunga. Bukannya itu menandakan jika Jimin sangat menyukai makanan yang dia buat?
Jimin terpaksa kembali berbohong. Tapi ini demi kebaikan perempuan itu. Ia tak mau mematahkan semangat Hae Na karena ucapannya yang kelewat jujur soal kimbap buatannya.
"Ah, tidak. Kebetulan aku ada janji dengan temanku. Aku akan makan bersamanya." Tolak Hae Na. Menyampirkan kembali tas selempang. Ia melihat Jimin.
"Aku pamit dulu oppa, semoga kamu menghabiskan makanannya." Ujar Hae Na sambil berdiri.
Jimin mengangguk sekali. "Iya, hati-hati." Pesan Jimin tak lupa dengan senyuman.
Hae Na membalas senyuman itu dengan sedikit kikuk. Dia gugup.
Tepat setelah Hae Na menutup pintu. Jimin dengan segera berjalan ke mejanya, meminum air dengan tergesa. Dia sungguh akan mual jika menahannya lebih lama.
Berjalan mengambil rantang makanan itu. Tanpa berpikir panjang ia membuangnya ke tempat sampah. Tak enak sebenarnya, tapi ia juga tak bisa jika terus memakannya.
Membereskan rantang makanan kemudian keluar dari ruangan dia. Berjalan menghampiri kerja sekretarisnya.
Tidak ada. Kursi itu kosong. Jimin sudah hapal. Pasti Yeonsan keluar untuk sekedar bertemu pacarnya. Tak salah sih, ini jam makan siang. Jadi biarkan saja.
Mengganti tujuan kini ia menuju pantri kantor. Menemukan satu pekerja tengah masih sibuk beres-beres. Pekerja yang terkejut saat mengetahui Presdir ada di dekat dia, segera menunduk hormat.
"Anyeonghaseyo, Sajangnim."
"Ah, kau tidak makan siang?" Tanya Jimin yang bingung masih ada pekerja di sana.
Office boy itu menggeleng. Dia memang belum makan siang. Dia hendak membereskan pekerjaan yang sangat tanggung jika ia tak menyelesaikannya.
"Sebaiknya kau makan dulu, pekerjaan bisa kau teruskan nanti." Kata Jimin. Meletakkan rantang makanan, mendapatkan tatapan bingung dari pekerjanya.
"Itu bukan makan siang untukmu, itu hanya tempat kosong saja." Kata Jimin membuat pekerja itu tersenyum canggung.
"Aku minta untuk dibersihkan. Nanti waktu pulang aku akan mengambilnya."
Pekerja itu mengangguk paham. Mengambil rantang makanan itu, kemudian diletakkannya di wastafel.
"Bersihkan itu nanti, sekarang kau harus pergi makan. Jam makan siang sebentar lagi akan habis." Kata Jimin sambil melihat jam melingkar di tangannya. Mendapati pekerja itu mengangguk, Jimin pun pergi dari sana.
Itu dia. Jimin adalah bos yang ramah. Mana ada sih yang ga betah bekerja di perusahaan dengan pemimpin begitu? Jika ada, rasanya orang itu adalah orang terbodoh di dunia.
**
"Ah, josanghamnida." Seseorang menunduk merasa bersalah. (Maaf dalam bahasa formal)
Yeonsan yang tak sengaja tersenggol oleh perempuan itu, mengatakan tidak apa-apa. Lagipula itu bukan masalah besar.
"Sekali lagi saya minta maaf." Menunduk sekali lagi kemudian tersenyum tipis sebelum ia pergi.
Yeonsan bergeming. Ia mengenali wajah perempuan tadi. Berbalik melihat punggung perempuan itu yang tengah berjalan menemui perempuan lain yang tengah duduk di salah satu cafe.
"Chagi-ya, neo gwenchana?" Perempuan di sampingnya menepuk pundak Yeonsan. Yeonsan langsung menggeleng. Menandakan ia tak apa-apa kepada kekasihnya itu. (Sayang, kamu baik-baik saja?)
"Yakin?"
Yeonsan mengangguk. Kemudian kembali mengajak kekasihnya itu pergi ke parkiran. Namun sungguh, perempuan tadi yang menabraknya itu membuat dia dilanda sugesti hebat.
Dia yakin tak salah liat. Tapi apa mungkin orang itu ada di sini? Buat apa? Dan juga, dia bisa bicara korea tadi. Bahkan terdengar sangat halus, seperti sudah sangat ahli.
Apa Jimin harus tahu tentang ini?
**
Siapa hayo siapa😁 pasti udah ketebak, kan?
27 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me | Park Jimin
Fanfiction[OG - Slow Update] Perasaan aneh dirasakan Park Jimin setelah bertemu perempuan itu, perempuan yang ia kenal hanya satu hari. Setelah sekian lama, mereka dipertemukan kembali. Namun sayangnya, perempuan itu tak mengenali Park Jimin. Tak bertemu seta...