Penuaan...Itulah satu-satunya kata yang sering gentayangan saat aku menemukan cermin yang secara sengaja atau mungkin tanpa sengaja berhadapan dengan wajah ini.
Sebenarnya, aku bukan orang yang terlalu mempermasalahkan soal face, selama ini pun sama sekali tidak, cuma lama kelamaan kepikiran juga.
Garis-garis halus di bawah kelopak mataku yang dulunya tak ada, sekarang muncul. Mungkin saat aku tersenyum akan lebih kelihatan lagi."Udah...udah cantik kok,"
Chennie tertawa kecil.Akhirnya, kulepaskan pandanganku dari cermin kecil yang selalu kuselipkan di dalam meja kerjaku. Jika lama-lama kupandang, sepulang kantor nanti aku bisa-bisa langsung ke klinik kecantikan dan meminta operasi plastik dalam sehari.
"Menurut elo apa wajah gue kelihatan tua, Chen?" Tanyaku pada Chennie sambil menakupkan kedua tanganku di pipi.
Chennie menggumam sebentar sambil sok-sokan menilaiku secara objektif, dan kemudian tersenyum.
"Muka sih nggak, cuma umur kakak aja yang tua," jawabnya menahan tawa.
"Bacot!" Dengusku. Yah begitulah Chennie, kurasa dia hanya mengambil zona aman saja agar tidak terlalu men-judge-ku, padahal aslinya pasti dia sedang tertawa setuju dengan pertanyaan sekaligus pernyataanku barusan.
"Kenapa sih lo nggak nikah aja, kak? Pak Jeffrey minta di-notice dari dulu padahal."
Aku mendelik sinis.
"So? Why do I have to be with him?Anaknya udah dua. Should I be a stepmother? Kaya nggak laku aja.""Nah buktinya elo sekarang sadar, kak." Sahut Chennie setengah nyolot, sampai-sampai calon ibu yang satu ini berubah jadi seram lewat tatapannya,
persis seperti Haechan."Tentang?" Sahutku was-was.
"Ya elo yang bilang kalau elo nggak laku kan barusan, kak? Gue bahas Bang Jeffrey elo apatis. Jadi terserah kak Nana aja ya, gue mah asal elo bahagia aja kak," jawabnya dramatis. Kadang Chennie memang bisa jadi seperti ini di saat membahas soal masalah personalku.
Ah aku baru ingat, ada yang namanya syndrom mother pregnant. Yang setiap jam 12 siang bakalan merasa mual akibat sisa morning sickness. Maka dari itu Chennie jadi berubah agak mengerikan begini. Berarti tandanya obrolan ini harus segera dihentikan.
"Kemarin gue makan bareng sama Jie dan bang Jeff, gue rasa bang Jeff udah tobat dan memang pengen serius sama elo deh kak."
Lagi dan lagi? Chennie mau jodohin aku dengan kepala perencanaan yang sering gonta ganti cewek itu.
Memang sih, katanya dia sudah naksir aku sejak masuk ke kantor menggantikan pak Jhonny yang naik jabatan jadi kepala cabang di kota lain. Cuma sejak aku melihat dengan mata kepalaku sendiri-di club-duda dua anak itu sedang duduk dan dikerubuni perempuan cantik berpakaian seksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
🔞IRIDESCENT (Jeno-Nana GS)
FanfictionKisah tentang Nana si cewek karir yang sampai usia nyaris kepala tiga masih bingung cari pendamping hidup. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Jevano, seorang kepala cabang baru di kantornya. •Rate 18+ •Fanfiction + Ciklit