Pagi yang ribut seperti biasanya. Namun kali ini sepertinya lebih parah dari keributan yang biasa. Terutama dari arah meja makan yang letaknya dekat dengan dapur.
Nyonya Syafiradinata sudah mulai melayangkan ocehan ocehan pamungkasnya di laga pertarungan melawan suaminya sendiri.
Semalam kak Mark pulang dalam keadaan mabuk, ditambah ia diantar oleh seorang rekan kerja wanita di kantornya, maka dari itu sekarang rumahku dipenuhi dengan drama dan nyanyian Haechan. Wanita keturunan Korea itu benar-benar murka sejak pagi.
"Aku nggak ada apa-apa sama dia, serius." Kak Mark sambil bersimpuh di kaki Haechan yang sedang memegang wajan teflon. Aku hanya bisa berdoa, semoga wajan panas itu tak berakhir melayang ke wajah kak Mark.
"Bulshit mas, aku tau sekarang aku gendut, jelek, makanya kamu main gila kan sama dia. Kalau cuma rekan kerja nggak mungkin mabok bareng sampe malem. Kamu kalau mau ngebohong kira kira, mas."
"Ya Tuhan, Chan...sumpah, aku juga nggak tau kalau pas pulang Jill yang nganter. Lagian masih untung aku balik dengan selamat, Chan, coba kalau aku nggak sadar dan malah nyetir sendiri, bisa-bisa kecelakaan."
"Kamu bilang masih untung? Yang bener aja mas. Lagian suruh siapa kamu mabok? Aku udah bilang, jangan ikutan kalau bos kamu ngajakin minum, alesan aja apa kek, nurut banget sih sama atasan. Kamu tau nggak, aku tuh capek di rumah seharian, ditambah nungguin kamu balik sampe malem. Eh pas balik nggak taunya kamu malah mabok dan dianter perempuan. Kamu pikir lah gimana perasaan aku, kenapa sih kamu nggak peka banget sama istri!" Selesai sudah, aku dengar nada suara Haechan sedikit bergetar yang kemungkinan besar kalau dia mulai menangis karena kesal. Setelah ini Haechan pasti akan minta pulang ke orang tuanya.
Untuk kali ini aku tidak ingin mencibir atau berpikir kalau Haechan bertindak berlebihan. Mungkin pekerjaan di kantor memang melelahkan, tapi jika aku lihat lagi kondisi Haechan yang sekarang, aku akan lebih memihak padanya. Lagian, siapa sih yang suka melihat anggota keluarga kita pulang dalam keadaan mabuk? Apalagi suami yang diantar oleh wanita lain. Sepercaya apapun seorang wanita terhadap lelaki, kalau sudah keadaannya begitu pasti akan ada perasaan curiga dan cemburu.
"Sekarang gini deh, kamu tanya sama Nana, apa wajar seorang cewek singel nemenin suami orang mabok terus nganterin si lelaki itu pulang? Apalagi kamu tuh rese kalau udah mabok. Wajar kalau aku sekarang marah."
"Iya aku ngerti, Chan. Tapi sumpah demi Tuhan yesus, aku nggak ada apa-apa sama dia. Lagian kamu nggak percayaan banget sih sama aku. Anak kita udah 2 loh, jadi mana ada aku pikiran yang macem-macem."
"Oh jadi kamu tetep ngeyel kalau kamu bener. Oke, kalau gitu kamu urus semuanya sendiri. Aku sama anak-anak pulang ke rumah mami."
Ini situasi yang gawat untuk kak Mark. Semoga saja abangku itu bisa sedikit mengalah agar tidak terjadi perang dingin lagi seperti tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
🔞IRIDESCENT (Jeno-Nana GS)
FanfictionKisah tentang Nana si cewek karir yang sampai usia nyaris kepala tiga masih bingung cari pendamping hidup. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Jevano, seorang kepala cabang baru di kantornya. •Rate 18+ •Fanfiction + Ciklit