Cafe

186 9 0
                                    

Happy Reading^^ ~N

•••

Kukayuh sepedaku dengan pelan, menikmati suasana pagi yang menyejukkan. Aku pergi bekerja dengan menggunakan sepeda ini, hadiah dari ayah dan ibuku sebelum mereka pergi meninggalkanku sendiri di dunia.

Perjalanan menuju tempatku bekerja tidak lama, karena memang tempatnya lumayan dekat dengan rumahku. Sesampainya disana aku bergegas menuju ruang ganti untuk mengganti pakaian.

Aku melihat ada rekan kerjaku yang sudah datang, dia adalah Raina. Dia yang selama ini menemaniku, yang selalu mendengarkan keluh kesahku.

"Udah sarapan?" Tanya Raina.

Aku mengangguk, "Udah kok Na."

Sebenarnya aku cuma minum air putih saja di rumah, karena makanan yang aku beli tadi sudah aku kasihkan kepada nenek yang sedang kelaparan.

Menyampingkan rasa lapar, aku bergegas membersihkan meja dan lainnya, karena sebentar lagi cafe akan segera dibuka.

"Selamat pagi!" Sapa seorang laki-laki yang baru saja memasuki cafe.

Dia adalah Fajar, pemilik cafe.

"Selamat pagi pak!" Ucap kami secara bersamaan.

"Baiklah, semangat untuk hari ini!"

Semua pun kembali ke bagiannya masing-masing termasuk aku, mendapat suntikan semangat dari seseorang yang kita cintai memang beda ya?

***

Aku tahu kalau cinta tidak harus memiliki, tetapi kenapa rasanya sakit sekali menahan rasa ini? Setiap harinya aku harus selalu melihat wanita cantik itu pergi berdua dengan pemilik cintaku.

Memang aku tidak menceritakan perasaanku kepada siapa pun, karena aku takut sekali. Dulu aku pernah menceritakan kepada temanku tentang siapa yang aku sukai, tetapi rahasia itu disebarkan dan akhirnya aku menjadi olokan semua orang.

Iya, aku tidak cantik. Badanku tidak tinggi semampai, pipiku agak chubby, bibirku tipis, dan jangan lupakan mataku yang aku tutupi dengan kacamata.

Berharap balasan cintanya? Sepertinya tidak ada harapan haha.

Dia selalu terlihat mesra dengan pacarnya, sementara aku hanya bisa melihat mereka bermesraan saja.

Pagi ini ada satu orang pelanggan yang terlihat ingin mendekatiku, dia sangat aneh sekali. Padahal tidak ada yang menarik pada diriku ini. Dia mengatakan akan menungguku pulang.

"Hey, apakah kamu sudah selesai?" Tanyanya, sepertinya dia bosan.

"Belum, kamu pulang saja duluan." Jawabku sambil membereskan meja.

"Tidak! Aku ingin bicara denganmu!"

"Kalau begitu tunggu saja, jangan ajak bicara dulu!" Ucapku marah.

"Okey, okey. Aku tidak akan menganggu lagi."

Aku selesai bekerja pukul delapan malam dan dia masih menungguku.

"Aku akan lewat pintu belakang, agar dia tidak melihatku kabur." Ucapku.

Pintu belakang dekat dengan tempat parkir sepedaku, jadi kemungkinan kecil akan ketahuan olehnya.

Aku berjalan mengendap-endap lalu mengambil sepedaku. Fiuhh, untungnya dia tidak melihatku pergi. Kukayuh sepedaku dengan cepat agar segera sampai rumah dan yap berhasil.

"Untungnya udah sampai rumah, udah lah biarin aja dia menungguku." Ucapku lalu memasuki rumah.

***

Dua bulan kemudian, ketika akan berangkat kerja menuju cafe, aku dikejutkan oleh pria yang dahulu. Dia duduk di jok motornya sambil melihatku yang baru saja membuka pintu rumah.

Bagaimana dia tahu rumahku? Apakah selama ini dia mengawasiku?

Bodoamat. Sekarang hiraukan dia dan langsung pergi kerja. Dengan bergegas aku mengambil sepedaku, tetapi yang bikin kesal adalah rantai sepedaku lepas. Sungguh hari yang tidak menyenangkan, lalu aku memutuskan untuk berjalan kaki.

"Hey, hey tunggu!" Panggil pria itu.

Aku tidak peduli dan langsung mempercepat langkah kakiku. Aku menengok ke belakang, OMG dia mengejarku dengan motor!!!

Dia berhenti tepat didepanku, saat berusaha lari lagi dia menarik tanganku. Saat itu tubuhku membeku berada dipelukannya.

"Kamu tidak bisa lari lagi." Ucapnya sambil terkekeh.

Aku tersadar dan langsung mendorongnya, tetapi nihil dia tidak mau melepaskan pelukannya.

"Lepaskan!" Ucapku memberontak.

"Tidak."

"Lepaskan atau aku teriak." Ancamku.

"Teriak saja nanti aku akan mencium mu." Ucapnya dan aku pun terdiam.

"Biarkan seperti ini dulu sayang." Ucapnya sambil mengelus rambutku.

"Maafkan aku."

Pelan-pelan aku membalas pelukannya, kami saling mencurahkan rasa rindu melalui pelukan ini.

"Maafkan aku dua bulan ini pergi tanpa mengabarimu."

"Kamu jahat!" Aku melepaskan pelukannya.

"Iya aku tahu, tapi ini demi kita sayang. Aku butuh waktu untuk menyingkirkan wanita itu dan sekarang dia sudah berhasil aku singkirkan." Jelasnya.

"Benarkah?" Dia mengangguk.

"Baiklah, ayo aku antarkan kamu ke cafe."

Akhirnya aku diantar oleh pria itu dengan motornya.

"Jadi apa yang terjadi dengan wanita itu?" Tanyaku penasaran.

"Aku membunuhnya," Aku terdiam.

"Becanda sayang." Lanjutnya dan langsung kupukul helmnya.

"Hey, jangan pukul bos mu ini dong. Kamu mau dipecat?"

"Biarin, mana tega dia memecatku. Nanti dia sendiri yang bingung kalau aku pergi."

Setelah itu, perjalanan kami dipenuhi banyak pertengkaran-pertengakaran kecil yang lucu.

Ah, I Love you my Fajar..

***

Hai, bagaimana kabar kalian?
Seneng banget AL udah 1,57k yang baca huhu, terima kasih yaa!

Jangan lupa vote dan follow juga yaa biar para author semangat updatenya❤️

©Sriracha9

About Love (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang