Stupid Girl (1)

1.2K 43 0
                                    

Happy Reading^^ ~N

___


Hidup ini memang tidak seperti drama korea. Ya, memang seperti itulah kenyataanya. Seperti hidupku sekarang, hanya penuh dengan cacian dan makian dari orang-orang. Sampai orang tuaku pun memakiku dan memanggilku dengan sebutan 'anak bodoh'. Tidak ada cinta dan kasih sayang untukku.

Tentu saja hatiku sakit, siapa coba yang hatinya tidak sakit jika orang tua memanggil kita dengan sebutan 'anak bodoh'. Coba bayangkan orang tua kalian yang biasanya memberikan kalian support dan kasih sayang memanggil kita dengan sebutan bodoh. Apakah kalian tidak sakit hati jika seperti itu?

Namaku Cintya Dewi, aku biasanya dipanggil dengan sebutan 'si bodoh' disekolah. Kecuali satu sahabat baikku yang memanggilku Cintya.

Setiap hari ada saja yang menggangguku disekolah, baik itu perempuan atau laki-laki. Lebih tepatnya membully diriku yang menurut mereka rendahan.

Keluargaku juga bukan dari kalangan yang berada, mungkin itu yang membuat mereka selalu memakiku. Karena aku adalah anak beasiswa, aku juga sebenarnya pintar disekolah sering mendapat ranking 5 besar terus menerus.

Kalau seperti itu mengapa aku bisa dipanggil dengan sebutan 'si bodoh'?

Entahlah

Mungkin karena aku hanya diam seperti orang bodoh saat mereka semua membully ku. Mungkin karena aku hanya diam dan tidak bisa membalas bahkan melaporkan mereka.

Kalian tahu kenapa aku tidak bisa melaporkan mereka?

Karena jika aku berusaha untuk melaporkan mereka hasilnya siapa yang selalu disalahkan?

Aku juga yang harus disalahkan.

Hidup ini sangat tidak adil menurutku, tapi bisakah aku diberi kebahagian meskipun hanya sekali saja? Sekali saja pun aku sudah bersyukur.

Aku sudah bertekad akan merubah hidupku.

___


"Heh bodoh!" Panggil perempuan itu.

"Kalau dipanggil tuh nyaut!" Ucapnya dengan nada marah.

"Wajar dong kalau aku enggak nyaut, karena namaku itu bukan 'bodoh'." Pertama kalinya aku mencoba berani melawan mereka.

"Oh, sudah mulai berani ya kamu sama kami?!" Tanya perempuan tadi yang bernama Bella dengan marah.

"Guys, bawa dia ke markas!" Lanjut Bela.

"Lepasin!" Ucap Cintya memberontak.

Semua orang disekolah pun hanya melihatku, ada yang menatapku kasihan, ada juga yang menatapku jijik dan mereka tidak ada yang mau membantuku, karena memang mereka tidak mau berurusan dengan geng Bella.

Sebenernya aku juga tidak pernah berurusan sama Bella sebelumnya, dan aku pun tidak pernah menganggu Bella, tapi kenapa dia menggangguku?

Entahlah hanya Bella dan Tuhan yang tahu.


Plakk

Pipiku terasa panas akibat tamparan dari Bella, sementara tanganku ditahan oleh teman-temannya. Alhasil aku tidak bisa melawan karena jumlah mereka lebih banyak daripada aku.

"Kamu udah berani ya sama kita?! Haa!" Ucap Bella sambil menamparku.

Plakk

"Ini hukuman buat kamu biar kamu jera!"

Plakk

"Aku ada salah apa sama kalian?" Tanyaku lirih.

"Kamu tanya salah kamu apa?!" Ucap Bella sambil terkekeh.

"Salah kamu tuh banyak!"

"Kamu orang miskin! Ga pantas kamu sekolah disini!" Ucap Bella meledak-ledak.

Saat dia ingin menamparku lagi, ada tangan yang menahan pergerakan tangannya.

Dia sahabatku, Rara.

.
.
"Kamu gapapa Cin?" Tanya Rara dengan wajah khawatir.

Aku ralat omonganku tadi. Ada satu orang yang mau menolongku dari Bella, yaitu Rara sahabatku.

Aku sangat bahagia ketika mengetahui bahwa Rara mau berteman denganku. Padahal dia tahu kalau aku sering sekali dibully oleh orang-orang.

"Gapapa kok." Jawabku dengan wajah yang menunjukkan bahwa aku baik-baik saja.

"Ayo aku bantu kamu ke uks." Ucap Rara sambil membantu memapahku sampai ke ruang uks.

___


"Dasar anak bodoh!" Ucap seorang wanita yang usianya sekitar 40 tahun kepada anak perempuan yang sedang berdiri menunduk sambil menangis.

"Kau tidak bisa kah mencari uang lebih untukku!" Lanjutnya sambil menatap marah anak perempuannya.

"T-tapi hanya itu gaji yang Cintya dapat bu." Ucapku lirih.

Ya, anak perempuan itu adalah aku.

Ayahku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dan sekarang aku hanya hidup bersama ibuku. Jangan lupakan kalau ibuku itu suka bersantai dirumah dan berfoya-foya, sementara dirinya harus bekerja keras demi menghidupi dirinya dan ibunya.

"Ibu ga peduli! Pokoknya kamu harus cari uang lagi!" Ucap ibu.

Aku hanya hanya bisa mengangguk, aku tidak berani membantah ibu.

Mengapa?

Karena aku tidak ingin menjadi anak yang durhaka kepada orang tuaku.

Setelah ibuku pergi, tubuhku langsung meluruh ke lantai dan terus menangis seperti gadis yang bodoh seperti apa yang ibuku ucapkan tadi.

'Dasar bodoh! Harusnya kamu berani bicara dengan ibumu! Dasar lemah kau Cintya!'

Aku hanya bisa memaki-maki diriku yang menurutku sendiri sangatlah bodoh dan lemah sambil memukul dadaku yang sesak.


'Bisakah aku bahagia?'

***

Cerita ini hanya karangan saja yaps, jadi ambil baiknya dan buang buruknya^^

Semoga kalian bisa lebih bijak dalam menanggapi cerita ini😊

Jangan lupa klik bintangnya⭐

©Sriracha9

About Love (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang