Rekaman Memori (3)

781 42 4
                                    

Happy reading guys❤️ ~S

*****

Disinilah kami, di atap panti yang biasa digunakan untuk mengeringkan pakaian. Entah kenapa Dev tiba tiba mengajakku untuk pergi ke atap, memisahkan diri dengan anak anak panti yang agaknya aku sudah mulai akrab dengan mereka.

Hingga saat ini, sudah sekitar 30 menit sejak kita berdiaman tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut masing masing

"Ada apa Dev?" ucapku, tak tahan dengan segala keheningan yang tercipta

"Ini rumahku" ucapnya final

"Aku tumbuh dan besar disini. Dirawat dan dibesarkan dengan segala kehangatan yang diberikan bu Inah." lanjutnya menjelaskan

Aku hanya diam, tidak tahu harus merespon pengakuannya dengan cara apa.

"Maaf" ujar Devan kemudian

"Maaf? Untuk?" tanyaku akhirnya

"Maaf karna baru jujur sekarang. Aku cuma bingung bagaimana untuk memulai, menjelaskan kehidupanku ini. Dan kadang, ada rasa perih saat mengungkitnya." ujarnya sambil tersenyum namun dengan tatapan lurus kedepan, terlihat kosong menerawang.

"Kalau memang sakit, nggak perlu diungkit. Kalau memang perih, nggak perlu memaksa untuk diraih. Kalau memang diam dirasa baik, maka cukuplah bungkam." ucapku

"Aku tahu selama ini ada yang kamu sembunyiin, dan aku akui rasa penasaran itu sering datang. Tapi satu hal yang perlu kamu tahu, nggak semua harus diceritakan. Nggak semua harus dibicarakan, nggak semua harus dibagi dan di beberkan. Cukup rasakan apa yang terbaik untuk dilakukan, kemudian lakukanlah sesuai dengan yang hatimu katakan." entah darimana semua kata-kata itu meluncur begitu saja

"Terimakasih. Karna sudah mencoba untuk mengerti." lanjutnya dengan tatapan yang masih menerawang lurus. terlihat ada kilatan berbinar dari kedua manik Devan

"Bukan masalah besar." jawabku

"Memang egois buat bilang ini. Tapi aku harap, kamu bisa menerima apa yang akan menjadi pilihanku nanti." ujarnya, terasa ada yang janggal dari kata katanya yang satu ini

"Pasti" rasanya hanya kata itu yang mampu ku ucapkan

"Kak Dev, kak Nav... dipanggil ibu, disuruh makan dulu" panggil Yara yang tiba tiba sudah berada di belakang kami

*****
Selesai makan, aku dan Devan pun segera pamit untuk pulang, karna memang sudah seharian ini kami main di panti

Devan pun mengantarku sampai rumah dengan selamat.

"Pulang dulu ya" pamitnya padaku

"Nggak masuk dulu? didalem ada mama kayaknya" tawarku

"Nggak usah, langsung pulang aja ya.. udah sore juga" tolaknya

"Oh, oke.. hati hati dijalan" ucapku yang langsung dibalas acungan jempol oleh Devan

"Eh, Nav" panggilnya saat aku hampir masuk kedalam rumah

"Iya? Kenapa?"

About Love (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang