Chapter 11

235 21 26
                                    

Awan abu-abu menutupi cahaya matahari yang menyilaukan
Selamanya kau menyinariku seperti sebelumnya
Bersama dengan udara dan hembusan angin nan hangat
Tetaplah seperti dirimu apa adanya, di tempat yang sama

–EXO Been Through

Saat nadi barat merasakan kesekaratan, memuncak melewati puing-puing tersisa, hanya terlihat asap menghanguskan seisi pack hingga kesunyian melanda keseluruhan isi kota. Bukankah itu nanyian yang menyerukan kematian? Chanyeol masih bisa mendengarnya meski tak mampu menggerakan raga, namun segala rematan itu seakan mencekik jiwa, mendesaknya untuk terbangun. Berjuang untuk mendapatkannya kembali, atau kali ini menyerah pada takdir.

Hari menyakitkan itu––adalah hujan yang akan berlalu.

Bahkan dalam tidur panjang pun masih menyumpahi dirinya karena tak mampu menyelamatkan sang Luna, menyakitkan saat ia hanya bisa meminum pemandangan yang lebih mencabiknya di banding luka yang di derita, saat melihat tangan kotor mereka menyentuh permata kaum mereka yang berharga.

"Bedebah!"

"Sampai mati pun bedebah!"

Kris tertawa penuh kemenangan begitu pedangnya teraliri lagi darah. Darah pemimpin nadi barat yang berharga.

"Lepaskan dia, bunuh aku–"

--

"Min-seok"

Merapalkan berulang dalam bunga tidur yang indah sekaligus pedih, terakhir kala mereka bersua pada malam itu, malam sekaligus pengingat dari ketidakberdayaannya, pada saat yang sama– dimana ia merasa mati.

"Maaf-kan aku– "

Minseok tersenyum dengan senyuman indah nan hangat yang ia kenal.

Begitu putih berpendar di tengah cahaya mentari yang menyelimutinya.

Satu persatu dengan langkah anggun perlahan tak terjangkau pandangan, terbawa oleh bias-bias cahaya menyilaukan. Hingga sejauh apapun ia menyibak jalanan hutan, sejauh apapun ia merotasi diri melintasi waktu, sejauh ia melangkah mengenali jejak, yang tersisa hanyalah bayangan indah yang seiring memudar.

"Chanyeol—"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chanyeol—"

"Biarkan ini berakhir"

"Hati ku slalu menangis, karna tiap kali kita bertemu, yang kau rasakan hanyalah rasa sakit".

Pemimpin pack barat itu tersenyum getir.

Tiap kata dari bibir Minseok mengandung kebenaran, kebenaran yang pahit.

"Maka jangan sakit lagi–"

"Itu tidak mungkin" jawabnya tegas.

Minseok mengerjap dengan lembut, di mana dari tiap deru nafasnya terasa dekat sekaligus ingin di rengkuhnya.

The Flower Of Immortals ( Lumin & Hunmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang