Bulan bersinar menghiasi langit malam. Bintik-bintik terang menggantung dengan manjanya. Menciptakan dominasi cahaya berbinar yang memanjakan mata.
Angin berhembus kencang menebarkan aroma cendana. Semerbak lain datang dari pinggiran hutan, di mana aroma kulit kayu pinus memenuhi ruangan. Dalam ruangan megah serba magenta terlihat seorang yang sedang merangkai kata di secarik kertas.
Jantung kota adalah pusat yang riskan. Seperti aliran nadi yang tersumbat, sedikit saja dapat menciptakan kematian. Hal yang tak pernah di pikirkan oleh kaum immortal semacam mereka. Tapi ini terkait dengan harga diri.
Kematian bagi mereka adalah saat kekuasaan mereka tak lagi bekerja. Saat kaum pendominasi lain mencoba merenggut wilayah mereka dan mengobrak-abik segala isinya. Ini jelas sebuah penghinaan. Seperti surat hantaran perang secara terbuka.
Dengan langkah lebar sepasang kaki melangkah ke mansion megah milik sang vampire muda. Terpampang jelas sosok dingin yang sedang santai menikmati minumannya.
Berbalut jubah satin hitam yang terikat simpul sedikit memamerkan dada bidangnya yang kokoh. Perlahan diteguknya cairan merah pekat yang kini mengalir lewat celah kerongkongannya. Menghantarkan hawa panas yang begitu memabukan.
Sehun tak ingin benar-benar mabuk. Ia ingin menghabiskan malam panjang nan indah ini lewat gairah menggebu yang segera akan ia salurkan. Pemuda itu menemukan pelampiasan yang sempurna.
“Kau datang? Ingin menggangu acara malam ku atau meminta bantuan?”.
Cibiran itu di balas gemaan tawa kelam. Kris menghirup panjang nafasnya tak ingin terpancing emosi dengan perkataan Sehun. Mereka benar-benar memiliki sifat angkuh yang sama. Dan berakhir saling membunuh dengan pergulatan kata.
“Acara malam?” Kris menyeringai. “Seperti mengunjungi sosok cantik itu dan membuatnya mendesah di bawahmu?”.
Sehun berdecih ringan, dengan raut wajah kejam. Dengan santai menuang kembali cairan merah pekat pada gelas kristalnya. “Akan ku lakukan jika saja tak ada pengganggu yang datang. Katakan apa maumu, Aku tak suka berbasa-basi”.
Kris memiliki penawaran menarik yang bisa dibagi keuntungannya bersama. Ia sudah menyiapkan jauh-jauh hari saat kemungkinan dirinya terdesak dalam bahaya.
Penyerangan mungkin akan berlangsung kapan saja dan tak perlu menghitung hari, bisa jadi mereka sedang merencanakan taktik untuk menghancurkannya.
“Aku hanya memintamu untuk tak lengah, kau tau? meskipun kau tergila-gila pada sosok itu ia tetaplah kaum musuh”.
Kris berdiri di samping Sehun, meremat bahu pemuda itu dan bicara tepat di samping telinganya. Ini mungkin jadi perhitungan yang menantang. Hanya saja gerakan dari tubuhnya meminta untuk menyabarkan niat. Kris tak ingin kehilangan kendali.
“Tanyakan siapa Alpha-nya, maka akan ku pastikan sendiri ia akan jadi senjata atau sumber kehancuran untuk kita”.
Dan keduanya terdengar bahwa Minseok sedang dijadikan pertaruhan. Sehun mengerang mematahkan perintah omong kosong Kris, entah mengapa sesuatu yang terkait namja cantik itu kini menjadi begitu sensitif untuk ia dengarkan.
“Dengar!” Sehun mencengkram keras bahu pemimpin Klan itu dan menatapnya dengan tatapan yang tak kalah sengit. Menghantarkan rematan dari puncak kukunya yang memutih karena terusik. Tanpa sadar maniknya berubah menjadi kilatan merah terang.
“Aku tak suka melepaskan apa yang sudah menjadi milik ku!”
¨
¨
¨
¨
¨
¨
¨
¨
—to be continued. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Of Immortals ( Lumin & Hunmin)
Fiksi PenggemarSaat Klan Vampire dan Klan Wolves saling menyerang dan melanggar wilayah perbatasan. Kedua pemimpin Klan menghadapi peperangan yang luar biasa. Sosok Luna berada dan terkurung di dalam Kastil Vampire. Sang pangeran muda terjebak cinta dan tak mau me...