🌴🌴🌴
Kirana menyusuri jalan sampai ke trotoar biasa tempat menunggu jemputan. Seluruh anggota tidak ada yang mengangkat telpon atau bahkan membalas chat darinya. Seolah ponsel mereka semua mati, sehingga menjadi penyebab tidak adanya akses komunikasi sama sekali.
Gadis itu jadi merasa dongkol sendiri. Mau tidak mau pilihan terakhirnya jatuh kepada cowok paling menyebalkan untuknya. Kirana memutuskan menelpon Arga untuk menjemput. Mengingat motor yang dia miliki selalu saja disita oleh Afni, membuatnya tidak leluasa untuk ke mana-mana.
Tentu saja, menunggu adalah satu hal yang membosankan, untungnya Arga sudah lihai dalam mengendarai motor, jadi tidak sampai tiga puluh menit, cowok itu sudah tiba di hadapannya.
"Lama!" sungut Kirana dengan nada kelakar. Tetapi, ekspresi Arga justru datar nan serius. Membuat gadis itu sempat mengerutkan dahinya bingung.
"Why?" tanyanya langsung.
Arga tidak menjawab, wajahnya suram dengan tatapan yang sulit dimengerti. Kirana sendiri malah bertanya-tanya dalam hati, ada apa dengan Arga hari ini? Apakah suasana hatinya sedang buruk karena ada masalah dengan pacarnya, Karin? Atau mungkin ada perihal lain?
Sikap Arga yang demikian membuatnya tidak bisa menerka lebih lanjut. Sehingga pilihan bungkam adalah sesuatu yang paling benar dia lakukan saat ini.
Arga menepikan motor di depan markas. Tindakan tersebut semakin membingungkannya. Cowok itu mengganti sarung tangan hitam, dengan kain khas berwarna putih yang biasa mengikat di pergelangan tangan. Dia masuk ke dalam begitu saja, tanpa berniat jalan beriringan dengannya.
Suara bising benda tumpul yang mengenai tubuh, serta bersahutan dengan hiruk-pikuk orang-orang langsung menyambut indera pendengaran.
Dengan langkah penuh kehati-hatian dan mata yang jeli melihat ke sekitar. Kirana terus masuk ke dalam. Pada hitungan detik, ada sebuah balok kayu yang melayang ke arah dirinya.
"RAN, AWAS!" teriak Danang begitu keras, membuat gerakan Kirana spontan menangkap benda itu. Di sana Danang sedang melawan dua orang yang tidak dia kenal sama sekali.
Kirana mencari keberadaan orang yang hendak mencelakainya dengan balok ini.
Tanpa basa-basi lagi, Kirana menghampirinya beserta dengan balok kayu yang kini berada di genggaman. Saat sudah dekat, gadis itu langsung membuang benda tersebut tepat di tengah-tengah, seperti sebuah simbol dimulainya ajang pertarungan. Kirana tidak akan menggunakan benda apapun saat akan melakukan serangan. Tangan kosong adalah pilihan yang paling menyenangkan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LASKAR FROM ALLAH (On Going)
SpiritualHighest rank! #1 in Masjid Siapa yang sangka kalau perempuan yang hobinya tawuran, bergaul dengan banyak laki-laki yang bukan mahram, sering melakukan hal yang melenceng dari agama, dan juga si pemberantas senior-senior sok jagoan di kampus. Justru...