Malam itu, suasananya menjadi lebih menegangkan ketika Damar selesai ditangani dokter. Laki-laki itu bagai tidak tertimpa masalah apa pun dengan wajah datarnya yang menatap Lyara. Hari memang sudah menjelang pagi, dan Damar terpaksa mendapatkan empat belas jahitan di perutnya. Beruntung, luka itu tidak melukai organ dalamnya.
"Mas, maaf. Tapi, aku nggak pernah berniat buat menyembunyikan itu semua. Aku cuman mikir memang sudah nggak ada hubungan lagi sama Alfa. Kalau kamu minta aku jelasin semuanya aku akan jelaskan seberapa dekat aku sama Alfa, mas."
Di ranjang pesakitannya, dalam posisi setengah duduk. Damar menunduk sejenak, "Alfa bilang dia sudah banyak menyentuh kamu, apa setidak sehat itu pacaran cara kamu dan dia? Aku mau nggak percaya, Ly, tapi kamu pernah jauh tinggal di luar negeri. Di sana juga kamu bertemu Alfa."
Manik Lyara mulai memunculkan genangan, "Aku minta maaf, mas. Dia memang sudah pernah menyentuh pipiku, dahiku, rambutku, bahkan bibirku. Aku yang terlalu naif sampai percaya janji-janji manisnya, yang katanya aku akan selalu menjadi miliknya. Tapi kenyataanya, setelah tiga tahun, dia berhenti kuliah, dan kembali ke Jakarta."
"Berarti benar ya?"
"Mas, dengerin dulu. Setelah aku sudah tidak berhubungan lagi sama dia, sama sekali, mas. Setelah putus dengannya, adalah awal dimana aku kembali memakai hijabku. Aku sadar dia bukanlah pria yang baik, mas. Aku minta maaf ...."
Damar menarik perlahan daksa sang Istri dalam pelukannya, "Sudah, sudah cukup. Maaf kalau bikin hati kamu sakit lagi. Aku percaya sama kamu. Untuk Al, aku juga seharusnya minta maaf membiarkan kamu kalut sendirian tadi."
Lyara terisak dalam pelukan hangat suaminya, "Alfa memang pernah mengisi hati aku, mas. Pernah sedalam itu aku mencintainya. Tapi sekarang dunia aku cuman mas sama Al, nggak ada orang lain. Aku sayang sama kamu, mas."
Damar mengangguk pelan, "Aku juga, Ly. Mungkin lebih dari kamu."
Ada sedikit rasa penyesalan ketika Damar harus membuat Lyara mengingat masa kelam dan menyakitkan bagi wanita itu. Masa dimana Lyara jauh dari jalan Allah, masa dimana Lyara terlalu dibutakan oleh cinta seorang Alfa Baskara.
Kini, Damar akan bersungguh-sungguh menjaga wanitanya ini. Lyara miliknya dan hanya miliknya seorang, kalau pun harus berbagi perhatian Damar hanya rela membaginya dengan Aldebaran, tidak untuk siapa pun lagi. Semenjak memandang Lyara seperti seorang ibu bagi Aldebaran, saat itulah hatinya mulai mencintai lagi. Hatinya mampu menyembuhkan luka lama.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah dan Al [END]
Random"Ayah harus selalu bahagia, tapi jangan jadikan aku alasan kebahagiaan ayah." Mereka selalu punya cara tersendiri untuk mencairkan kehidupan yang hampa, tanpa adanya kehadiran seorang istri, tanpa adanya kasih sayang seorang ibu. Berusaha sekeras mu...