Lyara menghela nafasnya perlahan, malam yang dingin seperti ini, ia putuskan untuk menyeruput segelas coklat panas. Lyara tersenyum kecil pada seorang pria yang tengah berdiri tepat di sampingnya, sama-sama menikmati segelas coklat panas.
"Bagaimana di Riyadh?" tanya Lyara.
"Baik-baik saja, hanya perjalanan bisnis biasa." Damar menjawab, sambil tersenyum manis.
"Ada apa yang akan dibicarakan? Sepertinya penting sekali karena kamu baru saja tiba di Jakarta, langsung mampir ke rumahku," ujar Lyara.
"Soal Aldebaran, dan aku." Damar memilih menggantungkan kalimatnya. Tapi, Lyara tidak yakin kalau Damar akan menggantungkan perasaan wanita, "Orang tuamu ada disini?"
Lyara menggeleng, "Di Jogja, kenapa memangnya?"
Damar menarik nafasnya dalam, mempersiapkan mental untuk mengungkapkan perasaan yang sudah cukup lama di pendamnya, "Akhir pekan nanti, aku dan Al akan ke Jogja."
Lyara hanya mengangguk pelan, menganggap pembicaraan Damar tidak berat, "Baru beberapa hari di Riyadh sudah kangen orang tuamu?"
Damar terkekeh pelan, kemudian mengeleng, "Bukan. Aku akan menemui orang tuamu. Kurasa, sudah saatnya aku menemukan pendamping hidup yang baru. Ly, selama ini aku dan Al berusaha bertahan untuk bisa tetap menjalani hidup seperti biasa, tapi kenyataannya nggak semudah itu."
Lyara menggenggam kuat gagang gelas coklat panasnya, jantungnya berdegup cukup cepat, "Mas, aku tidak mungkin bisa sehebat istrimu dulu."
Damar menatap kedua manik Lyara begitu dalam, bagaikan ada banyak kasih sayang yang ingin disampaikan lewat tatapan matanya, "Kamu tidak akan pernah bisa menggantikan Riana, dan aku juga nggakpernah minta kamu menggantikan dia, aku tau siapapun nggak akan pernah bisa."
Lyara mengernyit, "Maksudnya, mas?"
"Kamu nggak menggantikan, Ly. Kamu melanjutkan tugas almarhumah istriku, untuk menjadi pendampingku, untuk merawat anakku. Kami membutuhkan sosok perempuan seperti kamu, dan kamu nggak perlu jadi Riana, cukup jadi diri kamu sendiri yang tulus seperti ini."
Manik Lyara menampilkan genangan air matanya, "Aku nggak tau apa aku sang—"
"Sanggup, Ly. Kamu tau betapa nyamannya Al kalau sudah sama kamu, dan kamu tau betapa bahagianya dia ketika bersama kamu? Aku juga butuh seorang istri, nggak selamanya aku bisa jadi orang tua yang terbaik untuk Al. Aku ... sayang sama kamu, Ly."
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah dan Al [END]
Random"Ayah harus selalu bahagia, tapi jangan jadikan aku alasan kebahagiaan ayah." Mereka selalu punya cara tersendiri untuk mencairkan kehidupan yang hampa, tanpa adanya kehadiran seorang istri, tanpa adanya kasih sayang seorang ibu. Berusaha sekeras mu...