18. She Not Liar

1.2K 153 3
                                    

Peter mendengar suara tabrakan dari danau. Saat ini dia tengah berjalan-jalan di koridor Istana Loctus, habis bertemu dengan Tuan Putri Elissa. Dia harus bertahan menghadapi Putri cerewet bermuka dua yang hanya membuatnya jengah. Majikan sekaligus temannya, Alvern, sedang pergi entah ke mana.

Alvern tak memberitahu ke mana dia pergi, tapi Peter menduga kalau dia hendak bertemu Caleste.

Peter menuju arah suara, terkejut melihat Felix di danau dengan lingkaran sihir di tangan. Dia bersembunyi, rasanya dia harus mengintip dulu dibanding langsung menerobos seperti prajurit menangkap kriminal.

Matanya membelalak melihat Caleste tergeletak di tanah. Darah membasahi rambut pirang Caleste, tampai jelas kalau dia habis menabrak pohon di belakangnya dengan keras. Felix berdecih, lingkaran sihir menghilang, lantas berlalu pergi meninggalkan Caleste.

Ketika Felix sudah pergi lumayan jauh, Peter keluar dari tempat persembunyiannya -- di bawah gazebo. Dia berlari menghampiri Caleste lantas berjongkok di sana.

"Tuan Putri!" Tak ada balasan, Caleste sudah kehilangan kesadarannya. Wajah gadis itu pucat sekali. Dari balik baju, Peter melihat kilas luka di bahu Caleste. Dia segera membopong Caleste dan membawanya ke salah satu ruangan di Istana Jasmine.

------------

Area terlarang Istana Lilac

Sepatu Alvern berkeletuk di lantai keramik. Suasana di tempat ini memang seperti yang dibilang Caleste dulu, suram. Tapi dia tak takut karena sudah terbiasa. Alvern kadang terlibat dalam misi yang mengharuskannya berada di tempat-tempat gelap, dan itu menjadikan matanya setajam elang.

Dia memasuki kamar Luisa, menjepit hidung dengan satu tangan karena mencium aroma busuk. Kamar Luisa bahkan lebih parah dibanding gudang, mungkin karena jarang dibersihkan. Apalagi dengan Ginger sebagai kepala pelayan. Alvern bertaruh Ginger malas sekali membersihkan area ini.

Alvern menelusuri kamar dengan hati-hati. Dia ke sini hanya untuk melihat-lihat, siapa tahu nanti mendapatkan petunjuk lain.

"Huh, kasihan sekali Caleste. Tapi bagaimana aku mengetahui rahasia di balik kebencian Yang Mulia padanya? Aku samar merasakan sihir hitam di Yang Mulia dan Tuan Putri Elissa. Sihirnya jelas sangat kuat, tapi hanya bisa dirasakan sedikit," monolog Alvern sembari menendang tumpukan kayu.

Dia menyentuhkan tangan ke dinding berdebu. Lingkaran sihir berwarna biru serta-merta muncul, dia berkonsentrasi untuk mencari aura-aura negatif atau bekasnya. Aroma busuk yang merebak di hidung makin menusuk, dia berusaha mengabaikannya.

Seperkian detik kemudian, Alvern tersenyum penuh kemenangan. Ada jejak sihir di nakas dan lantai keramik dan ini bukan sihir biasa. Meskipun tak kuat, tapi ini jenis sihir rumit yang tak mudah dimiliki para penyihir.

Alvern memperkirakan pemilik sihir ini datang setidaknya kemarin. Jejaknya masih terasa sejelas ini, biasanya jejak sihir perlahan memudar seiring pemiliknya meninggalkan tempat di mana dia meninggalkan jejak dengan begitu lama.

Alvern menarik tangannya, lingkaran sihir menghilang. "Hhmmm, jadi apakah ini jejak sihir yang kurasakan tadi malam?" Dia mengetuk dahi pelan. "Tidak salah lagi, ini memang jejak sihirnya."

Alvern memutari kamar sambil sesekali memeriksa laci dan bawah tumpukan kayu. Gorden jendela dibukanya dengan sihir. Dia sejenak mematung di tengah kamar. "Sepertinya si pemilik sihir ke sini setelah Caleste mengambil barang-barang. Berarti dia tahu kalau Caleste telah membongkar kamar ini. Kalau begitu, bisa jadi nyawa Caleste dalam bahaya."

Alvern mulai mengeluarkan spekulasi dengan skeptis. Sekarang dia mengkhawatirkan nyawa Nona Danau Malamnya. Dia menggeleng, mengusir pemikiran tersebut.

The Destiny of the King's Daughter [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang