17. Not Recognized

1K 157 4
                                    

Caleste bersandar di balkon kamarnya. Hari sudah tengah malam, tapi dia tak mengantuk sama sekali. Dia juga sedikit sekali makan tadi, tapi tetap tak merasa lapar. Tangan kanannya memegang buku diary Luisa.

Dia terus membalik-balikkan halaman buku sepanjang malam, sampai diomeli oleh Kathryn karena hanya makan sedikit dan tak fokus.

Diary Luisa kebanyakan menuliskan tentang kesehariannya bersama Felix. Dari situ, akhirnya Caleste tahu seperti apa perjuangan ayahnya meluluhkan hati ibunya. Nyatanya tidak mudah. Karena Luisa sejak awal sudah benci dijadikan selir, makanya dia selalu menghindar bertemu Felix.

Namun, dengan kegigihan luar biasa Felix berhasil meluluhkan hati Luisa. Tak peduli sudah berapa kali Luisa marah, memukul, bahkan menjatuhkannya ke dalam danau di Istana Loctus.

Caleste mau tak mau tersenyum. Dia membayangkan ibunya berani melakukan semua itu kepada Felix, yang sepertinya sifat tersebut menurun padanya. Lalu, kalau Felix menyayangi Caleste, kenapa sekarang dia bertindak sebaliknya?

"Kau sudah berjanji, Ayah dan kau menginkarinya."

Dia membaca ulang diary pada tanggal lima Januari. Susah sekali percaya kalau Felix kini berbalik membencinya sementara di masa lalu dia amat mencintai Luisa. Caleste merasa ada yang tak beres di sini. Apa yang terjadi setelah diary terakhir ibunya? Apalagi di situ, seolah Luisa memberitahu kalau ada sesuatu yang buruk akan atau telah terjadi.

"Andai aku menemukan sesuatu yang lain. Sayang sekali aku hanya menemukan sedikit sekali benda kenangan masa lalu." Caleste menarik sarung tangan dan sapu tangan bayi dari saku.

Dua benda itu memiliki warna dan corak yang sama. Bercorak kepala kelinci dan wortel. Di pojokan sapu tangan, terdapat nama Caleste yang sepertinya disulam mandiri. Sepertinya Luisa yang melakukan itu.

"Hei, Nona Danau Malam!"

Dia melongok ke bawah balkon, membelalak mendapati Alvern di bawah sana dengan menengadah ke arahnya. Tatapan Caleste segera mengedar kesana kemari, memastikan tak ada siapapun yang melihat Alvern di Istana Lilac.

"Apa aku boleh ke sana?" tanya Alvern dengan suara lumayan kecil. Ternyata dia tahu diri untuk tak menarik perhatian para penjaga yang barangkali berkeliaran.

Caleste bimbang sejenak, tapi mengingat dia tak enak juga membiarkan Alvern terus menerus mendongak, jadi dia mengangguk. Alvern langsung melakukan teleportasi, pindah tepat di depan Caleste.

Malam ini, Alvern mengenakan kaus putih polos yang ditutupi jubah pendek. Pakaiannya tak kalah sederhana dengan saat mereka jalan-jalan di kota dulu. Mengingat kenangan itu, membuat Caleste senang dan malu bersamaan.

Dia meletakkan tangan di depan dada. Sarung dan sapu tangan bayi diletakkan dalam buku diary. "Kenapa kau di sini? Tidak baik lho ke kamar perempuan malam-malam sendirian," godanya sambil nyengir.

Alvern melirik benda di tangan Caleste sejenak. "Aku tak bisa tidur, dari tadi mendapat firasat buruk tapi tak tahu apa maksudnya."

"Firasat buruk? Apa ini ada hubungannya dengan keluargamu?" balas Caleste. Alvern jarang merasakan firasat buruk, sekali dirasakan kemungkinan besar sesuatu yang salah terjadi.

Dia dan Alvern sudah lebih dekat sejak seminggu yang lalu. Mereka sering bertemu diam-diam -- beberapa kali Peter juga ikutan. Caleste mulai mengenal karakter Alvern lebih dalam, begitu juga sebaliknya.

Menyenangkan rasanya menghabiskan waktu dengan Alvern dan Peter. Mereka berdua benar-benar teman pengertian yang selalu bisa membuatnya tersenyum dan tertawa. Hari-hari Caleste yang biasanya abu-abu, kini jadi lebih berwarna.

The Destiny of the King's Daughter [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang