Epilog

2K 191 30
                                    

Hai, Caleste.

Mungkin ini agak terlambat dan jujur aku hampir lupa, untung Joanna mengingatkanku. Ekhem, jadi langsung saja, selamat ulang tahun Nona Danau Malam-ku!

Fufufu, tak sadar akhirnya kau berumur lima belas tahun. Semoga panjang umur, sehat selalu dan kurangi tingkah bar-barmu ya .... Ingat, kau ini Tuan Putri, bukan bocah kampung.

Aku sudah memberikan kado terbaik untukmu. Semoga kau suka –– ah ya, Ibunda, Joanna, dan Peter juga mengirim kado. Ibunda dan Joanna sangat ingin bertemu denganmu, apalagi Joanna. Dia sudah membayangkan kau sebagai kakak perempuannya, maklum saja, dia anak perempuan tunggal.

Ngomong-ngomong kita sudah cukup lama tidak bertemu, ya. Aku berharap kau berkunjung ke kerajaan, mungkin saat liburan. Tapi aku tahu kau jelas mendapat izin susah untuk liburan mengingat ayahmu yang kelewat protektif.

Baiklah, sekali lagi selamat ulang tahun. Aku merindukanmu. Dadah!

Salam, Alvern.

"Kyaaa! Bagaimana bisa pangeran mengirim surat seperti itu?!" Elissa di samping Caleste memekik girang seperti habis mendapat lotre, membuat gendang telinga Caleste pekak.

Gadis yang baru menginjak usia lima belas tahun dua minggu yang lalu itu merona. Dia juga tak habis pikir dengan Alvern, sang pangeran mengirim surat yang tak ada tata kramanya dan blak-blakan.

Yeah, sebenarnya ini bukan yang pertama kali. Caleste dan Alvern bertukar surat setidaknya sebulan sekali dan karena pengiriman surat yang jauh jadi membutuhkan waktu lama. Caleste harus menunggu minimal sepuluh hari untuk kedatangan surat Alvern.

"Sa, jangan berteriak begitu. Suaramu membuat jendela pecah, tahu tidak?" balas Caleste, sengaja membuat Elissa jengkel.

Elissa merengut, menghempaskan bokong ke kursi beludru. Saat ini mereka berada di balkon kamar Caleste di Istana Lotus. Elissa menepati janjinya, dia membatasi pertemuan dengan Felix. Waktunya lebih banyak digunakan bersama dengan Caleste atau bermain sendirian di kamar.

Dia perlahan memulih, tak lagi sering bermimpi buruk atau takut secara reflek ketika menyentuh suatu benda atau bertemu orang lain. Adiknya itu aslinya hiperaktif, tak bisa disuruh diam untuk waktu yang lama. Kalau dia sendiri sih, masih bisa bertahan.

Karena Asterix, Elissa mengidap nyctophobia, yaitu takut pada kegelapan. Ternyata selama tubuh Elissa dikuasai si iblis, dia terkurung dalam kegelapan hampa.

Berita tentang Caleste menjadi putri kesayangan Felix, menyebar dengan cepat. Banyak gosip beredar, ditambah dengan keakraban Caleste dengan Alvern. Tapi semua itu berusaha dilebur oleh ancaman Felix dan intimidasi Alvern, sekaligus dengan Caleste yang berusaha menunjukkan ke bangsawan kalau dia pantas menjadi putri mahkota.

Orang luar tak tahu kejadian sebenarnya. Hanya orang-orang tertentu yang tahu kalau selama ini Elissa dirasuki iblis.

Sementara di mata Felix, Elissa sebatas anak tiri. Dia tak menunjukkan kasih sayang berlebih, tapi memenuhi semua kebutuhan Elissa. Untuk saat ini, ayah Caleste itu memang belum bisa menerima keberadaan Elissa, tapi ke depannya pemikiran Felix pasti berubah.

"Eh kak, bukannya upacara kedewasaan pangeran sudah mau dekat?"

"Iya juga sih, tapi aku harus bagaimana? Datang ke Kerajaan Avehar? Kau tahu sendiri perangai Ayah, aku pergi jalan-jalan ke kota dengan penyamaran saja sudah khawatir sekali seperti aku pergi ke medan perang."

The Destiny of the King's Daughter [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang