8 | fishy

238 217 49
                                    

🌹Rose's🌹

Selamat membaca!

____________________

"Ros..se..ba..gai..mana?" Tanya Nolan dengan terbata-bata.

Ana hanya bisa menangis dan dengan sigap Mahen yang berada di samping Ana, langsung memeluknya. Ana tak sanggup menjawab pertanyaan dari Nolan.

"Rose tidak selamat, Nolan," jawaban dari Mahen membuat Nolan syok dengan pandangan mata kosong.

Nolan masih tidak bisa mencerna dengan baik jawaban dari ayahnya. Tidak mungkin Rose meninggalkannya begitu saja. Nolan jadi teringat dengan perkatan Rose yang mengatakan bahwa dirinya senang sekali karena akan pulang.

"Malam ini aku akan pulang Nolan" ucap Rose girang.

Nolan mencoba untuk duduk dan dengan sigap Ana membantu. Ia sekarang menyadari arti perkataan Rose saat itu. Arti 'pulang' yang dimaksud adalah benar-benar pulang ke tempat yang damai.

"Harusnya aku juga mati malam itu," racau Nolan sambil meneteskan air mata dan mencoba mencabut infus serta selang oksigen yang ada di hidungnya.

Ana dan Mahen yang melihat keadaan Nolan langsung memeluk Nolan yang terus meracau dan memberontak.

Hati Ana sangat hancur melihat anaknya seperti ini. Ana tahu Nolan sudah ada rasa sejak ia mengenalkan dirinya dengan Rose. Tapi naasnya, mereka hanya baru beberapa kali bertemu dan tidak akan pernah bisa bersatu untuk selamanya.

Mahen yang melihat Nolan yang mulai tidak bisa dikendalikan langsung memanggil dokter. Setelah dokter datang, Nolan segera diberi obat penenang. Mahen dan Ana menatap miris keadaan putranya.

•••

Setelah seminggu dari kejadian pemberontakan tersebut, Nolan akhirnya bisa keluar dari rumah sakit meskipun masih harus menggunakan kursi roda, mengingat kakinya yang cedera.

Tentunya Nolan mengalami masa-masa yang sulit. Dirinya terus memberikan tatapan kosong dan terkadang air matanya mengalir tiba-tiba. Walaupun selama seminggu itu dirinya dijenguk oleh banyak rekan bisnis dan teman-teman yang mencoba menghibur, tetapi tak ada satupun yang membuat dirinya terhibur. Bahkan Ana dan Mahen yang orang tuanya sendiri tidak tau harus berbuat apa untuk menghibur Nolan.

Ditambah lagi dengan tidak ada satupun keluarga rose yang menjenguk Nolan membuat dirinya merasa semakin bersalah.

Nolan menyalahkan dirinya. Karena dirinya yang mempunyai mobil itu. Karena dirinya yang tidak memeriksa keadaan mobil itu sebelum dipakai. Karena dirinya yang menyetir mobil itu. Dan karena dirinya yang bertengkar dengan Rose tepat sebelum kecelakaan itu terjadi.

Sesampainya di kediaman orang tua Nolan, Nolan tiba-tiba bertanya kepada ayahnya.

"Ayah, bagaimana bisa Rose meninggal?" Tanya Nolan dengan suara yang bergetar dan mata yang memerah serta berkaca-kaca.

Mahen menghela nafasnya dengan sedikit kasar.

"Nolan, mending kamu istirahat dulu ya, kita bicara itu kalo kamu udah sembuh ya," Ana yang malah menyahut dan mengambil alih kursi roda yang tadinya didorong oleh Mahen.

Tapi Nolan menghentikan kursi rodanya dengan tangannya dan berkata, "aku ingin tau sekarang Ma."

Ana kembali terisak pelan dan menutup mulutnya karena tak sanggup menceritakannya. Perlahan Ana berjalan menuju kamarnya meninggalkan Mahen dan Nolan untuk berbincang.

"Ayo kita ke halaman belakang, " ajak Mahen sambil mendorong kursi roda Nolan.

Bisa Nolan lihat bahwa halaman belakang rumahnya ini sudah banyak tanaman yang layu. Mungkin karena Mamanya yang tak sempat menyiram dan merawat tanamannya karena harus merawat dirinya di rumah sakit. Halaman belakang rumah Nolan adalah daerah kekuasaan Mamanya, tukang kebun di rumahnya pun hanya boleh merawat tanaman yang ada di halaman depan rumah saja. Meskipun begitu, udara di halaman belakang ini masih terasa sejuk.

Rose'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang