15| melancong

109 66 105
                                    

🌹Rose's🌹

Selamat membaca!

____________________

Pagi ini Rose tengah bersiap-siap untuk ikut pertemuan bisnis ke negara lain bersama Aldrich. Sebenarnya Rose sudah menolak untuk ikut ke dalam hal yang berbau pura-pura akrab kepada rekan bisnis Aldrich, tapi mau bagaimana lagi, sekarang ia adalah istri dari seorang pria kaya raya yang memegang beberapa perusahaan yang memang bukanlah perusahaan yang  main-main.

"Aku kan udah bilang gamau ikut, kenapa maksa sih?!" Rose mendumel sambil memilih baju yang ada di lemari.

Kendati begitu, Rose tetap memilih dan mencocokkan outfit yang akan dipakainya saat disana. Sejujurnya dirinya sendiri pun belum tau apa saja yang akan ia dan Aldrich lakukan disana. Apakah hanya pertemuan bisnis saja atau juga sekalian liburan. Tetapi mengingat bagaimana perlakuan cuek Aldrich kepada dirinya, Rose berani bertaruh Aldrich pasti tidak akan menyia-nyiakan waktunya hanya untuk sekedar jalan-jalan saja.

"Ini warna coat nya cocok gak sama turtleneck ini?" Saat ini Rose tengah berkaca dengan pakaian yang ia pilah dari 1 jam yang lalu.

Baju yang dikenakan Rose saat ini adalah turtleneck berwarna krem dan coat panjang berwarna hitam menjadi outer sekaligus penghangat tambahan. Untuk bagian bawahnya, Rose memadukan rok yang berbahan leather serta stocking berwarna hitam. Tak lupa dengan aksesoris topi baret serta anting yang membuat dirinya lebih elegan dan cute secara bersamaan.

"Gimana menurutmu Liz?" Rose balik badan menatap Lizzie yang sedari tadi setia menunggunya memilah baju apa yang cocok untuk ia pakai.

"Lizz!" Sentak Rose membangunkan Lizzie yang tertidur bersender di sofa kamar Rose.

"Kok tidur sih? Udah capek kamu kerja sama aku? Aku nyebelin gitu?" Protes Rose.

Melihat Rose yang sepertinya marah karena diabaikan, Lizzie menjawab, "maaf Rose, karena tiba-tiba kamu harus pergi ke luar bersama Mr. Aldrich, jadi aku harus mengatur kembali jadwalmu bertemu dengan dokter, pertemuan asosiasi, dan masih banyak--"

"Jadi kamu mau bilang kalo kerjaanmu itu berat banget gitu? Gak betah sama aku? Aku nyebelin gitu? Mau resign?" Rose bersedekap saat mengatakan kalimat-kalimat pedas itu.

Tentu saja saat mendengar pertanyaan terkahir yang ditanyakan oleh Rose, Lizzie langsung menyelanya, bisa gawat kalau sampai saja dirinya tiba-tiba dipaksa mengundurkan diri.

"Rose, kayaknya kamu butuh yang segar-segar, kita minum smoothies yuk? Lagian kan kamu juga sudah ada orang yang selalu mengatur pakaianmu, jadi kamu gak perlu repot-repot deh milih-milih lagi," seharusnya solusi ini bisa menjadi solusi yang sangat efektif bagi Rose, tapi bukan Rose namanya kalau tidak berdebat.

"Smoothies lagi? Aku kan juga pengen coba minuman baru yang kemaren kamu pesan, oh apa karena penyakit ku lagi aku gak bisa minum itu? kasian banget sih aku," nada sedih tiba-tiba muncul, membuat Lizzie menjadi bingung. Rose berjalan menuju sofa untuk duduk.

"Dan apa katamu? Stylist itu? Jadi kamu bilang bahwa gaya berpakaian yang aku pilih sendiri ini norak maka dari itu aku butuh stylist itu?" Tentu saja nada yang dikeluarkan untuk kalimat ini bukan lagi nada sedih, melainkan nada sinis yang biasa Lizzie terima. Apa yang kamu harapkan Lizzie?

"Oke oke, kamu minta minum seperti minumanku kemarin? aku akan pesankan, dan soal baju yanga akan kamu pakai untuk pergi akan aku bantu pilihkan," dengan menarik nafas panjang, ucapan tersebut menjadi final dari keputusan Lizzie yang mencoba menuruti perkataan yang diucapkan oleh Rose.

Rose mencopot coat yang ia kenakan dan melemparnya ke lantai begitu saja. Sambil berjalan ia berkata, "Gak jadi, aku udah gak ada mood buat milih-milih outfit lagi, kamu bisa panggil stylist ku! Untuk minumannya sekalian juga pesankan aku Big Mac dari Mc*D! Aku tunggu di movie room!" Setelahnya ia keluar meninggalkan kamarnya, menyisakan Lizzie yang menghela nafas panjang.

"Aku punya salah apa ya tuhan?" ucap Lizzie sambil mengelus dada.

•••

Di salah satu private jet milik miliader tampan di London, siapa lagi jika bukan Aldrich. Ya sekarang, Aldrich dan Rose tengah perjalanan menuju tempat yang masih satu kawasan dengan London, yaitu di benua Eropa yang lebih tepatnya adalah Prancis.

Lizzie tentu saja tak bisa jauh dari Rose karena dirinya yang merupakan asisten pribadi Rose. Namun Lizzie tak ingin menampik, bekerja untuk Rose dengan salary yang begitu menggiurkan dalam sebulan, tentu saja sebanding dengan beban kerjanya yang lumayan berat. Menuruti kemauan Rose merupakan tantangan bagi Lizzie. Lizzie sendiri merasa bekerja sebagai seorang nanny dibandingkan asisten pribadi. Dan tak ingin berbohong juga bahwa ia senang sekali dengan pekerjaan berat menguras iman ini. Lihat saja sekarang, dirinya tengah naik private jet menuju negara impiannya, Prancis.

"Lizzie, bisakah kamu diam?" Rose yang dari tadi berada di balik kursi Lizzie, merasa cukup terganggu dengan celotehan Lizzie.

Lizzie berkata bahwa ini pertama kalinya ia naik private jet dan ke negara impiannya, jadi ia tak ingin menyia-nyiakan waktunya hanya untuk berleha-leha. Lizzie berjanji pada dirinya bahwa ia akan membuat sebuah vlog perjalanan yang akan ia simpan untuk kenang-kenangan.

"Sorry Rose, vlog ini sangat berarti bagiku," Lizzie berucap dengan nada memelas dan melnajutkan kegiatannya yang berceloteh untuk kegiatan vlognya.

Rose menghela nafas pelan, dan hal itu membuat Aldrich yang sedang membaca sesuatu di iPad nya terkekeh kecil.

"Biarkan dia meraih kebebasannya untuk menggapai impiannya Rose," ucap Aldrich sambil tersenyum mengejek.

Apa barusan Aldrich mengejeknya? Rose tersinggung.

"Jangan merusak mood ku Aldrich, aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu!" ucap Rose ketus lalu memalingkan wajahnya ke jendela.

"Setelah pesawat ini mendarat, kamu dan Lizzie bisa langsung ke hotel. Aku akan langsung ke perusahaan untuk mengecek dan mempersiapkan pertemuan bisnis itu." Ucap Aldrich yang masih menatap iPad nya dengan serius.

"Kamu akan tetap menemaniku jalan-jalan kan?" Rose berucap penuh harap walau nada bicaranya tetap saja angkuh.

Aldrich terkekeh.

"Apa yang lucu?" Rose kesal. Aldrich selalu saja menertawainya.

"Coba minta dengan nada yang lembut!" Pinta Aldrich masih dengan senyum geli nya.

"Apasih? Jawab aja pertanyaanku!" Jujur saja sekarang Rose agak salah tingkah, karena Rose tau Aldrich hanya berniat menggodanya.

"Tidak," Aldrich menjawab dengan wajah jenakanya.

"Yang benar saja, aku dan Lizzie tidak tau Prancis, bagaimana jika aku dan Lizzie tersesat? Kamu sengaja membuangku ya?" Rose dan prasangkanya.

Ingin tahu reaksi Aldrich setelah mendengar rentetan kata dari Rose? Aldrich tertawa.

"Oh My God!" keluh Rose.

"Aku hanya meminta kamu mengutarakannya dengan nada lembut Rose" ucap Aldrich yang berbicara masih dengan sisa-sisa ketawanya.

"Oh your dream!"

Aldrich hanya tersenyum mendengar jawaban Rose.

Rose dan egonya.








____________________

•TBC•
Terimakasih sudah membaca cerita ini.
Jangan lupa vote and comment ya!
<3
Ada yang kangen Rose gak?
Kalo aku kangennya sama kalian sih hahaha👀

Rose'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang