13 | resmi

170 134 50
                                    

🌹Rose's🌹

Selamat membaca!

____________________

Setelah perdebatan tentang pernikahan antara Rose dan Aldrich kemarin. Disinilah mereka sekarang, pesta pernikahan yang sangat mewah.

Mereka resmi menjadi sepasang suami istri tadi pagi setelah mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan. Acara sakral itu disaksikan lebih dari 200 orang yang menurut Aldrich tak ada apa-apanya, tapi menurut Rose sangatlah berlebihan. Bukankah acara seperti ini harusnya dihadiri keluarga dan kerabat dekat saja, bukannya malah bertambah menjadi pemilik saham juga.

Dan sekarang Rose terjebak lagi dengan pesta yang sangat mewah menurut Rose dan biasa menurut Aldrich. Sejujurnya Rose sudah muak dengan pesta yang sepertinya tidak akan ada habisnya. Tamu dari Aldrich sangatlah banyak, hampir semua rekan bisnisnya diundang. Bayangkan saja, sebanyak 1000 orang lebih hanya tamu undang dari Aldrich. Tentunya tidak ada tamu undangan dari Rose. Rose kan tidak punya teman.

"Huft," Rose menghela nafas pelan.

Daritadi Aldrich membawanya kesana kemari untuk berkenalan dengan rekan bisnisnya. Awalnya mungkin mereka akan membahas tentang Rose tapi lama kelamaan Aldrich dan rekan bisnisnya malah membahas masalah pekerjaan. Tidak bisakah masalah tersebut dikesampingkan? Seperti sekarang ini, sudah hampir 10 menit mereka berbicara tanpa menghiraukan Rose.

"Hello! Aku juga manusia! Ajak bicara aku!" Batin Rose.

Tentu saja Rose hanya bisa mengucapkannya dalam hati. Bisa rusak reputasi Aldrich kalau saja Rose bersikap tidak sopan.

"Menyebalkan memang saat kita diabaikan," tiba-tiba seseorang muncul di samping Rose dan berkata demikian. Rose hanya mengangkat alisnya.

"Levin," ucap pria itu lagi sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum manis. Rose bahkan sudah bisa menebak bahwa orang ini pastinya pria yang pandai merayu.

Rose berpikir mungkin meladeni pria ini tak akan jadi masalah daripada dirinya kebosanan karena diabaikan oleh Aldrich sejak tadi.

"Rose," Rose menerima jabatan tangan Levin dan tersenyum tipis. Levin yang melihatnya saja sudah tahu bahwa senyuman itu sangatlah mahal.

Tak hanya berjabat tangan, Levin langsung menarik tangan Rose untuk dikecupnya. Rose berdecih, mungkin jika wanita lain akan tersipu diperlakukan seperti ini, tapi tidak dengan Rose.

"Tak salah memang, namanya saja sudah secantik itu," senyuman playboy ditampakkan oleh Levin.

"the bride, right?" tanya Levin.

"kalau udah tau aku pengantinnya kenapa masih berani menggodaku? dasar buaya!" batin Rose merutuki pria gila ini.

"yes I am,"

Levin secara halus membawa Rose ke tempat yang agak jauh dari tempat Aldrich berdiri. Rose pun tak ambil pusing, toh Aldrich tidak akan sadar Rose masih berada disampingnya atau tidak.

Balkon yang cukup besar di gedung perayaan tersebut menjadi pilihan Levin membawa kabur Rose, tapi tentu saja tak banyak yang ke arah balkon karena pesta di dalam jauh lebih meriah. Tepuk tangan untuk kelihaian Levin untuk mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Kau tau cuaca malam ini dingin tapi kau tetap membawaku ke balkon," Rose mengangkat alisnya.

Levin terkekeh dan melepaskan jasnya lalu menyampirkannya di bahu Rose.

"Sudah berapa banyak pengantin perempuan yang kau ajak seperti ini?" Rose memulai pembicaraan dengan santai

"Tidak ada terimakasih?" Levin terkekeh. Levin bahkan sepertinya tak tersinggung dengan kata-kata Rose.

Rose'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang