Happy reading...
Jungkook mengelus surai Taehyung penuh kasih sayang. Tangan kirinya menggenggam tangan kiri Taehyung. Sahabat Jungkook duduk di brankar sebelah Taehyung.
"Kook, bagaimana dengan rencanamu? Gagal lagi?" celetuk Jimin tiba-tiba.
"Tidak," jawab Jungkook tanpa melihat Jimin.
"Lalu?" bingung Jimin.
"Kita laksanakan besok." Jungkook berbalik memandang ketiga sahabatnya.
"Besok? Bukankah besok dia sudah pulang ke rumahnya?" timpal Yugyeom.
"Nah, iya. Bukannya besok dia pulang, ya? Lalu bagaimana caranya supaya kita bisa menghajarnya? Tidak mungkin kita akan menyusulnya ke Daegu," tanya Mingyu.
Jungkook memandang malas ketiga sahabat bolotnya ini. Kenapa otak mereka sangat lemot?! "Memang tidak! Saat dia di perjalanan pulang, kita bisa mencegatnya lalu membawanya ke markas! Begini saja kalian tidak paham! Dasar bodoh!" balas Jungkook menggeram kesal.
Mereka menyengir konyol dengan membuat tanda peace.
Tiba-tiba jemari Taehyung bergerak pelan, disusul oleh kelopak mata yang perlahan terbuka. Ia mengejapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya.
"Sshh," ringis Taehyung pelan ketika kepalanya terasa pening. Ia memegang kepala yang terbalut perban itu.
Jungkook segera menengok ke arah Taehyung begitu mendengar ringisan itu.
"Tae, apa kau pusing?" tanya Jungkook.
Taehyung menatap Jungkook sekilas, lalu membalas ucapan pria itu dengan anggukan pelan. Jungkook mengambil gelas berisi minuman yang ada di atas nakas, lalu memberikannya pada Taehyung untuk diminum.
"Minum dulu," kata Jungkook lembut.
Taehyung menurut, ia membuka mulutnya dan mulai meminum air tersebut, ia bangun dengan bantuan Jungkook.
"Terima kasih," lirih Taehyung pelan.
Jungkook mengangguk, ia meletakkan gelas tersebut ke tempat asalnya setelah membantu Taehyung untuk tidur kembali.
"Kenapa mengatakan terima kasih?"
Taehyung menatap Jungkook dan membalas perkataannya. "Karena kau sudah menolongku tadi. Jika saja kau tidak datang tepat waktu, mungkin keadaanku akan semakin parah."
Jungkook tersenyum. "Tidak perlu berucap terima kasih. Itu bukanlah apa-apa. Harusnya aku yang meminta maaf padamu, karena menungguku kau jadi dibully oleh mereka."
"Hem, tidak masalah. Lagi pula ini hanya luka kecil."
"Luka kecil katamu?! Kau saja pingsan hampir satu jam lamanya! Apanya yang luka kecil?!" marah Jungkook.
"Maaf," lirih Taehyung.
"Jangan marah, bodoh! Dia jadi takut!" kata Jimin ngegas.
Jungkook mengatur emosinya kembali melihat wajah Taehyung yang takut. "Aku minta maaf sudah membuatmu takut. Aku tidak bermaksud, aku benar-benar khawatir saat kau pingsan begitu lamanya. Tadi aku terlambat karena dihukum membersihkan gudang sekolah."
"Memang apa yang kau lakukan?" tanya Taehyung penasaran dengan alis berkerut.
"Aku ketahuan membolos dan merokok di dalam toilet. Andai saja guru itu tidak menghukum ku, kau pasti tidak akan mengalami hal ini! Aku benar-benar kesal pada guru yang seenaknya itu! Tua, menyebalkan, seenaknya sendiri! Ingin rasanya ku cekik dia!"
Taehyung memandang Jungkook dengan mata membulat. Pria ini sungguh tak sopan! Itu gurunya loh, bisa-bisanya memaki guru di belakang seperti itu.
"Jangan menyalahkan gurunya, kan itu salahmu sendiri. Jika saja kau tidak melanggar aturan dengan membolos dan merokok, mereka pasti tidak akan menghukummu! Dan yang harusnya kesal itu mereka karena menghadapi murid berandal sepertimu! Aku pun akan lakukan hal jika menjadi guru dan menghadapi murid sepertimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine [End]
Roman pour AdolescentsKim Taehyung, murid pindahan dari Daegu. Laki-laki cantik yang tidak sengaja menjerat hati sang most wanted yang dikenal arogan, kejam dan tak berperasaan. Bagaimana nasib Taehyung setelah bertemu sang most wanted itu? Mampukah dia menghadapi sikap...