12 - Bantai Penyebab

723 124 35
                                    

Peringatan!

Sebelum itu, aku mau bilang. Chapter kali ini bersifat sensitif. Itu ada di bagian akhir chapter.

Bijaklah dalam menanggapi bacaan.

Terima kasih~



[12]

"Bisa disimpulin, bahwa Hansung setengah dari nyawa gue"

Setelah berujar begitu, Jungkook mendudukan dirinya. Beranjak dari ranjang, meraih saklar lampu dan menerangkan kamar.

Membuat pandangan Taehyung bias menusuk, segera menetralkan penglihatan.

Sedang Jungkook mendekati meja belajar, membuka laci di sana sebelum mengambil satu buah potret.

Menatapnya sejenak, tak lepas dari Taehyung yang sudah beralih duduk sembari memperhatikan apa yang Jungkook lakukan.

"Mau liat?" tanya Jungkook menyerahkan potret itu pada Taehyung yang segera menerimanya.

Melihat jelas wajah seorang pemuda yang tersenyum kecil, memegang satu lembar piagam di tangannya.

Tak ada orang lain di sana selain pemuda itu, yang mana Taehyung tau. Bahwa sosok itu ialah orang yang memiliki rupa yang sama seperti dirinya dan Hansung.

"Jeon Taehyung?" Gumam si Kim, mendongakkan wajah disertai anggukan Jungkook membenarkan.

"Dan setengah nyawa gue yang lain itu. Dia, abang gue" Jungkook tersenyum parau.

Lalu mengambil tempat duduk di samping Taehyung. Menatap ke depan, tepatnya pada sebuah kotak di samping meja belajar.

"Abang gue, abang kandung gue, satu rahim sama gue, punya ibu yang sama, ayah yang sama, dan bang Seokjin ialah abang kami sama sama. Tapi.. "

Jungkook menarik nafas sebelum dikeluarkan dengan sekali hembusan "Gue gak kenal dia sama sekali"

"Bahkan gue sebagai adiknya, gak tau dia ngidap penyakit ganas di tubuh. Nahan sakit setiap hari, disiksa di sekolah. Dicaci maki di rumah. Ditampar sama bapak karena dia ngebela gue dari Taeseok. Gue liat semuanya, gue ada di situ saat Bang Tae nerima kerugian dari hidupnya. Tapi, lo tau gak.. " Lagi lagi menjeda kalimatnya, menoleh pada Taehyung yang lekat menjadi pendengar.

"Gue gak pernah sekalipun ada buat dia. Gue..... orang jahat di hidup dia" Jungkook terkekeh samar mentertawakan klaim kejahatan yang ia lakukan. Menjadi sebuah penyesalan yang selalu menghantui dirinya.

Jungkook tak pernah tidur nyenyak, semalaman yang ia lakukan hanyalah berbicara sendiri. Tanpa pendengar sekalipun.

Bukan para abang tak memperhatikannya namun Jungkook lebih nyaman untuk berkeluh kesah sendirian, tak ingin orang lain tau kegundahannya.

"Tetiba Hansung datang, dan merubah persepsi gue tentang keluarga gue. Dan malah buat gue nyaman dengan diri dia. Tanpa tau apapun"

Alihkan wajah, Jungkook menatap kakinya sendiri.

"Bang Tae balik, dia ada sama gue. Tapi gue ngerasa gak nyaman, dan buat gue pengen sifat cerahnya itu balik. Dan ternyata itu semua udah disetting, mereka berdua bertukar tempat. Anehnya, gue malah lebih pengen sama Hansung di banding sama abang gue sendiri yang masih berjuang nahan sakit di tubuhnya"

Bahu Jungkook bergetar, secara sadar liquid bening matanya mengalir. Tak deras, cukup membuat nafasnya tercekat. Terisak dengan tawa.

"Haha.. Gue bego banget... " Menangis lagi, Jungkook menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

Bukan Keluarga?! 2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang