After Ended (2) END

911 96 44
                                    

After Ended (2)

Jimin menggoyangkan kakinya dengan ritme cepat. Hatinya gelisah, tak tenang sama sekali padahal pesawat baru lepas landas 2 jam lalu.

"Permisi mbak pramugari" ujar Jimin sedikit menaikkan setengah oktaf nadanya.

Namun tidak sampai mengganggu penumpang lain dan berhasil membuat pramugari yang Jimin maksud berhenti, segera berbalik dan berjalan sopan menuju pada Jimin.

Sepupu Jimin yang memiliki marga Min itu hanya memperhatikan. Kondisi duduk di samping Jimin membuatnya harus menjadi pilar menengahi pemuda itu dan mbak pramugari.

Sedari tadi, Jimin memang tidak pernah duduk diam. Selalu awas dan bergumam, bahkan beberapa kali mengganggu Yoongi dengan kegelisahannya.

"Gue cemas"

"Duh lama banget nyampenya"

"Ini gimana nih. Kok kursinya keras begini buat gue gak bisa mikir"

Dan gumaman itu akan berhenti, ketika Yoongi benar-benar mengabaikannya.

Namun kali ini, Yoongi berbagi atensinya untuk mengetahui apa yang akan Jimin lakukan.

"Mbak, bisa tolong infoin ke cap pilot dan pilotnya juga. Pesawatnya dicepetin aja, pake jet api. Soalnya saya buru-buru" tak ada yang salah dengan nada sopan super tenang.

Namun kalimat yang Jimin pilih untuk mengatasi rasa ketidak sabarannya itu benar-benar membuat Yoongi ingin menenggelamkan diri.

Apalagi wajah memelas bak anak kucing yang tidak sabar menyantap cemilan sorenya.

Jika Yoongi berada di posisi pramugari. Ia akan tanpa pikir panjang menjambak rambut berwarna merah jambu muda itu, lalu mendorongnya untuk kembali duduk di kursinya sendiri.

Namun profesionalitas yang tinggi, mbak pramugari yang super cantik itu memberikan senyuman sopan dan terdidik. Memulai membalas kalimat Jimin dengan awalan maaf.

"Harap tenang dan tetap duduk di kursi anda tuan. Perjalanan akan dilalui sesuai jadwal. Mohon bersabar"

Yang mana kalimat itu berhasil menenangkan Jimin.

Pemuda Park itu mengangguk, berucap terima kasih kepada mbak pramugari yang sudah berlalu kembali ke tempatnya.

Duduk tenang dengan helaan nafas samar, Jimin hadapkan wajahnya pada jendela bundar yang menampilkan kumpulan awan tipis, putih dan bersih. Seolah tak tersentuh, seolah tak pernah melakukan penguapan air yang membuat warnanya akan menjadi gelap lalu menurunkan gerombolan titikan air yang deras.

Jimin tentu tidak memikirkan itu, otak dan kewarasannya hanya terpacu pada satu orang yang saat ini sedang kembali ke perjalanannya menemui orang tua kandungnya.

Yoongi, yang tentu masih berada di samping Jimin. Dapat bernafas lega karena menit berlalu semenjak interaksi sepupunya dengan mbak pramugari itu berakhir.

Membuat Yoongi berpikir bahwa keadaan akan tenang hingga mereka mendarat nanti.

Setelah menerima panggilan telpon dari Seokjin saat di resto sederhana Toronto.

Jimin dan Yoongi segera memesan tiket penerbangan tercepat. Walau mereka harus menunggu hingga pagi esoknya untuk melakukan check in.

Jimin hanya membenahi satu koper hitam besar yang Yoongi pun tidak tau apa isinya. Disertai gerutuan pada saat ia berkemas, mengganggu Yoongi dengan pertanyaan d , permintaan untuk lebih cepat pergi kemudian keributan kecil yang nyaris selalu terjadi setiap 10 menit menambah keyakinan Yoongi bahwa tensi darahnya akan meninggi.

Bukan Keluarga?! 2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang