07 - Satu Hari Bersama.... (2)

748 123 43
                                    

[7]

Hari itu hujan deras berangin.

Suasana kota Sydney yang gelap dan lembab membuat Bogum enggan untuk keluar.

Bukan hari libur, tapi dia memilih mengistirahatkan diri secara mendadak.

Mungkin tak apa, walau pekerja kantoran sulit mendapatkan jatah libur. Tapi membiarkan uang gaji terpotong bukanlah masalah besar untuknya.

Ini sudah akhir Juni, Bogum harus bersiap pindah rumah dan Negara.

Suatu kebiasaan pribadi memang, walau tabungannya belum mencapai target, tapi ia yakin rejekinya sudah diatur Tuhan Yang Maha Kuasa.

Namun hari itu, adalah hari yang Bogum anggap sebagai sebuah keberuntungan yang tak pernah ia sangka.

Seorang anak yang belum mencapai usia Sekolah Dasar berdiri didepan pintu rumah mininya, setelah memberikan ketukan samar namun jelas.

Bogum kaget, namun tak menunjukkan di raut wajahnya.

Pada netra sayu yang kedinginan, rambut hitam lurus yang lepek. Wajah pucat sebal terkena guyuran hujan. Sepatu mahal khas anak orang kaya.

Dan kala Bogum terdongak, menatap manik kelam lainnya. Wajah pucat dan kulit keriput dengan proporsi tubuh tinggi menjulang. Kondisi pakaian tubuh basah kuyup, namun bertopi bundar.

Tidak kenal

Bogum tidak pernah mengenal orang itu.

"Ada perlu ap--"

"Saya Kim Changseung"

"Ya?" Jujur Bogum tak mengerti.

Namun bersitatap beberapa detik dengan pria itu berhasil membuatnya tertegun.

Merasakan dentuman halus menyerang otaknya, keterbiasaan dalam mengendalikan spesialis diri membuat Bogum nampak baik baik saja.

Bogum mengerjap, dan Changseung tersenyum tipis.

"Ah maaf maksudku-- duh.. Kalau begitu silahkan masuk" Ujar Bogum canggung mengusap tengkuknya kaku menyingkirkan diri dari pintu.

Namun segera Changseung mencegah hal itu "Tidak. Saya hanya perlu disini. Bukankah kamu teman Daehyun?"

"Daehyun?" Raut bingung menjadi jawaban dari pertanyaan itu.

Bogum berdehem, seolah menyatakan bahwa dirinya tak ingat sama sekali.

Namun perilaku itu malah membuat Changseung terkekeh samar, merasa terhibur.

Ia tau, Bogum pura pura lupa.

"Aaah. Kim Daehyun. Teman kuliahku. Iya aku ingat Tuan. Ahahah" Sungguh nada dan mimik wajah yang benar benar konyol.

Changseung terbahak, membuat netranya lebih menyipit.

"Iya iya baiklah. Saya Ayahnya"

Jawaban itu sukses membuat Bogum tersentak. Astaga, betapa bodohnya ia.

"Maafkan saya Tuan. Maafkan Saya. Mari duduk didalam"

Bogum berbungkuk beberapa kali, mengucapkan kata maaf lebih sering.

"Tidak perlu. Saya hanya ingin menyerahkan sesuatu"

Bogum sedikit mengerjap, merasa tertarik namun juga sedikit bingung.

"Menyerahkan apa?"

Senyuman tipis terpancar diraut wajah lelah Changseung, pria itu menatap sikecil yang berada didepannya.

Bukan Keluarga?! 2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang