24 - Harapan Kosong

561 126 38
                                    

[24]

Netra Taehyung fokus menatap masing masing pasangan mata di depannya. Tampilkan senyuman manis yang sudah Taehyung latih sebaik mungkin.

"Mau gak makan kue?"

Semua orang tampak tercengang. Antara takjub dan juga bersyukur.

"Kenapa bisa disini?" "Kemaren lo kemana aja?" "Kenapa gak ngabarin sama sekali?" "Gue pikir lo gak bakal datang lagi"

Pertanyaan beruntun yang didengar Taehyung bersamaan. Membuat pemuda itu sedikit terdiam, sebelum dia menyambut dengan kekehan halus.

"Maafin aku" hanya itu. Taehyung tak bisa berikan banyak penjelasan. Suara yang sendu namun kedua sudut bibirnya tetap tertarik.

Helaan nafas memulai bahwa kata kata itu berpengaruh banyak, Namjoon mengulurkan tangannya. Mengusap pelan surai hitam Taehyung sembari bertutur. "Gue seneng. Gue bisa liat lo lagi"

Namjoon bukan orang yang seperti ini. Dia tidak pernah berikan perhatian dalam ungkapan kata kata. Tentu tindakannya mengalirkan banyak maksud, tapi kalimat? Namjoon tidak akan repot untuk bersuara di kala semua orang memberikan hal itu.

Mendapatkan perhatian itu, tentu berhasil membuat hati Taehyung merasa senang. Ia mengangguk dengan binar yang tampak berterima kasih.

Para abang memperhatikan interaksi itu tak bisa menutup mulut mereka, tersenyum dan sedikit merasa bangga. Perubahan semakin terlihat nyata, orang orang yang bermula dengan sifat tertutup mulai saat ini sudah berani menunjukkan perasaan mereka.

Menyadari sesuatu yang berbeda, Taehyung melongokkan kepala ke samping. Melihat mobil besar, dan rumah mereka yang tertutup rapat.

Ditandai dengan halaman yang rapi, beberapa tanaman yang mencolok hilang di tempat.

Pemuda itu menatap sekali lagi wajah di depannya.

Mungkin sadar akan hal itu, Seokjin berucap sebagai penjelasan awal. "Kita bakal sibuk masing masing. Jadi ini yang terbaik. Tapi untuk kejelasan lebih lanjut. tanyain Namjoon banyak banyak"

Taehyung tidak tau apa yang harus ia respon, kalimat Seokjin, anggukan Namjoon. Yoongi yang membuang muka, atau redupnya senyum Hoseok.

Memilih untuk berjalan ke sisi sana, tak dihalangi satu pun pemuda diantara mereka.

Hingga Taehyung menemukan sebuah plang yang keren dengan tulisan 'terjual' mencolok agar dapat dilihat dari jauh.

Taehyung terdiam. Tak mengerti mengapa ia merasa jatuh seperti tak kuasa untuk berdiri kokoh.

Hatinya merasa kehilangan, padahal tak ada satupun dari sana yang berhak Taehyung miliki.

Sangat tidak rela rumah yang ia tempati sementara itu sudah menjadi hak orang lain.

Ingin meminta penjelasan mengapa rumah ini dijual pun ia merasa kurang.

Taehyung sadar, bahwa dia tidak memiliki suatu hal untuk dicampuri.

"Elah bang. Ngapain si?! Jadi gak nih"

Terdengar teriakan gema kecil dari bagasi mobil. Taehyung sempat kaget bahkan sebelum pintu belakang bagasi terbuka heboh.

Lompatan seseorang di sana membuat pemuda Kim itu termundur. Lalu menemukan wajah sebal Jimin yang hendak mengumpat.

"Anj--" pemuda Park itu sontak terkejut. Netra membesar perdetik dengan raut muka tercengang tak terkendali.

Kebekuan itu berlangsung 10 detik tanpa jeda. Yang lalu tersadar tiba tiba. Jimin lekas berlari dan tarik Taehyung dalam pelukan erat.

Nafas pemuda itu memburu, tak bicara. Masih tercengang dengan pelukan yang tidak dilepaskan.

Bukan Keluarga?! 2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang