15 - Tiga Sekawan Impian

690 129 30
                                    

Sebelum itu, aku mau ucapin makasih banyaaaaak bangeeeeeeet. Udah rekomendasiin cerita ini ke temen temen kalian. 😭 Emang Jjang!! Banget

[15]

Sreet

Terdengar suara langkah sedikit terseok, membuat Jungkook lekas bangkit.

Dengan perasaan tenang ia mendapati seseorang yang ia pikir adalah Jimin.

"Sekarang lu yang ist--"

Taehyung ada di sana, berdiri dengan wajah sayu mengantuk. Bibir pucat dan rambut basah. Pemuda itu terdiam dengan pandangan pada Jungkook.

Memberikan senyuman kecil sebelum terjatuh ke lantai.

Jungkook panik bukan main, segera mengambil alih tubuh pemuda itu. Diletakkannya dalam pelukan duduk, mencoba membangunkan dengan tepukan pelan di kedua pipinya.

Tersentak akan suhu tubuh yang rendah, Jungkook sedikit bergetar.

"Tae.. Tae.. Kenapa lo dingin gini" tak ingin berspekulasi berlebihan, Jungkook lekas beranjak. Menaruh Taehyung dalam gendongan punggungnya.

Masih dalam posisi jongkok, ambil senter di atas meja dan menekan tombol on. Lalu digigitnya pegangan senter sebagai bantuan arah.

Tentu saja ia lakukan hal itu karena rumah sangat gelap. Ingat siapa yang memotong saluran listrik?

Jungkook mencoba berdiri, walau ia sedikit terhuyung karena menerima beban berat secara tiba tiba, apa lagi tubuhnya yang terasa amat penat itu butuh diistirahatkan

Namun Jungkook tak ingin kalah, Taehyung sudah ada bersamanya sekarang. Segera ia netralkan keseimbangannya, membenarkan posisi gendongan punggung sebelum melangkah hendak ke kamar.

Akan tetapi lagi lagi Jungkook berhenti.

"Kook" terdengar lirihan suara memanggilnya, tepat di samping telinga. Yang mana membuat Jungkook terdiam. Menjawab terbata "Y..ya?"

"Ma..kasih"

Hening itu datang Jungkook tak paham mengapa Taehyung mengatakan itu. Apa mungkin karena dia digendong, karena dia ditunggu atau karena kedatangannya tak ditanyai tentang keadaan rumah.

"Ken--"

"Makasih, udah sayang Hansung"

Dan tentu, Jungkook tau arah kemana Taehyung membahas awal kalimatnya.

"Kamu bilang, Hansung setengah nyawa kamu. Dan kamu juga boleh tau, Hansung itu nyawaku" berbalas lirih. Taehyung menutup matanya di kala kantuk datang. Tidak mengartikan ia akan memutuskan pembicaraan.

Tapi apa maksudnya itu, Jungkook bahkan tak paham mengapa Taehyung selama ini membahas Hansung dengan ambigu. Dan sekarang pun seolah sesuatu tengah terjadi, namun sudah diselesaikan hingga ia mengungkapkan isi hati.

"Makasih udah ada buat Hansung disaat batinnya kosong, makasih udah ada saat Hansung terluka fisik. Kamu berjasa besar, kamu berhak dapet penghargaan. Kamu adalah orang baik yang seharusnya aku berikan banyak sekali hadiah. Karena sudah menjaga Hansung"

"Lo- maksud lo apasih-" tak tahan, Jungkook hendak menurunkan Taehyung dan ingin membicarakannya dengan benar.

Namun lehernya ditahan, Taehyung memeluk lebih erat Jungkook dalam gendongan punggung.

"Mau.. denger rahasia?"

Jantung Jungkook berdetak, kentara dengan perasaan asing yang pernah ia rasakan. Seperti dejavu, namun di posisi yang berbeda, perasaan berbeda dan mendapat pengaruh yang sama.

Bukan Keluarga?! 2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang