20 - Prioritas di Hati

586 122 8
                                    

[20]

Jimin terkekeh, mendengus samar sebelum mengusap wajahnya cepat.

"Mungkin aku udah gila ya pa. Ini artinya terlalu terikat atau rasa bersalah. Tapi semua yang kurasain ini karena Hansung. Kenapa aku gak sama dia dulu.. Kenapa aku malah kabur pas dia dateng ke rumah nenek setelah pemakaman Taehyung. Padahal aku masih bisa cegat dia sehabis dia ngasihin ponsel Taehyung ke Jungkook"

Jimin menangis tertahan, mentertawai diri sendiri dengan kekehan kecilnya. Sempat meremat pakaian di depan dada sesekali menepuknya pelan.

Sedang Dongwook ikut larut, walau begitu ia tak bisa membiarkan mobilnya berhenti.

Tetap melaju ke tempat yang seharusnya mereka kunjungi.

----

Mobil itu berhenti di sebuah bangunan megah. Cukup besar untuk dijadikan tempat acara kelulusan.

Taehyung menatap dalam seksama, bentukan arsitektur yang sangat mewah, penuh keindahan dan daya corak rumit yang mahal.

Bahkan Taehyung bisa memberikan empat jempolnya untuk menilai.

"Heeseung. Ayo keluar?"

Pemuda itu tersentak, menoleh cepat mendapati sang bunda masih menyembulkan kepala dari depan.

Ayahnya berjalan lebih dulu untuk menaiki tangga, mungkin tak berpikir bahwa Taehyung akan berdiam diri di mobil untuk sejenak.

"Nak? Kenapa?"

Tanya bunda, lekas dibalas Taehyung dengan gelengan. Tersenyum kecil, lalu membuka pintu dikanannya dan keluar.

Berdiri di sana untuk beberapa detik, sebelum Jieun meraih lengannya. Diapit tak erat dan ditariknya pelan agar langkah keduanya bersamaan.

Di tengah itu Taehyung berhenti, membuat Jieun ikut melakukan hal serupa. Mana kala rasa penasaran pemuda itu sedikit menganggu, membuatnya menoleh penuh hanya untuk memastikan bahwa ada orang lain yang mengendarai mobil yang ditumpanginya menuju ke tempat lain.

"Mobilnya?" tanyanya.

Pernah Taehyung melihat kejadian serupa dari jendela apartemennya di Islandia salah satu negara kecil di dekat Uganda.

Sekelompok pencurian mobil yang mencuri dengan sangat rapi, persis seperti sekarang.

Menangkap maksud itu, Jieun menepuk lengan Taehyung pelan.

"Itu penjaga rumah. Dia akan parkir kan mobil di tempat parkir. Nanti kamu liat ke sana ya, ada banyak sekali kendaraan punya Heeseung" berujar terlewat ceria. Seolah menyatakan suasana hati yang gemerlap bahagia.

Taehyung tercenung beberapa saat, sebelum bibirnya tertarik membentuk senyuman manis.

Tak membalas kalimat itu, kembali melangkah untuk membiarkannya menuju pintu utama.

Tanpa ketukan, pintu besar itu terbuka lebar.

Dan membuat Taehyung lagi lagi tercenung. Mendapati kemeriahan tiba tiba dalam menyambut kedatangannya.

Banyak balon terbang tepat di kala pintu terbuka, bunyi suara petasan rumah pun sedikit menganggu pendengarannya.

Ataukah piano mengalun dan musik lainnya berdering bagai pesta pernikahan.

"Selamat kembali Kim Heeseung" berseru heboh. Para pemuda pemudi, pak tua bu tua, anak kecil, remaja bahkan bayi dalam gendongan pun ikut tertawa memeriahkan suasana.

Taehyung terdiam ditenpat, menatap sekelilingnya tanpa berniat melangkah lagi.

Jieun sudah melepas rangkulannya dan bergabung bersama Daehyun di depan sana. Memegang satu buah kue kecil yang dilumuri strawberry penuh di atasnya.

Bukan Keluarga?! 2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang