"Yeonjun? sayang? Yeonjunnie tidak mau makan nih?" tidak ada sahutan dari Yeonjun. Ibunya menghela nafas putus asa, kembali mengetuk daun pintu kamar yang tertutup rapat itu.
"Yeonjunnie? ibu meninggalkan makanan untuk Yeonjunnie di depan pintu yaa? ibu mohon kali ini habiskan ya nak?" kemudian bunyi nampan berisikan piring dan gelas kaca itu terdengar menyentuh lantai perlahan. Disusul bunyi derap langkah menjauh dari sana.
Daun pintu itu masih tertutup rapat, tidak ada sahutan.
Karena yang didalam sedang dugem, Bu... yatuhan....
Disisi lain, laki laki yang dipanggil namanya sedang asik menabrakkan gelasnya pelan pada gelas teman temannya, diikuti oleh 2 teman wanitanya disana. Bunyi musik yang terdengar ricuh diikuti suara teriakan, tawa dan kebahagiaan duniawi itu bergema disana. Bagai ruang kedap suara, semua penghuni harus berteriak agar terdengar obrolannya.
Yeonjun, sedang asik menuangkan cairan bening kedalam gelas kecilnya dan menegaknya dalam sekali hentak. Beberapa wanita tengah asik menggerayangi dan menempel pada bagian samping tubuhnya. Proporsi yang ideal, wajah yang tampan, datang dari keluarga kaya, Ah, apa lagi yang kurang dari seorang Choi Yeonjun?
Abs? akal sehat? akhlak?
No no, yang benar hanya jawabannya sendiri, Kekasih.
Sampai sekarang hatinya enggan untuk sekedar berlabuh. Bahkan untuk sekedar mencoba rasanya jatuh cinta ia masih menolak. Jika takdir sudah sampai, bagaimana nanti ia beralasan belum siap? semua itu tentang niat dan kemauan, bukan berdasarkan dari mood dan pemikiran atas ego sendiri.
Bahkan untuk menemukan jodohmu, kau juga harus berusaha. Kau ini bukan rapunzel yang hanya hidup di satu ruangan kemudian seorang pangeran berkeledai– maksudnya kuda putih datang melamarmu.
Ingatkan Yeonjun kalau ia adalah anak paling menyebalkan karena memiliki rentetan mimpi dan khayalan begitu sederhananya. Bukan maksud hati melarang, tapi realistis dikit, kek?
Kalau ada yang ingin meminang Yeonjun dengan segala rengekan seperti bayi darinya, maka itu adalah suatu awal dari bencana. Benar. Bencana.
Gimana bukan bencana kalo yang dipinang begini bentuknya?
Baik. Untuk penjelasan perkara Yeonjun sampai membohongi kedua orang tuanya sudah sangat jelas. Akalnya selalu berputar kalau untuk kehidupan idamannya.
Namun ia tidak sadar saja, kedua orang tuanya akan memberikan kehidupan "yang lebih nikmat" untuknya.
Jangan salahkan keduanya, ayah dan ibu hanya bekerja sesuai dengan kebutuhan anak mereka dan memberikan support serta hak yang pantas didapat. Perkara diterima atau tidak, cukup dilihat dari kondisi si bocahnya saja.
Kalau bentukan seperti Yeonjun yang saat ini sedang asik menggombali dan merayu gadis-gadis bayaran di klub, maka orang tuanya sudah mengambil langkah yang tepat untuknya.
***
Surai merah jambu itu tertatih menaiki tali ke kamarnya yang berada di lantai 2. Naas sekali memiliki kamar dilantai 2 kalau seperti ini caranya. Jelas saja naas, kembalikan dulu kesadaranmu, Choi.
Matanya terasa berat dan berkunang, kepalanya sangat berat, bau alkohol menguar dari tubuhnya. Ah, berantakan sekali.
Syukurlah ia masih mampu untuk memanjat, dan segera jatuh keatas kasur empuk miliknya yang sengaja di posisikan tak jauh dari jendela. Ia kemudian dengan segenap kekuatan dan kesadaran yang tersisa, membereskan seluruh jejaknya yang baru saja menyelinap hingga pukul 3 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Choi
General Fiction"Kamu kenapa masih maksa ketemu saya?" Yang lebih kecil tertawa geli sambil memajukan tubuhnya mendekat pada dokter yang sedang menatapnya heran. "Ya pingin, emang gaboleh ya? Dokter ganteng, saya suka sih! makanya jangan ganteng ganteng!" Astaga de...