Sepandai pandainya Tupai melincat, pasti akan terjatuh. Seapik apiknya kita menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga. Perkara Soobin akan dipindahkan terdengar olehnya juga.
Disinilah Soobin kembali berhadapan dengan Direktur Rumah Sakit Namshin Group yang sudah menyiapkan berkas pemindahannya ke Mokpo, Provinsi Jeolla Selatan yang berada di dekat pelabuhan kota Jeju. Cukup jauh dan harus dengan persiapan jika ingin mengunjunginya.
"Kuharap kau menghargai keputusan kami, Dokter Choi. Karena kinerjamu yang sangat handal dan sangat mengagumkan, maka dari itu atas pertimbangan banyak pihak, diputuskan kau akan dipindah region agar dapat membantu mereka disana"
Rasanya ia ingin merobek kertas itu dihadapan sang direktur karena apa yang ia katakan sudah lebih dulu dibeberkan oleh Yeonjun, selaku anak dari dalang pemindahan kerjanya ke tempat yang sangat jauh itu. Dalam hati menyesal karena kepulangannya ke Daegu bukan untuk menjemput kepindahannya, namun untuk melepaskan rindu pada kekasihnya.
Ketakutan yang selama ini Yeonjun rasakan bagai muncul kepermukaan dalam bentuk kenyataan. Bagaimana jika ia merindukan kekasihnya dan tidak bisa menemuinya kapanpun? Rasanya kalimat penenang Soobin tak berlaku lagi baginya karena kenyataan justru lebih egois dibandingkan dirinya. Ia benar benar membenci kedua orang tuanya yang selalu menjauhkannya dari mimpinya.
"Tenang saja Yeonjunie, kami akan memindahkannya ke Incheon, dekat denganmu bukan? kami hanya tidak ingin kalian berada di satu lokasi"
Tak disangka, mereka ternyata sangat tidak menyukai hubungan putra mereka dengan Soobin. Dan malah menjauhkan kedua pasangan yang sedang dimabuk asmara itu.
Dalam hati hanya bisa merapalkan doa agar diberikan kemudahan dan kekuatan menghadapi rintangan pertama dalam hubungan mereka.
***
Yeonjun menghela nafasnya kala ia menyelesaikan deret laporan dan tumpukan kertas yang harus dibaca dan di tanda tanganinya. Sebentar lagi ia akan resmi memegang saham dari Ayahnya. Tetapi rasanya ia sudah bisa membayangkan betapa sibuknya dirinya di 6 bulan pertama, sebagai angka trial yang diberikan sang ayah. Bahkan untuk makan siang saja ia tergesa gesa karena belum membiasakan hidupnya.
Teman-temannya, bahkan sudah jarang bertukar pesan dengannya di sosial media miliknya.
Soobin? keduanya sangat sibuk. Namun disatu sisi Yeonjun tetap mendapat kabar dan sesekali melakukan video call dengan Soobin ketika tengah malam, dimana Soobin dan Yeonjun sedang lembur bersama.
"Aku bahkan tak sempat lagi berbicara dengan mereka, Soobin..."
Soobin, disebrang sana mendengus geli lalu tersenyum manis pada sang kekasih yang sedang bersungut dengan mencebikkan bibirnya yang seperti bebek.
"Pumpkin, begitulah kehidupan ketika bekerja, kau akan terfokus dengan duniamu sendiri, berbeda ketika kau masih menganggur.Kau akan memperhatikan hidup orang lain tentunya untuk mengisi waktu kosongmu"
Yeonjun tertegun. Ia kemudian mendesah gusar dan kembali merengek pada Soobin seperti dirinya dahulu. Bahkan, bibirnya yang dimajukan itu semakin membuatnya terlihat menggemaskan dimata Soobin. Jujur saja, jika ia dekat mungkin Soobin sudah menerkamnya.
Ye.
"Soobin?"
"Hm? apa pumpkin?"
"Soobin sudah yakin?", Pandangan Soobin beralih kearah Yeonjun semenit sebelum ia kembali berkutat dengan pekerjaan miliknya.
"Yakin, daripada aku harus berjauhan denganmu? walaupun mungkin aku akan tetap berjauhan denganmu untuk beberapa waktu, setidaknya jarak kita tidak terlalu jauh kan?"
Yeonjun mengangguk mengulas senyum di bibir yang sedari tadi ia cebikkan. Mendengar penuturan Soobin membuat hatinya menghangat. Tak pernah ada yang mengorbankan dan mengusahakan sesuatu untuknya setulus Soobin.
"Dasar orang tua. Jangan membuatku semakin jatuh hati kenapa. Aku yang repot" dengus Yeonjun bercanda disambut tawa renyah dari Soobin.
Tak ada yang spesial, hanya keduanya yang berusaha untuk tetap melanjutkan hubungan walaupun hubungan ini masih yang pertama bagi Yeonjun.
***
"Kau yakin, Soobin?" Dokter Kim mengernyitkan keningnya ragu, mencari keseriusan didalam wajah Soobin, yang mana hanya disambut oleh anggukan tegas dari sang empu. Dokter Kim menghela nafasnya.
"Karena kau ingin bersama Yeontteomeok ya?" Soobin terkekeh mengangguk. Apa yang perlu ia bohongkan kalau memang tujuannya adalah untuk bersama sang kekasih di satu kota?
"Dasar kalian ini, oh ya bagaimana kabarnya? ia sudah lama tidak muncul di ruang obrolan kita, biasanya ia muncul dengan memamerkan sesuatu atau mencari keributan dengan Yeji, Chaeryeong atau Hueningkai?"
"Sibuk Hyung, dia bahkan menelfonku hanya malam saja, tentu saja, aku yang sudah merindukannya tidak mau ditinggal lah?" kedua dokter itu tertawa keras lalu melanjutkan pembicaraan mereka dan memastikan banyak hal untuk Soobin.
Memastikan hal dimana Soobin akan mengundurkan diri dari rumah sakit milik Namshin Group dan memulainya kembali di Rumah Sakit Negeri milik pemerintah.
"Melihat potensimu pun aku tak ragu kalau kau akan langsung diterima disana, pergilah, kejar mimpimu, Nak" Dokter Kim tersenyum seraya menepuk pundak Soobin pelan, menyampaikan semangat dan dukungan untuknya.
"Tentu, terima kasih Namjoon Hyung"
Soobin memilih mengundurkan diri daripada harus berjauhan dengan Yeonjun. Daripada harus merelakan jarak memisahkan keduanya, lebih baik waktu yang memisahkannya. Melihat wajah sang kekasih barang 2 jam saja sudah sangat cukup bagi pekerja sibuk seperti mereka.
Walaupun Yeonjun sudah mengetahui ini, ia tetap bungkam dan tak mau berbicara dengan kedua orang tuanya. Bahkan hanya sekedar sapaan saja ia enggan, ia terlalu larut dalam pekerjaannya dan kebenciannya karena selalu saja dihalangi. Sapaan sapaan dari Ibu dan Ayahnya–kala ia sedang berkutat dengan pekerjaan menupuknya– ditolak mentah mentah dengan secara halus meminta mereka untuk meninggalkan Putra Semata Wayangnya itu.
Bahkan untuk tinggal bersama mereka lagi Yeonjun enggan, mempermudahnya untuk mencari karirnya sendiri sebenarnya, namun karena ia terlanjur berada di kota yang sama dan pekerjaan yang sudah ia paksakan, tentu saja akan sulit.
"Pumpkin? Aku sudah resmi mengundurkan diri, dan 1 minggu lagi aku akan mulai bekerja di RSJ yang baru, bagaimana kalau kita tinggal bersama saja?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Choi
General Fiction"Kamu kenapa masih maksa ketemu saya?" Yang lebih kecil tertawa geli sambil memajukan tubuhnya mendekat pada dokter yang sedang menatapnya heran. "Ya pingin, emang gaboleh ya? Dokter ganteng, saya suka sih! makanya jangan ganteng ganteng!" Astaga de...