[7]

784 139 10
                                    

Tepat kala Soobin mengusapkan telapak tangannya diatas surai merah jambu Yeonjun, pintu kamar nya terbuka dan menunjukkan Dokter Kang dan Suster Mina yang terkejut melihat adegan tersebut. Soobin yang merasakan kehadiran mereka kemudian membuka mulut seolah sedang mendengarkan curhatan dari Yeonjun.

"Tidak apa Jjunnie? mereka pasti masih mencintaimu selayaknya putra mereka, maka dari itu kau ada disini, sebagai salah satu bentuk usaha mereka agar kau kembali seperti dulu lagi, oke?" Perlahan derap langkah sepatu itu mendekat dan kemudian berdeham pelan.

Yeonjun tersenyum geli sambil menyembunyikan wajahnya di dada Soobin kemudian berpura pura mengeluarkan air matanya dengan memikirkan hal hal sedih secara express.

Dan tebak?

Yeonjun memundurkan kepalanya kala pelukan dari Soobin merenggang. Ia menatap kebawah dengan tatapan lemah dan putus asa, matanya memerah, disudut matanya ada sedikit air mata. Ia kemudian memunggungi semua orang yang ada di kamarnya dan menggulung tubuhnya dengan selimut tebal san hangat.

"Dokter Choi? apakah Yeonjun sudah lebih baik?" Dokter Kang bertanya seraya membenarkan letak posisi kacamatanya. Soobin mengangguk tegas sambil memberikan beberapa lembaran yang ia gunakan untuk mengawasi Yeonjun selama ini.

Mata Dokter Kang terlihat sedang memperhatikan deret kalimat disana diikuti anggukan dan tersenyum sekilas kemudian meninggalkan kamar Yeonjun.

Seketika kamar itu sepi. Dalam hati Yeonjun ia masih ingin lebih lama bersama dokter itu tapi si nenek lampir justru mengusiknya dengan si kutu buku bersurai kuning muda itu.

Namun tetap saja, Yeonjun dapat mendengarkan debaran jantung dari Dokter pujaannya itu. Pemuda itu tersenyum kecil dan riang merasakan semburat merah hingga ketelinganya. Ia menggigit jarinya gemas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sesekali. 

Yeonjun berbalik dan melirik kearah pintu kamarnya yang belum terkunci, segera ia berlari kecil untuk menguncinya dan bersenandung riang karena Suster itu melihat Dokter Choi memeluknya.

Ini ajang rebutan atau apa sih?

Sudah dikatakan, Yeonjun tidak mau kalah dan ia akan membuktikan bahwa ialah pemenangnya diatas arena perebutan ini.

Kenapa harus dokter itu yang jadi taruhannya?

Diluar sana, terdengar sayup kedua pasangan tengah berdebat sesuatu hal.

"Kau memeluknya? kau kira dia itu benar benar sakit?" Mina menghela nafas sambil memejamkan matanya sekilas kemudian berkacak pinggang menatap Soobin yang masih bingung melihat reaksi Mina yang menemukan Soobin tengah berpelukan dengan seorang pasien yang sedang sedih.

"Mina, bisakah kau tenang dulu?" Mina memutar bola matanya malas.

"Dia hanya menipu kita semua. Dia tidak pernah depresi atau apapun.  Asal kau tahu saja. Dia itu menipu seluruh petugas disini. Jangan kau kira dia benar benar sakit? Kau ini seorang dokter tapi tidak becus meng–" belum sempat Mina menyelesaikan omongannya, ia tersentak kala melihat raut wajah Soobin yang berubah menjadi lebih tegas dan dingin menatapnya tak suka.

Ia tak suka tabiat Mina yang merendahkan kinerjanya hanya karena ego dan emosinya yang kalap saat ini.

"Kita bahkan tidak ada hubungan apapun. Berhentilah bersikap mengekangku seolah olah kau adalah kekasihku. Cukup urus urusanmu mulai sekarang. Jangan mengeluarkan sepatah.kata.pun." tegas Soobin sambil berlalu meninggalkan Mina yang termangu kala melihat kepergian Soobin. Bahkan Mina saja tak mampu membendung emosinya dan dengan kalapnya menyeret pekerjaan Soobin kedalam rasa ego dan cemburunya.

Cemburu memang membutakan banyak hal. Membuat si perasa menjadi serba salah. Soal jatuh cinta dan perasaan negatif berbentuk kecemburuan yang mampu menghentikkan juntaian benang merah yang sudah hampir terjalin.

***

Yeonjun terbangun kala ia merasakan ada sebuah tangan besar tengah mengusap surainya perlahan. Diikuti suara wanita yang tengah mendeham pelan.

Perlahan manik matanya terbuka dan samar samar melihat bayang bayang beberapa orang disana dengan pakaian putih.

"Apakah aku sudah mati?" tanyanya sambil memutar manik matanya memperhatikan sinar matahari yang menelusup kedalam kamarnya. Hangat. Tenang. Dan membuatnya nyaman. Lelaki itu kemudian menutup netranya kembali dan menghela nafas merasakan kerongkongannya yang terasa kering.

"Kau masih hidup Yeonjun, dan kau sekarang sedang berada di Panti Rehabilitasi Namshin Group. Apakah kau paham?" suara ringan dan jernih itu memecah kantuknya. Ia buru buru duduk diatas kasurnya dan melirik kekanannya. Dan menemukan 2 dokter berjas putih tengah menatapnya heran.

"Kenalkan, aku dokter Kang Taehyun dan ini dokter Min Yoongi, hari ini kami akan—"

"Tidak bisakah kalian membiarkanku beristirahat sehari saja tanpa gangguan dari kalian...? aku benar benar ingin sendiri sekarang, aku bahkan tidak mengenal kalian sama sekali? bagaimana kalau kalian ini dokter gadungan?" Yeonjun keburu memotong perkataan dokter itu dengan ketus. Ia membuang wajahnya kearah lain dan kembali menidurkan tubuhnya. Enggan menatap kedua dokter yang tak memiliki emosi dan raut wajah itu.

"Tapi Yeonjun, hari ini kami harus—"

"PERGILAH. AKU BILANG PERGI YA PERGI. TINGGALKAN AKU SENDIRI. AKU MUAK MELIHAT KALIAN."

Baiklah akting Yeonjun kali ini berlebihan dan hampir saja membuat kedua dokter itu menyuntikkan obat penenang untuknya bila ia kembali berteriak.

Kemudian Dokter Kim memasuki ruangan dan melihat Yeonjun dengan tatapan teduhnya, mempersilahkan kedua dokter itu untuk meninggalkan ruangan agar Dokter Kim bisa berbincang berdua dengan Yeonjun.

Perlahan Namjoon mendekati Yeonjun dan menepuk kepala yang lebih muda pelan.

"Sudah kubilang, katakan saja bahwa kau akan diurus olehku saja dan suster yeji atau chaeryeong, oke? jangan membentak yang lebih tua Jun, ketika aktingmu sudah selesai, katakan maaf pada mereka ya?", Yeonjun mengangguk patuh tanpa memandangi Namjoon yang kini memujinya dan meninggalkannya sendirian di kamar.

Namun belum selang beberapa menit, pintu kamarnya terbuka kembali dan dengan Yeonjun yang bergelung didalam selimut tanpa melihat siapa yang datang spontan kembali mengerang kesal.

"Yatuhan sudah kubilang aku ingin sendiri karena aku masih mengantuk. Tak bisakah kalian menghormati privacyku sebentar saja?"

Hening tak ada jawaban.

Yeonjun kemudian menoleh dan menemukan sosok Soobin tengah berdiri dengan Suster Jihyo yang sedang meletakkan nampan sarapannya lalu berlalu meninggalkan mereka berdua.

"O-oh... hyung... maaf aku sedikit sensitif bila mengantuk..." lalu Soobin tersenyum seraya mengusak surai Yeonjun sayang.

(((mengusak surai yeonjun sayang)))

"Apa kau tidak mau makan dulu?" Yeonjun menggigit bibir bawahnya pelan kemudian mengangguk pelan. Jemarinya ia satukan sama lain dengan balutan sweater miliknya.

Yeonjun terlihat sangat menggemaskan dimata Soobin kala pemuda yang lebih kecil mencicit pelan mengatakan maaf dan menyatukan kedua jemari tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yeonjun terlihat sangat menggemaskan dimata Soobin kala pemuda yang lebih kecil mencicit pelan mengatakan maaf dan menyatukan kedua jemari tangannya. Mengangguk patuh dengan surai yang benar benar membuatnya terlihat seperti anak kecil.

Dalam hatinya Soobin, ia tertawa kecil melihat bakat Yeonjun yang sangat banyak.

Salah satunya menipu.

TBC

Dr. ChoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang