[12]

805 122 8
                                    

Yeonjun menganga kala mendengar penuturan Dokter Kim padanya. Mengatakan bahwa Soobin akan ditugaskan diluar kota selama satu minggu lamanya. Dimana hari Kamis nanti, bertepatan ia akan memutuskan untuk tetap tinggal atau mengikuti kemauan orang tuanya. Jika ia memutuskan untuk melanjutkan masa depannya dengan mengisi jabatan penerus perusahaan, maka ia tidak akan sempat bertemu dengan Soobin. Jika ia menambah konsentrasi kebohongannya, maka ia akan berakhir dengan tidak melakukan hal yang cocok untuk masa depannya.

Lelaki itu mendengus gusar sambil mengusap wajahnya kasar. Rasanya lelah sekali dengan hubungan pertamanya.

Baru saja ia merasakan jatuh cinta dan gelombang asmara yang menggebu didalam dirinya seminggu yang lalu, sekarang ia dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan Soobin selama satu minggu.

Bagaimana bisa? Jika ia tidak sempat berpamitan dengan Soobin, bagaimana bisa ia menerima kehidupan setelahnya?

Lebay sekali kau Jun.

Kemudian membulatkan tekadnya untuk berbicara jujur pada kedua orang tuanya.

Tapi apakah kedua orang tuanya akan memaafkan dan memakluminya? Apakah kedua orang tuanya menerimanya kembali dan menerima hubungannya dengan Soobin?

Tak ada yang bisa menjamin semua hal itu.

***

Soobin kemudian mendaratkan kecupan singkat pada kening Yeonjun yang tengah duduk disampingnya sambil ikut memperhatikan beberapa lembar laporan yang harus kekasihnya siapkan guna pekerjaan luar kotanya. Dokter itu beringsut memeluk kekasihnya yang lebih mungil darinya. Ia sesekali mengecup sisi kepala Yeonjun dan memeluknya erat. Sang empu hanya bisa memaklumi kelakuan manja Soobin ketika bekerja. Sudah kerap kali ia melakukan hal ini dan sudah menjadi kebiasaan Soobin. Agar energiku bisa dipulihkan kembali jawabnya ketika ditanya mengapa ia sangat manja dengan Yeonjun ketika bekerja. Dokter itu sangat berbeda ketika bersama Yeonjun dan pasien disana.

Apapun tentang Yeonjun, selalu menghangatkan dan menyenangkan baginya.

Flashback On

Yeonjun berlarian di koridor panti karena Yeji dan Chaeryeong mengerjainya dengan lap kotor berbau amis yang digunakan untuk membersihkan muntahan salah satu pasien. Dan tak sengaja tubuh itu bertabrakkan dengan Soobin yang tengah berbicara dengan pasien paruh abad disana sambil menyuapinya dengan telaten. Tentu saja Yeonjun diikuti Mina, Chaeryeong dan Yeji terkejut melihatnya. Karena makanan yang berada di sendok itu jatuh tumpah mengenai jas lab milik Soobin.

Yang lebih mengejutkan lagi, Yeonjun justru dengan santai dan gemasnya mengecup pipi Soobin didepan banyak pasang mata. Tungkai dari si surai pink itu kemudian berlari menjauh sesaat sebelum menjulurkan lidahnya pada Yeji dan Chaeryeong.

"Soobin— maaf maksudku Dokter Choi, bukankah seharusnya kau lebih tegas padanya?" Suster Mina bersungut kesal melihat kelakuan Yeonjun yang terlalu bersemangat menurutnya.

Dokter itu mengulum senyum di bibirnya, kemudian kembali menyuapi nenek itu dengan sabar.

"Mana mungkin aku bisa memarahi makhluk segemas Yeonjun?" dalam hati merasa gemas dengan kelakuan Yeonjun yang kerap kali penuh semangat dan kejutan itu.

Flashback Off

Apapun tentang Yeonjun selalu menyenangkan bagi Soobin. Seperti candu baginya.

"Dokter Choi, kau harus menyelesaikan pekerjaanmu hey sayang?" Yeonjun berucap seraya mengusap surai kekasihnya lembut.

"Sedikit lagi, aku belum selesai mengisi dayaku" Yeonjun mendengus geli.

"Jadi kau ini adalah robot? apakah aku sedang mencintai seorang robot?"

Rasanya eksistensi Soobin membawa perubahan pesat bagi Yeonjun. Ia bahkan sekarang sudah bisa mengontrol dirinya, yang walaupun terkadang masih seperti anak anak. Kompetensi Yeonjun dalam dunia pekerjaan tidak diragukan lagi. Pemuda yang terlihat selalu berleyeh leyeh itu sangat handal dalam mengatur laporan dan menyusunnya menjadi sangat rinci. Bahkan keuangan sekalipun. Ia bahkan nyaris mengambil tugas dari beberapa Dokter disana.

Maka dari itu dia ingin dijadikan sebagai penerus perusahaan besar milik ayahnya itu.

"Menurutmu, apakah aku harus menerima tawaran dari kedua orang tuaku...?" Soobin memundurkan tubuhnya dan menatap Yeonjun hangat, penuh dengan kesabaran yang selalu berhasil membuat Yeonjun semakin makin mencintai Soobin.

"Semua ada didalam dirimu, perkara kau ingin atau tidak, kita akan tetap bersama, tidak akan ada yang berubah, dan aku tau kau semampu itu untuk menjadikan dirimu di kursi direktur–" Yeonjun detik kemudian tersenyum mengangguk pelan, jawaban Soobin selalu membuatnya menemukan jawaban dari sederet kegelisahannya. Berbeda dengan orang tuanya dulu, jika menceritakan kegelisahannya, ia justru menemukan kegelisahan dan masalah lainnya karena tipikal orang tuanya yang sangat judgemental.

***

Yeonjun berjinjin mendaratkan sebuah kecupan pada kening Soobin sebelum dokter itu benar benar memasuki mobilnya dan meninggalkan panti untuk kewajibannya.

Matanya terlihat sendu dan sayu. Tak rela jika ia ditinggalkan Soobin disaat genting seperti saat ini. Ia melihat mobil orang tuanya tepat menghampiri panti.

Ia menghela nafas dan kemudian melihat dua sosok yang sudah lama sekali tak terlihat oleh netranya. Tanpa babibu, kedua sosok itu menghambur memeluk Yeonjun.

Ibu Yeonjun menghela nafas kala mengetahui kebenaran selama ini. Pembicaraan privasi tiga orang saat ini benar benar diluar dugaan. Sang ayah sesekali mengusap wajahnya kasar tak percaya dengan apa yang selama ini Yeonjun lakukan adalah kebohongan belaka karena bentuk pemberontakan atas penolakan.

"Jadi kau benar benar sehat...?" Yeonjun mengangguk tegas.

"Posisi itu sudah diisi oleh kakakmu..." bisik Ibu Yeonjun putus asa. Surai pink itu menghela nafas mencoba menetralisir emosinya yang nyaris meledak kala ibunya membahas perkara itu lagi.

"Dan ada hubungan apa kau dengan dokter itu?" tanya sang ayah mengalihkan semuanya. Yeonjun tercekat, nada bicara sang ayah terdengar sangat tak bersahabat. Susah payah Yeonjun menelan ludahnya dan menumpukan netranya pada Sang Ayah.

"Kami menjalin hubungan– sudah sebulan lamanya..." Sang Ayah mendesah kasar sambil menggebrak meja kayu didepannya saat ini.

"Kau serius berhubungan dengan salah satu pekerja rumah sakit kita ini?? kau gila Jun?" Yeonjun tersenyum tipis kemudian menarik nafasnya pelan.

Ini saatnya ia memperjelas segala keinginannya. Ia tak ingin dijadikan boneka, karena ia merasa sangat hidup diluar rumah dan perusahaan ayahnya. Ia merasa sangat bersemangat dengan dunia yang begini hangatnya. Bersama orang orang yang benar benar mendukungnya dengan pilihannya yang terlihat sederhana namun berarti besar baginya.

"Ayah, Ibu, aku mohon kali ini kesediaan kalian untuk membiarkanku bersama Soobin, aku mencintainya dan dia mencintaiku, aku berjanji akan menepati keinginan kalian bila kalian membiarkanku bersamanya, tak masalah apapun itu, asal biarkan aku bersamanya hingga akhir yang kumau, kumohon...?" nada bicara sang putra terdengar lemah dan sabar menghadapi kedua orang tuanya yang tengah menatapnya dengan menahan emosi yang menggebrak gemuruh dada satu persatu.

Entah apa yang membuat semuanya terasa sangat rumit. Yeonjun hanya ingin semuanya sederhana seperti kehidupan yang selama ini ia dambakan. Ia hanya ingin bersama Soobin dan kehidupan di Panti yang memberikan warna baru baginya setiap hari. Dokter Kang yang suka sekali marah namun terlihat lembut ketika bersama Suster Chaery, Suster Yeji yang sangat lucu itu, Dokter Min dan Dokter Jeon yang suka sekali bermain bersama kala waktu istirahat mereka, Dokter Kim yang sangat ceroboh, Dokter Choi yang selalu menghangatkan hatinya, Suster Mina dan Suster Jihyo seperti dua perangko dan amplop yang sangat sempurna, Hueningkai yang benar benar sangat tegas dan lucu disaat bersamaan. Yeonjun menyukai kehidupan yang begini. Sederhana tak banyak keinginan ataupun dikte agar selalu tersenyum didepan kamera dan menurutkan siku kala di meja makan.

"Kau akan melakukan semuanya kan?"

Hening menyelimuti sesaat. Yeonjun menatap ayahnya cemas.

"Kembalilah kerumah dan—"

TBC

Dr. ChoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang