Soobin dengan telaten menyuapkan makanan yang masih hangat itu pada Yeonjun. Yang lebih kecil tengah duduk diatas kasurnya yang sedikit tinggi, kedua tungkainya menggelantung disana. Sesekali ia menggerak gerakan kakinya berlawanan arah, bersenandung senang seraya mengunyah makanan di dalam mulutnya yang membuat kedua pipinya mengembung.
Dokter ini tersenyum sambil sesekali mengusap sudut bibir Yeonjun untuk membersihkan makanan, yang lebih muda tentu membiarkan hal itu karena menurutnya itu adalah hal biasa. Yuna atau Ryujin sering kali melakukan hal yang sama.
Namun ketika bersama Soobin terasa berbeda, ketika bersama Soobin ia bak anak umur 5 tahun yang terjebak di tubuh berumur 22 tahun.
Sosok Yeonjun yang seperti anak kecil itu menghangatkan Soobin. Surai merah muda, perangai yang ceria dan penuh semangat, sungutannya kala mereka bercanda bersama. Tak pernah ia dapatkan ketika ia bersama Mina, yang teramat sangat dewasa dan lemah lembut dengannya. Yeonjun dengan tubuh mungilnya, pipi tembam, bibir tebal, surai merah muda yang cerah, sama sekali tak menunjukkan adanya keanehan dalam dirinya. Walaupun Soobin masih belum mengetahui alasan Yeonjun untuk menetap disana dan tak ingin pulang kerumahnya sendiri.
Air wajah Yeonjun bercampur dengan cahaya matahari pagi yang menghangatkan. Tawanya yang mendayu lembut, bersama Yeonjun terasa menyenangkan.
"Katakan padaku, Jjunnie", Yeonjun melarikan pandangannya pada Soobin yang sedang memperhatikannya dari tempat duduknya saat ini. Yeonjun mengangguk menunggu pertanyaan dari Soobin.
"Kenapa kau memilih tinggal disini dibandingkan dirumah?", surai merah jambu itu terkesiap kemudian memandang Soobin ragu. Sorot matanya terlihat takut.
Oh? Dia ketakutan dan terlihat seperti kucing kecil yang ketakutan.
Lagi lagi Soobin mengulang pertanyaannya, masih setia menunggu jawaban Yeonjun yang sudah kelabakan untuk menjawab.
"Hyung tau kau ini sehat, Jjunnie", Yeonjun mendongak menatap Soobin yang terkekeh pelan dihadapannya saat ini.
Mati Aku. Katanya kalau orang sabar dibuat marah, ia akan tertawa kencang. Dan saat ini Soobin sedang tertawa. Tolong, Ini sekarang Soobin tertawa. Harus bagaimana aku? Apakah aku akan disuntik mati?
"Tidak apa apa, aku cukup terhibur dengan kehadiranmu disini, hitung hitung, aku bisa melihat bebek berbentuk manusia kan?"
Yeonjun menelan ludahnya kasar dan berusaha memukul Soobin, namun tangannya terlalu lemah untuk sekedar mendaratkan satu pukulan pada pundak dokter itu.
Keduanya tertawa.
"Aku tidak suka dirumah Hyung–" cicit Yeonjun sebelum menceritakan alasannya berada ditempat itu.
Lalu bibirnya yang semula kelu, kini terasa ringan menceritakan deret kisah hidupnya yang mengantarnya hingga ketempat itu, bertemu dengan Soobin dan orang orang yang jauh lebih memperhatikannya. Deret cerita itu terdengar sederhana dan normal dalam kehidupan, namun tanpa sengaja banyak orang menormalkan hal yang tidak normal. Seperti memaksakan kehendak orang tua pada sang anak.
Banyak cerita yang disaksikan Soobin, namun tak pernah ada yang serumit Yeonjun. Mungkin karena Yeonjun masih menberontak kedua orang tuanya dengan melakukan naskah kebohongan dengan mereka. Bahkan banyak anak yang berusaha seperti Yeonjun namun tidak mampu melarikan diri karena minimnya dukungan untuk mereka.
Sesekali Yeonjun menghela nafasnya, sejujurnya ia juga lelah dengan kehidupan yang terlalu banyak melarikan diri dan berbohong. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri dan menikmati hidupnya dengan caranya sendiri, tanpa dijadikan sebagai bidak, pion ataupun boneka kedua orang tuanya.
"Hyung tidak marah denganku...?" Soobin menggeleng sebagai jawaban untuk pertanyaan Yeonjun. Wajah imut itu menunjukkan raut wajah heran.
"Karena kau menjadi anak baik disini, maka dari itu aku tidak marah padamu" rasanya kalimat Soobin ini membuat jantung Yeonjun mencelos keluar. Beribu kupu-kupu seperti bermain main didalam perutnya. Bibirnya seketika kelu. Rasanya rona merah pipinya tidak dapat dibendung lagi.
apakah Soobin memang memiliki mulut yang manis seperti ini?
"Benarkah...?"
"Kau manis, kau anak baik, Cupcake"
MAMAAAA. MATI AKU. ANAKMU YANG TAMPAN MATI.
Yeonjun merasakan pipinya memanas dan wajahnya merah bak kepiting rebus. Sialan. Belum pernah ia merasa semalu ini. Jika ia berada dengan teman temannya, mereka pasti sudah menggoda Yeonjun dengan siulan menyebalkan. Yeonjun benar benar kesal di perlakukan semanis ini, namun disisi lain tubuhnya merespon perlakuan manis itu dengan menerimanya.
"Nanti malam aku akan berjaga disini, mau menemaniku?", Yeonjun mengangguk ribut sambil tertawa kecil.
"MAU!! e-eh tapi—"
"....Suster Mina..." Soobin menghela nafasnya pelan. Sudah ia duga Yeonjun akan membahas perempuan itu.
"Kami tidak ada apa apa, Jjun, dia dan aku dekat layaknya sahabat saja"
Yeonjun masih menunggu Soobin untuk menjelaskan hubungannya dengan Mina.
FLASHBACK ON
Mina tertegun mendengar perkataan Soobin yang mengingatkannya bahwa mereka tidak ada hubungan apapun, Mina tak berhak melarang ataupun cemburu dengan apa yang dilakukan oleh Soobin. Gadis itu hampir semalaman memikirkan perkataan Soobin padanya, menyadarkan bahwa ia terlalu berlebihan dalam merespon.
"Maafkan aku, aku terlalu berlebihan..." Mina berbisik sambil berusaha mengalihkan pandangannya kearah lain. Soobin masih bungkam menunggu Mina menyelesaikan kalimatnya.
"Aku tau aku tak seharusnya begitu, aku benar benar minta maaf, Choi.. aku sadar setelah memikirkannya, aku minta maaf, dan aku harap kita bisa berteman seterusnya"
Hening beberapa saat, kemudian tangan besar itu terulur untuk mengusak surai berwarna hitam pekat itu.
"Aku senang kau bisa kembali seperti dirimu lagi, kau menyeramkan kalau marah, Mina-ya", gadis itu tertawa kecil sambil menepis kenyataan semalam.
Ya, Mereka rasa hubungan mereka memang hanya sebatas teman dekat saja. Tak lebih.
Terkadang ada harapan untuk lebih namun kenyataan berkata lain.
FLASHBACK OFF
Yeonjun membelo kala mendengar penjelasan Soobin tentang hubungannya dengan Mina yang ternyata hanya teman dekat.
Ternyata gossip itu benar benar simpang siur ya. Yeonjun menyesal cemburu dengan sosok yang bukan siapa siapa bagi Soobin, tak lebih dari sekedar teman dekat saja.
Soobin yang menyadari sungutan Yeonjun pun tertawa kecil sambil mencubit pipi yang lebih muda.
"Dokter Soobin tampan sekali jika tertawa, aku semalin betah disini", gumam Yeonjun sambil mencuri lirikan dengan wajah Soobin yang sedang tertawa kecil sambil mencubit pipinya. Sepertonya mencubit pipi Yeonjun adalah hobi baru bagi Soobin.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Choi
General Fiction"Kamu kenapa masih maksa ketemu saya?" Yang lebih kecil tertawa geli sambil memajukan tubuhnya mendekat pada dokter yang sedang menatapnya heran. "Ya pingin, emang gaboleh ya? Dokter ganteng, saya suka sih! makanya jangan ganteng ganteng!" Astaga de...