[10]

814 126 9
                                    

Hari itu, tepat pada tanggal 2 may, adalah 2 bulan Yeonjun di panti rehabilitasi. Dan seluruh dokter sudah mengetahui maksud perihal Yeonjun yang semula menolak kini justru berbalik menjadi menetap. Ia bahkan terkadang membantu dokter disana untuk menemani pasien lainnya. Katakanlah mereka mengizinkan dikarenakan Yeonjun merupakan anak dari pemilik NAMSHIN GROUP. Sekaligus ia juga tidak banyak merepotkan karena sesekali ia yang akan menjadi volunteer membelikan kebutuhan dapur panti.

Menguntungkan? benar. Menguntungkan bagi Yeonjun juga. Sudah 2 bulan semenjak insiden tertidurnya Yeonjun di ruangan pribadi Soobin. Dimana semenjak itu, Yeonjun dan Soobin kerap kali menghabiskan waktu bersama. Ditambah Dokter itu menjadi sangat sering menetap dirumah sakit padahal bukan jadwalnya berjaga. Bila dipikirkan, ia bisa mengajak Yeonjun ke kediamannya bukan?

Namun Yeonjun memilih tinggal disana karena ia merasakan rasa keluarga yang erat disana. Teman-teman Yeonjun pun kadang menjenguknya hanya untuk sekedar bermain dan bisa menghibur pasien lain yang tidak pernah dikunjungi oleh sanak saudara mereka. Seperti Hyunjin.

Ia kini dekat sekali dengan salah satu pasien pengidap bipolar disorder disana. Karena keluarga pasien itu enggan bertemu dengannya, dan itu justru semakin memperkeruh gangguannya. Bersyukurlah karena Felix mendapatkan tumpangan gratis dari pihak panti karena ia juga cukup berteman baik dengan Yeonjun.

Tidak ada yang gratis di dunia ini kawan.

Hyunjin dan Felix menjadi akrab dan sesekali bahkan mereka bermain diluar panti bersama. Tentunya dengan obat atau bahkan petuah Dokter Jeon yang menangani gangguan Felix agar bisa diredakan dan bisa sembuh namun dalam kurun waktu yang cukup lama. Dan tentunya memakan banyak sekali biaya.

Atau Ryujin? yang kini dekat sekali dengan Suster Yeji. Bersamaan dengan Yuna yang dekat dengan Huening.

Kedatangan Yeonjun dan kejujuran Yeonjun membuahkan hasil yang sangat memutar balik keadaan. Ia mendatangkan banyak sekali perubahan di panti, mulai dari ruangan dan warna cat panti. Tidak ada yang menyadari hal ini adalah perbuatan Yeonjun, karena Yeonjun yang membantu Dokter Kim Namjoon untuk memintanya melalui anggaran belanja bulanan panti yang dilebihkan sedikit guna melakukan renovasi kecil-kecilan disana.

Toh uang Namshin Group sangat melimpah, tidak ada salahnya kan menggunakan demi kenyamanan orang lain?

Dan satu bulan lagi. Adalah penentuan dimana Yeonjun harus kembali atau menetap dengan melakukan aktingnya kembali.

***

Perjuangan Yeonjun tidak semudah itu. Sekarang ia dihadapkan dengan tantangan lainnya, seorang pasien pengidap bipolar seperti halnya Felix, kerap kali mengunjungi panti dan bertemu dengan Dokter Choi.

Disinilah Yeonjun bersungut kesal menunggu Soobin di koridor panti. Sesekali ia hanya mengacungkan ibu jarinya kala beberapa suster dan pasien disana yang memperhatikannya dengan heran.

"Ya ya ya benar, aku sedang dibuat menunggu", Suster Jihyo, tersedak pelan kala menahan tawanya. Si surai merah muda mendelik kesal.

"Noona! Jangan begitu! Lagipula si siapa sih namanya itu–" kemudian Jihyo menutup mulut Yeonjun sambil menggelengkan kepalanya dengan bahasa bibir yang tak dapat dipahaminya. Yeonjun mengernyit sambil mencoba memahami gerak mulut Jihyo.

"MIN–JU? NAH KAN MINJU. KENAPA JUGA IA DATANG TERUS KESINI. MENEMUI SOOBIN PULA. HHHHRHRHRHHRRRHHHH." amuk Yeonjun kala ia berhasil melepaskan tangan Jihyo dari mulutnya, membuat sang empu menghela nafas putus asa.

"Aku yang cemburu kenapa noona yang sedih?" Yeonjun mengernyit kala Jihyo menunjuk kearah belakangnya dan langsung bergegas mengambil langkah mundur dari Yeonjun, karena anak ini kelewat polos atau bodoh sih?

Tepat dibelakangnya, kehadiran Minju dan Soobin. Yang dimaksudkan oleh Yeonjun.

Spontan, si gadis berambut panjang warna hitam pekat dan Soobin tertawa kecil melihat kelakuan Yeonjun yang kemudian menjadi salah tingkah. Ia tertawa canggung karena sikapnya didepan Minju selama beberapa hari ini sangat baik. Namun ternyata ia justru membentak Minju dibelakang barusan. Dan itu sukses terdengar oleh Soobin dan Minju.

"Oppa? sepertinya aku pulang saja ya? dihabiskan cake nya, aku susah payah membuatnya", Soobin mengangguk pelan sambil melambai pada Minju dan memperhatikan punggungnya yang semakin jauh.

"Nah sekarang, kau ikut keruanganku." Yeonjun mencebikkan bibirnya dan bersungut kesal dengan langkah lebar mendahului Soobin.

Kedua pemuda itu duduk saling bertatapan. Yang satunya masih dengan perasaan kesal, dan satu lagi tengah asik menertawakan Yeonjun.

"Dengarkan dulu penjelasan hyung dong?" Yeonjun membuang wajahnya lalu memberikan isyarat pada Soobin agar lelaki itu menjelaskannya.

"Choi Minju, dia adalah adik kandung perempuanku".

Hah?
Hah...?
HAAAHHH?

Yeonjun memutar bola matanya kearah lampu diatasnya dan berusaha bersikap seolah olah tak terjadi apapun.

"Jjunnie? jika orang berbicara apa yang harus kau lakukan?"

"Mendengarkan... akukan sedang mendengarkan hyung!"

"Jadi Yeonjunie sudah tau kenapa Yeonjunie harus bertanya dulu?" lagi lagi Yeonjun bungkam karena selama ini mutlak kesalahannya yang sudah menganggap Minju itu wanita centil yang menggoda Soobinnya.

Soobinnya? sudah gila ya dia?

Ternyata wanita yang dia kira begitu adalah adik kandung Soobin yang sebentar lagi akan meninggalkan Korea demi melanjutkan studinya di Paris.

Dokter itu tersenyum manis dihadapan Yeonjun lalu menggenggam erat kedua tangan Yeonjun. Menyelipkan jemari besarnya pada jemari kecil Yeonjun yang sangat tembam dan gembil seperti pipinya.

"Hyung hanya menaruh atensi pada Yeonjunie, bukan ke yang lain, ingat yaa?" Bagai dihipnotis, Yeonjun mengangguk pelan.

Menit kemudian keduanya tersenyum kala Yeonjun mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi Soobin.

***

Baru seminggu yang lalu semuanya terjadi terasa aman. Baru saja seperti kedipan mata. Dan ternyata kemarin adalah waktu dimana Minju berpamitan dengan Soobin. Kali ini tidak adalagi yang mengantarkan sebuah cake atau cookies pada dokter itu. Dokter itu semakin terlihat sibuk setelah kepergian Minju.

Ia hanya bisa terfokus mengerjakan laporannya hingga pagi, lalu menjenguk beberapa pasiennya di bangsal lainnya. Kemudian bertemu Hueningkai untuk memintanya bantuan guna menyelesaikan laporan departemennya.

Soobin benar-benar sibuk hingga seseorang merasakan Soobin menjauh darinya.

Yeonjun menyuapi pasien paruh baya itu yang sesekali menunjuk kearah luas mengatakan bahwa terdapat medan perang yang sedang panas panasnya. Bola mata nenek itu total memutih semua. Ia hanya bisa terduduk diatas kursi rodanya dan mengandai ngandai tentang perang yang ia rasakan entah berapa puluh tahun silam. Trauma mendalam menyebabkan luka di dalamnya. Rasa takut menghantuinya namun sudah bisa ia biasakan dengan mengandai menunjukkan medan perang.

Ia pikir ia mati, untuk waktu itu ia merasakan kematian, namun ternyata ia tidak mati sama sekali.

Sesekali pemuda itu tersenyum mengatakan bahwa nenek itu sekarang aman didalam lindungan tembok besar.

Salah satu pasang mata itu memandanginya dari jauh. Setelah berdiskusi ringan perihal pelaporan tentang perkembangan rumah rehab dan pasiennya. Manik mata itu tersenyum teduh melihat interaksi keduanya ditengah taman sore itu. Sinar matahari bak sedang membantu penglihatan mata itu untuk memperhatikan surai merah jambu yang sesekali tertawa kecil menyebabkan matanya berbentuk bulan sabit dan deret gigi kecilnya terlihat.

Suster itu manis sekali bagi sang dokter.

TBC

Dr. ChoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang