Belum pernah rasanya Yeonjun begini. Makan dengan emosi menggebu, mandi dengan emosi menggebu, melihat adegan mesra rasanya ingin dia cakar televisinya. Bahkan Yeji dan Chaeryeong sampai bingung dibuatnya, namun mereka pasti paham perkara beginian.
"Hih." desis Yeonjun sambil menutup matanya dan meremat seprai kasurnya kasar. Menit kemudian dia membuka matanya dan duduk sambil mengacak ngacak surainya. Ia sendiri terlihat sangat– menakutkan saat ini.
Nafasnya menderu sambil mengepalkan tangannya kemudian berteriak kesal karena kejadian tadi pagi.
Yeonjun bahkan yang sangat suka dengan masakan suster mina dan jihyo, mengacuhkan makanan itu dan tak menyentuhnya barang sedikitpun. Rasanya kala ia menyentuh makanan itu, ia akan membayangkan wajah Suster Mina mengetawai dirinya karena ia menang dari Yeonjun.
Bung, ini bukan perkara soal menang dan siapa kalah. Ini soal hati. Ayolah. Berhenti menjadikan hati ini sebagai bahan taruhan.
Yeonjun merasakan kesal bukan kepalang saat ini. Ia rasanya ingin menegak beberapa botol alkohol dan menyumpah serapah karena ia benci yang namanya jatuh cinta karena hal ini.
Tunggu. Jatuh Cinta?
Cemburu itu tanda sayang? bukan, tanda jatuh cinta bung. Yeonjun sedang jatuh cinta dengan salah seorang dokter tampan disini.
Jemarinya kemudian ia gerakkan untuk mengetikkan beberapa pesan singkat pada kedua mentor asmaranya.
YEONJUN.
Tolong katakan padaku, apa yang harus kulakukan untuk bisa melupakan perasaan emosi begiNI KARENA AKU SANGAT MARAH HINGGA INGIN MEMATAHKAN LEHER SIAPAPUN YANG MENGANGGUKU.BEOMGYU
BREATHE MAN. ITS NORMAL. Namanya juga jatuh cinta. Kalau kau mau sih, ya buatlah ini sebagai medan perangmu.YUNA
Dan Suster itu. Kau bisa menantangnya dengan cara lebih dekat dengan dokter itu? bagaimana?Lalu Yeonjun termenung melihat saran dari Yuna dan Beomgyu. Ia kemudian memanggil Yeji dan Chaeryeong hanya untuk sesi curahan hati biasa tentang anak muda yang sedang jatuh cinta dan terlalu naif untuk menerima kenyataannya. Membahas perkara apa yang harus ia lakukan agar pujaan hatinya bisa membalas perasaannya.
Ia menggeram kesal mendengar penuturan Chaeryeong tentang Hueningkai yang pernah juga berada diposisi itu. Bersyukurlah Chaeryeong karena Dokter Kang tidak seperti itu, dan bahkan dia adalah salah satu dokter yang paling tegas dan strict dengan pasiennya. Dan justru jatuh hati pada Chaeryeong.
Oke lupakan, kita akan kembali membahas Yeonjun.
"Coba saja kau lakukan saran temanmu, aku sedikit menyukai cara itu, walaupun aku tidak bisa menjamin 100% kau akan selamat dari makian atau sekedar jambakan dari suster mina yang diam diam galak itu" tegas Chaeryeong diikuti anggukan Yeji yang sedang asik memakan cemilan milik Yeonjun yang dikirimkan oleh ayah ibunya.
"Baiklah, mulai malam ini aku akan melakukannya, lihat saja. Mana mungkin aku kalah dari seorang perempuan?"
Sudah dikatakan berulang kali Choi. Ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal perasaan.
***
Disinilah Soobin berdiri, memperhatikan Yeonjun yang tidak mau menyentuh makanannya hingga 2 hari lamanya. Bahkan untuk menghabiskan minuman dari dapur pun ia enggan. Jika boleh jujur, Yeonjun memang ngambekkan. Ia bisa merelakan puasa 2 hari (puasa makanan berat sih) hanya agar kemauannya dituruti. Manja, memang bocah satu ini sangat manja. Apalagi setelah ia mengetahui semua orang disana begitu perhatian padanya. Bahkan suster kepala, Suster Jihyo pun juga sangat ramah padanya dan bahkan sesekali menyelipkan coklat panas untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Choi
General Fiction"Kamu kenapa masih maksa ketemu saya?" Yang lebih kecil tertawa geli sambil memajukan tubuhnya mendekat pada dokter yang sedang menatapnya heran. "Ya pingin, emang gaboleh ya? Dokter ganteng, saya suka sih! makanya jangan ganteng ganteng!" Astaga de...