Rasanya seperti terbangun di surga kala mendengar cicitan burung burung diluar sana. Perlahan tungkainya ia bawa menuruni kasur dan berjalan kearah jendela kiri. Ia menyibakkan gorden cream yang menutupi jendela itu kemudian tersadar bahwa taman belakang dekat kamarnya kalau pagi hari memang sangat hangat dan terlihat menenangkan. Disana ada 2 gazebo yang lengkap dengan beberapa meja dan kursi. Tak jauh dari tempatnya berdiri, bunyi air mancur terdengar teratur memasuki gendang telinganya.
Yeonjun menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan. Rasanya udara disini pun sangat bersih dan sejuk. Ia bahkan menggunakan 25 sebagai suhu AC dan itupun sudah merasa dingin. Untuk pertama kali setelah 3 harinya di sana, Yeonjun membuka notifikasi ponselnya yang menumpuk. Dan benar saja. Teman temannya mencarinya karena ia hilang bak ditelan bumi.
Hyunjin : CHOI KAU MASIH HIDUPKAN BRENGSEK?
WOOJIN : Kurasa ia sudah di panti bung
Jinyoung : Astaga Tuhan kuharap pekerja disana bertahan mengurusi bocah sepertinya
Yuna : Aku turut berduka..Tak kusangka saja Yeonjun akan dengan cepatnya mendahului kita
Ryujin : Berlebihan kalian ini, dia hanya di panti rehabilitasi, bukannya mati. Mungkin sekarang ia memiliki hobi baru disana.
Beomgyu : Kurasa ada yang menarik perhatiannya
Yeonjun termenung melihat teman temannya yang sempat membicarakannya kemarin. Ia kemudian menggerakkan jemarinya untuk membalas beberapa pesan singkat yang mencari keberadaannya. Terkecuali grup itu.
Yeonjun
Aku sedang di suatu desa. Kemungkinan aku akan kembali ketika aku sudah bosan disini. Untuk sementara aku tidak akan ikut ke klub, mengingat jaraknya yang jauh. Dan aku akan jarang sekali menggunakan ponsel karena aku harus berakting. Tapi tenanglah, hidupku disini jauh lebih menenangkan. Aku seperti habis terkena siraman rohani. Aku merindukan kalian, jika sempat kalian bisa ke sini, aku akan mengirimkan alamatnya. [attach location] . Semangat terus dalam menghamburkan uang kawan kawanku. Aku mencintai kalian. Doakan aku berhasil disini.
Muah,
Choi Tampan YeonjunMenit kemudian ia mendapatan rentetan sumpah serapah dari teman temannya yang mengatakan bahwa ia sudah gila dan patut untuk diobati. Seorang Yeonjun berhenti menghamburkan uang dan menikmati kehidupan desa?
Ini pasti suatu kejutan dari Tuhan untuk mereka agar segera sadar dari kelakuan mereka selama ini.
Yeonjun tertawa kecil kemudian mematikan telfon genggamnya dan meletakkannya kedalam laci nakas didekatnya. Ia akan menghabiskan waktu selama 3 bulan disini. Dan kemungkinan ia bisa menambahnya jika ia berakting dengan baik.
Jujur saja, hatinya masih belum mau untuk tinggal kembali dirumahnya. Ia lebih menikmati kehidupannya disini. Toh kamar disini jauh lebih nyaman ketimbang dirumahnya kan? Dan lagipula, kamar ini tak ada yang memakainya, jadi ia tidak akan menyia nyiakan kesempatan ini.
Ditambah. Dokter Soobin sangat tampan, membuatnya tergoda untuk terus menempel di sini.
Katakan ia menyusahkan dalam aspek konsumsi, tapi selebihnya ia tidak menyusahkan kok. Ia tidak butuh obat, tidak butuh pengawasan, dan ia hanya butuh perhatian kecil.
Tungkai surai merah jambu itu melangkah kearah kamar mandi untuk sekedar membasuh tubuhnya.
***
Yeonjun memandangi pantulan dirinya di cermin. Sesekali melihat kearah rambutnya yang tidak di biarkan saja. Lucu sekali, seperti bundar kepalanya memiliki rumbai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Choi
General Fiction"Kamu kenapa masih maksa ketemu saya?" Yang lebih kecil tertawa geli sambil memajukan tubuhnya mendekat pada dokter yang sedang menatapnya heran. "Ya pingin, emang gaboleh ya? Dokter ganteng, saya suka sih! makanya jangan ganteng ganteng!" Astaga de...