Dan itu adalah kali pertama bagi mereka merasakan kenyamanan yang terbentuk. Kali pertama bagi Soobin merasakan ringan di pundaknya setiap mendengar celoteh Yeonjun di ruangannya. Tungkai yang lebih kecil sedari tadi berkeliling melihat lihat deretan buku di rak berwarna acacia itu. Sesekali tangan kecil itu menggaruk kepalanya kala membuka salah satu lembaran buku tebal yang dirasa menarik ternyata justru mematikan bagi otaknya.
Dokter tertawa kecil melihat sang pasien penuh dengan rasa antusias.
"Hyung, aku belum mengetahui jawabanmu, kenapa memilih menjadi dokter jiwa...?" Soobin tertegun sesaat sebelum meloloskan helaan nafas lelah dan meminta Yeonjun untuk duduk di dekatnya. Ia takut jika menceritakan hal ini, rasa pusing akan menghampirinya dan menelannya bulat bulat. Ia takut jika menceritakan ini, hal buruk akan menimpanya.
Kenangan itu kembali menyeruak memenuhi rongga pernafasan Soobin.
Sesak. bahkan sebelum Soobin membuka mulutnya, ribuan kalimat itu seperti sudah berbondong bondong menunggu untuk keluar satu persatu dari kerongkongannya.
Bibirnya mulai menceritakan rentetan cerita sederhana yang dialami oleh manusia kala mereka menemui ujung dari kehidupan mereka. Yang membedakan adalah usaha mereka untuk tetap hidup di dunia namun takdir tetaplah takdir.
Hari dimana Soobin hanya bisa termangu melihat sosok wanita paruh baya yang memilih untuk menegak pukuhan pil putih itu sendirian. Dimana wanita itu selalu mengerang dan menangis menyampaikan rasa sedihnya yang tak terbendung. Untuk menyentuh makanan saja ia enggan, bahkan menolak mentah mentah. Semua terasa menyakitkan melihat sang ibu begini hancurnya karena ditinggalkan oleh laki laki yang ia cintai. Ia tak dapat membohongi ketakutannya pada kenyataan bahwa mencintai seseorang dengan berlebihan akan membawanya pada kematian.
Lidahnya terasa kelu, tubuhnya terasa kaku. Memilih untuk membiarkan sang ibu tersenyum padanya sambil melambaikan tangan pada anaknya dan menyampaikan air mata bahagia karena bisa menemui sang kekasih hati lagi di dunia sana. Mengatakan pada Soobin bahwa ia sekarang jauh lebih baik, karena tidak merasakan siksaan hidup yang teramat sangat melelahkan selama 2 tahun sisa hidupnya.
Yeonjun, menyadari perubahan suasana, kemudian menghampiri Soobin dan memeluknya erat. Enggan melepaskan seperti Soobin akan meninggalkannya. Rasanya sedih menyeruak kala melihat orang yang selalu tersenyum, merasakan sakitnya sendirian.
"Hyung hebat sekali! bisa menjadi dokter jiwa yang handal, pantas saja Namjoon Hyung mempercayaimu padaku! Sungguh, Hyung terhebaaaatt!"
Rasanya menenangkan.
Menyenangkan.
Menghangatkan.Sosok pemuda dengan balutan pakaian rumah sakit berwarna pink, dengan surai yang senada, jemari kecil dan senyuman secerah matahari tengah menatapnya dengan penuh semangat. Jalaran rasa bahagia yang ia miliki serasa tersampaikan pada Soobin.
Yeonjun itu secerah yang menghangatkan, mekar seperti bunga matahari yang membuka kelopaknya ketika matahari bersinar dengan hangat menyinari alam semesta. Seperti bunga mawar merah yang terlihat berani dengan warnanya. Seperti daisy oranye yang mekar ketika pagi hari.
"Terima kasih? kau sangat baik dalam berkata kata ya" Soobin menyelipkan jemarinya pada surai pink muda itu dan mengusapnya sesekali dengan perasaan sayang.
Dengan hal kecil dan sederhana yang dilakukan oleh Soobin, Yeonjun merasakan perutnya seperti terisi dengan ribuan kupu-kupu yang berterbangan kesana kemari.
Rasanya menyenangkan.
"Sudah pukul 1 malam, aku tiba tiba mengantuk hyung..." Soobin kembali memeluk tubuh kecil yang ada di pangkuannya dengan erat. Menyadari bahwa yang lebih muda sedang menyelipkan kepalanya di perpotongan lehernya. Kemudian tangan besar itu mengusap punggung yang lebih muda hingga terdengar dengkuran halus memasuki gendang telinga Soobin yang tak menghentikkan fokusnya dari layar komputernya dan menampilkan deret kalimat laporan disana. Membiarkan nafas Yeonjun yang setengah mendengkur halus dengan teratur berada di pelukannya.
***
Bukan kepalang terkejutnya ketika Hueningkai menemukan Yeonjun dan Soobin tengah tertidur diatas kursi meja kerja sang dokter di ruangannya. Buru buru tubuh tinggi berwajah blasteran itu mengunci pintu ruangan dan menghampiri keduanya.
"Astaga demi Tuhan, bisakah kalian mencari ruangan yang tidak terkunci dan tidak dikunjungi banyak orang???"
Mendengar suara suara intonasi yang rendah setengah berteriak, salah seorang dari dua orang yang terlelap membuka matanya dan menemukan Hueningkai tengah berkacak pinggang memperhatikan yang lebih kecil justru semakin mengeratkan pelukannya pada si dokter.
Sang dokter mengerang rendah sambil melirik jam tangannya dan menemukan jarum sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Kemudian netranya tertutup sejenak dan mengusap rambutnya kearah belakang. Kemudian atensinya beralih pada eksistensi seorang pemuda kecil yang masih tertidur dengan tenang dipelukannya. Kemudian mendaratkan sebuah kecupan kupu-kupu di pucuk kepalanya.
"Hyung, aku kesini membawa beberapa berkas yang akan kau bawa besok menggantikan Dokter Kim, dan bukan untuk melihat adegan mesra dipagi hari antara dokter dan pasien", Soobin menatap Hueningkai dengan senyuman geli miliknya kemudian mengangguk pelan, dengan tangan yang masih setia melingkar di pinggang ramping milik Yeonjun.
"Yeonjunnie? bangun, Hyung harus bekerja sekarang"
Tak ada sahutan yang jelas dari bilah bibir Yeonjun. Ia hanya bergerak pelan dan kembali mengeratkan pelukannya pada Soobin.
Manis. Manis sekali.
"Yeonjunnie hey?" Kemudian tungkai Soobin berdiri sambil memeluk yang lebih kecil, berjalan kearah sofa bed empuk yang berada di balik lemari bukunya yang besar. Maka dari itu lemari itu berbentuk seperti letter L. Dimana ketika orang awam masuk hanya bisa melihat dua lemari buku yang cukup besar.
Dokter itu kemudian menarik selimut kecil yang ada didekatnya, menyampirkannya pada Yeonjun yang masih terlelap pulas diruangan sekaligus kamar bekerja Soobin di panti.
"Hyung? aku akan menunggumu di bangsal Krisan, Suster Jihyo pasti kesulitan karena sendirian, untuk berkas dan data laporan sudah ku letakkan di dalam flashdisk dan print printan itu. " tegas Hueningkai sambil tersenyum riang merasakan bebannya terangkat atas kerja kerasnya. Kemudian Soobin mengangguk paham dan menepuk pundak Hueningkai beberapa kali sebelum berjalan mengajaknya untuk meninggalkan ruangannya dan membiarkan Yeonjun terlelap didalam ruangannya.
Sepertinya, bunga peony kuning akan bermekaran dalam waktu dekat.
Bunga peony kuning melambangkan awal yang baru, menjadikannya ideal bagi siapa saja yang memulai babak baru dalam hidup mereka, baik itu pekerjaan baru atau memberi selamat atau sesuatu yang baru diraih.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Choi
General Fiction"Kamu kenapa masih maksa ketemu saya?" Yang lebih kecil tertawa geli sambil memajukan tubuhnya mendekat pada dokter yang sedang menatapnya heran. "Ya pingin, emang gaboleh ya? Dokter ganteng, saya suka sih! makanya jangan ganteng ganteng!" Astaga de...