Hello, Derizcon!
Maaf karena update-nya ngaret. Well, alasannya akan aku katakan di A/N di bawah. 😳
Seperti biasa, jangan lupa untuk klik bintang kecilnya sebelum mulai membaca. Boleh spam komen kok untuk menunjukkan antusiasme kalian.
Happy Reading ....
______________________________________
Ruby tengah berjalan sendirian di tepi jalan, tak tentu arah. Beberapa kali bahunya ditabrak oleh orang-orang yang berlalu lalang—bukan salahnya karena mereka yang terburu-buru. Ruby baru saja selesai menemui agen CIA yang dikatakan Rafael kemarin di salah satu pusat pembelanjaan. Mereka sengaja memilih tempat ramai agar tidak dicurigai. Meski saat tengah membahas hal rahasia, keduanya harus berbisik-bisik. Dia juga sengaja tidak langsung pulang menggunakan mobilnya, ingin menikmati hiruk-pikuk kota New York di malam hari.
Tak jarang Ruby digoda oleh beberapa pria yang melewatinya, yang dibalas gadis itu dengan senyum sinis. Hari ini Ruby tampil kasual—tidak ada setelan kerja mahal; yang ada atasan tanpa lengan berwarna hitam dan high waist hotpants berwarna senada, dipadukan dengan tas Saint Laurent dan sepatu kets putih.
Ruby yang tengah menatap sekeliling sontak menghentikan langkah. Menatap lurus pada satu titik, lalu tersenyum asimetris. Dia kembali melangkah—kali ini lebih cepat—menghampiri dua orang yang dikenalnya. "Hello, Luiz, Lizzy!" sapa Ruby riang seolah mereka bertiga sangat akrab.
Dua orang yang merasa disebut namanya itu pun membalikkan badan dan terkejut bukan main saat melihat si pemanggil.
"Untuk apa kamu ke sini?" desis Luiz. Dia bahkan terang-terangan melempar tatapan tidak suka.
Ruby yang menyadarinya segera berujar, "Sebelum kalian salam paham, biarkan aku menjelaskan. Aku baru selesai makan malam dengan seorang teman dan tidak sengaja melihat kalian. Aku bukan penguntit, okay?"
"Walaupun tidak sengaja melihat, seharusnya kamu tidak perlu menghampiri," ketus Luiz.
Ruby sama sekali tidak tersinggung. Dia lantas melirik tangan Luiz yang menggenggam tangan Lizzy. "Oh, ternyata kalian sedang kencan."
Luiz ingin kembali bersuara, tetapi langsung diurungkan ketika tiba-tiba saja Lizzy melepas genggaman tangan mereka dan beralih mengusap lengan pria itu.
"Luiz, it's okay. Biarkan aku yang berbicara dengan Ms. Tyson. Mungkin jika sesama wanita berbicara dari hati ke hati, dia mau mengerti."
"Are you sure, babe?" tanya Luiz tak yakin.
"Of course," sahut Lizzy cepat. Dia lalu mengalihkan pandangan pada Ruby. "Mari, Nona ... kita berbicara empat mata."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT FOR GRAY | ✅
Romance⌠Spin off of the story 'Suit and Tie' | Dapat dibaca secara terpisah⌡ Pada usia muda, Ruby Alette Tyson sudah menjabat sebagai Chief Executive Officer, sekaligus seorang pengacara handal. Ruby itu cantik, pintar, kaya, berpendidikan ting...