FFG | Chapter 14 - Stop

465 54 2
                                    

Hai! Apa kabar?
Tentu aku selalu mengharapkanmu baik-baik saja.

Aku sempat kebingungan dalam menentukan judul untuk chapter ini. Terkadang hal kecil seperti ini pun bisa menjadi beban pikiran. Namun, pada akhirnya aku bisa menemukan judul yang pas.

Biar aku cepat update, maka jangan pelit-pelit untuk pencet bintang kecilnya. Hanya butuh waktu 2 detik kok untuk membuatnya yang tidak berwarna jadi orange. 😊

Happy reading ....

______________________________________

"Daddy masih menungguku?" tanya Ruby begitu dia dan Gracia keluar dari ruang meeting. Tadi di tengah rapat tiba-tiba saja Ayahnya mengirim pesan dan mengabarkan kalau dia akan mampir. Tentu dengan cepat Ruby memerintah Gracia untuk menjemput dan membawa pria paruh baya itu ke ruangannya.

"Masih, Miss."

Ruby manggut-manggut. Sejujurnya dia sudah bisa menebak maksud kedatangan Alexco ke sini. Pasti ada sangkut pautnya dengan berita panas hari ini. Tanpa sadar Ruby menghembuskan napas lelah.

"Miss cemas?" tanya Gracia hati-hati. Gadis itu sedari tadi berjalan di sebelah Ruby.

"Sedikit."

"Ini hanya saran saya. Terserah Miss mau mengikutinya atau tidak. Namun, akan lebih baik kalau dipertimbangankan."

Ruby memutar bola mata malas. "To the point saja," pintanya.

Gracia menelan salivanya sebelum bersabda, "Sebaiknya Miss jujur pada Mr. Tyson. Utarakan apa yang Miss rasakan selama ini. Mungkin saja Mr. Tyson akan mengerti."

Ruby berhenti, begitu pula dengan Gracia. Keduanya telah sampai di depan pintu ruangan Ruby yang tertutup rapat. Lagi-lagi Ruby menghembuskan napas. Dia sempat menimbang-nimbang saran Gracia sebelum berkata, "Semoga saja ...."

Setelah hatinya tenang, barulah Ruby membuka pintu. Dia melangkah masuk, sementara Gracia memilih untuk tetap di luar. Pun gadis Asia itu berinisiatif menutup pintu.

"Hai, Dad!" sapa Ruby diiringi senyum lebar yang terkesan dipaksakan.

Alexco hanya diam. Terlihat dingin dan tak tersentuh. Belum lagi sorot matanya yang tajam kini mengarah pada Ruby. Membuat gadis itu meneguk salivanya.

"Aku agak kaget sewaktu Daddy mengirim pesan," aku Ruby seraya bergerak maju. Dia lantas menarik kursi di hadapan Ayahnya dan duduk di sana, hingga kini keduanya hanya dipisahkan oleh sebuah meja panjang.

"Kamu yang memberiku kejutan pagi ini." Alexco mulai bersuara. "Aku tidak menyangka kalau kalian masih berhubungan," lanjutnya.

Ruby tertegun.

"Dari awal aku tahu siapa Luiz sebenarnya. Hanya saja bukan berarti dengan mudah aku menyetujui hubungan kalian," ujar Alexco dengan datar. "Kamu pasti masih mengingat gadis yang dikenalkan Luiz pada kita di Grand Opening Tyson's store."

Ruby tetap mengunci mulutnya, akan tetapi kedua tangan gadis itu sudah mengepal di atas paha.

"Apakah kamu tidak memikirkan perasaan gadis malang itu? Kira-kira bagaimana perasaannya saat melihat berita ini?"

FIGHT FOR GRAY | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang