Rasa pening langsung hinggap pada kepala Hyunsuk ketika ia sadar. Dadanya terasa sakit dan pelipisannya berdenyut. Hyunsuk mencoba bangun dan memfokuskan pandangnya.
Ia berkedip beberapa kali, matanya memutari keadaan sekitar; menelisik keberadaannya sendiri. Ketika sadar ia berada di rumahnya, rasa lega segera menghampiri dadanya.
Hyunsuk menghela napas tenang, ia berjalan menuju kulkas dan minum air dingin untuk membasahi tenggorokannya yang entah mengapa terasa begitu kering.
Ia duduk, memijat batang hidungnya dan sesekali mengusap leher kanannya. Bagian itu terasa sedikit sakit dan ngilu.
Perlahan-lahan Hyunsuk mulai mengingat-ingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. Pertama, Hyunsuk kehujanan, lalu ada seorang pria yang ia tolong, pria itu meminta minum dan—
"Shh," ia meringis, memijat kepalanya yang berdenyut begitu kencang. Sakit sekali.
Park Jihoon.
Sebuah suara berdengung pada telingnya. 'Park Jihoon, siapa Park Jihoon?' Hyunsuk bergumam pada dirinya sendiri.
Seketika Hyunsuk meloncat, berlari menuju jendela dan melihat matahari yang sudah naik begitu tinggi. Keringat dingin langsung luruh, Hyunsuk melihat jam dinding dan menunjukan pukul dua belas. Sial, tengah hari.
Hyunsuk kembali berlari, kali ini ke kamarnya dan mengambil ponsel. Ia melihat ponsel itu. Tujuh panggil tak terjawab dari Yoshi, dua pesan dari Mashiho, dan ratusan ribu spam tidak jelas dari group chat yang anggotanya, Jaehyuk, Asahi, Yoshi, Mashiho dan dirinya sendiri.
Mereka pasti mencarinya karena ia tidak masuk sekolah tanpa kabar. Hyunsuk mengetik beberapa kalimat, memberitahukan pada ke-empat temannya jika ia baik-baik saja.
Setelah itu Hyunsuk merebahkan tubuhnya, ia meletakkan tangannya diatas kening. Mengerut tak mengerti karena nama seseorang kembali terlintas dipikirannya.
Ia berusaha keras mengingat siapa orang itu, tapi tidak berhasil. Pun seingatnya ia tidak memiliki teman atau kenalan bernama Park Jihoon. Siapa Park Jihoon ini? Dari mana ia tahu nama itu?
Bunyi perut Hyunsuk membuatnya mendengus, Park Jihoon bodoh itu membuatnya lupa jika ia belum makan.
Hyunsuk bangkit, berjalan menuju dapur dengan santai tanpa tahu bahaya apa yang menunggunya karena menolong seseorang malam tadi.
***
Wajah pucat itu terlihat lebih segar dari sebelumnya. Seringai licik juga sudah kembali terpatri pada bibir tipis nan lembut milik sang Pangeran.
"Kupikir kau sudah mati." suara itu bergema dalam ruangan gelap dan pengap. Jihoon berdecih sebagai tanggapan.
"Apa yang terjadi?" seorang pria mungil meloncat dari atas dan mendarat dengan sempurna di depan Jihoon. Berlagak sok cantik dengan memamerkan bulu mata lentiknya.
"Seorang manusia bodoh menolongku." jawab Jihoon acuh. Dia berjalan menuju sopa coklat yang terlihat begitu tua dan usang.
"Dan?..."
"Pergilah. Cari aroma yang tertinggal pada tubuhku lalu cari tahu latar belakangnya."
Kim Junkyu, pemuda yang diperintah oleh Jihoon hanya menggeram. Ia ingin menolak, malas sekali rasanya harus berbaur dengan manusia-manusia bau itu. Hidungnya sedang begitu sensitif dan akan semakin sensitif jika ia keluar tengah hari begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare [✓]
Fantasy"Seharusnya aku tidak menolongmu!" ↺BxB || Homo || Gay || Yaoi ↺Ft. Harukyu