Seharusnya Jihoon dan Hyunsuk lurus agar bisa mencapai rumah Hyunsuk. Tapi, Jihoon malah berbelok memasuki gang gelap nan sempit.
Hyunsuk mengerut tak mengerti, "Ada apa?"
Bukannya menjawab Jihoon justru memejamkan matanya hingga iris itu berubah menjadi merah. Ia semakin melebarkan seringainya begitu Hyunsuk tunduk dalam pengaruhnya.
"Kemari." seperti yang terjadi sebelumnya, Hyunsuk langsung menuruti apa yang Jihoon katakan. Dia melangkah menghampiri Jihoon dengan tatapan kosong.
Sekarang jiwanya benar-benar bukan miliknya lagi.
Jihoon mendorong pelan tubuh Hyunsuk hingga bersandar pada tembok usang di belakang pemuda itu. Tangannya meraih dagu Hyunsuk agar mendongak.
Wajah cantik itu bersinar memantulkan cahaya rembulan, begitu indah dan menggugah selera makan Jihoon.
Jihoon mendekatkan wajahnya pada bibir Hyunsuk, berniat mencium bibir ranum itu. Ia ingin merasakan kembali rasa manis dari bibir merah Hyunsuk.
Tapi, ia urungkan, belum saatnya. Jihoon kembali pada niat awalnya, ia menarik kepala Hyunsuk agar miring lalu mulai menjilat area disekitar sana.
Menghisap sedikit dan dilanjutkan dengan gigitan kecil namun dalam hingga darah segar Hyunsuk keluar memenuhi mulut Jihoon.
Langsung Jihoon hisap dengan rakus, menelanan darah itu penuh rasa nikmat. Begitu sampai Jihoon merasakan tubuh Hyunsuk melemah,
Barulah ia manarik gigi yang menancap pada kulit Hyunsuk, ia menutup kembali luka Hyunsuk agar berhenti mengalirkan darah.
Tubuh itu langsung limbung pada pelukkannya. Menandakan jika Hyunsuk lemas setelah darah si cantik menghilang cukup banyak.
Sedikitpun Jihoon tidak merasa cukup, ingin rasanya Jihoon menghisap darah manis Hyunsuk terus menerus hingga dahaganya benar-benar terpuaskan.
Tapi, itu bukan pilihan yang tepat. Dahaganya mungkin akan terpuaskan saat itu juga, tapi, hanya saat itu. Setelahnya Jihoon harus menunggu lagi ribuan tahun untuk bisa menemukan orang seperti Hyunsuk.
Dan itu bukanlah ide bagus.
Jihoon menggedong Hyunsuk lalu menghilang dalam kegelapan, membawa tubuh hangat itu ke dalam rumah si cantik dan menidurkannya dengan damai setelah ia memanipulasi ingatan Hyunsuk.
Jihoon sudah berniat langsung pergi, ingin mencari cara untuk membantu Junkyu agar si cerewet itu melakukan tugasnya secepat mungkin.
Tapi, tiba-tiba tangan Hyunsuk menahan kepergiannya. Tangan itu mencekal jari telunjuknya, tidak terlalu kencang, namun, itu cukup untuk mengurungkan niat Jihoon semula.
Dengan ragu Jihoon berbalik dan menatap penuh tanya pada Hyunsuk, mata itu masih terpejam, dengkuran nafasnya juga masih teratur menandakan jika Hyunsuk masih tidur.
Sesuatu dalam diri Jihoon kembali bergejolak, memerintahkan Jihoon untuk kembali menghisap darah Hyunsuk atau setidaknya kembali mencicipi tekstur candu dari bibir insan yang kini tengah lemah.
Geraman buas terdengar, pikiran rasional dan nafsu birahinya terus berperang. Wangi Hyunsuk juga terus memenuhi seluruh indra penciumannya, itu semakin memperburuk keadaan Jihoon.
"Jihoon, pergilah." seorang pria dengan perawakan tinggi menahan bahu Jihoon ketika sang Pangeran berniat menaiki tubuh Hyunsuk. "Belum saatnya."
Jihoon menepis tangan itu lalu pergi tanpa memperdulikan Hyunsuk dan orang yang memperingatkannya.
Ia mendobrak pintu gudang kumuh yang ia jadikan tempat bernaung selama ini. "Woaw, tenang kawan, kau akan merusak bangunan tua ini!" satu-satunya orang yang menguhuni tempat ini selain Jihoon berkata malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare [✓]
Fantasía"Seharusnya aku tidak menolongmu!" ↺BxB || Homo || Gay || Yaoi ↺Ft. Harukyu