Part 11

2.4K 356 43
                                    

Haruto terbangun kala merasakan rasa panas pada keningnya. Mengerjapkan mata berkali-kali hanya untuk menyesuaikan cahaya lampu yang merengsek masuk pada indra penglihatannya.

Dan dari sepersekian detik yang ia lewati, Haruto sudah sadar jika maut akan segera menghampirinya.

Masih sangat jelas dalam ingatan Haruto apa yang terjadi sebelum ia terbangun di tempat menyeramkan nan sunyi ini.

Hatinya menyerah pasrah, tak apa. Mati memang terasa sakit, tapi itu hanya sebentar. Setelahnya ia bisa bebas dari ketakutan yang selama ini terus membayanginya.

"Tapi, apakah kau tega meninggalkan nenekmu?"

Nenek, jangan ini.

"Ya, lupakan tentang itu karena nenekmu sudah berkumpul dengan keluargamu." orang yang berbicara itu mengelilingi Haruto dengan aura gelap. "Lalu, bagaimana dengan satu-satunya saudaramu? Seseorang yang saat ini kebetulan tengah sendiri."

Haruto bisa melihat Asahi tengah duduk di taman belakang rumah pemuda itu, sendirian. Dis terlihat sedang memikirkan sesuatu dan wajah manis sepupunya itu sangat khawatir.

Apa Asahi memikirkannya?

Karena hanya Asahi satu-satunya keluarga yang ia miliki, begitu pula sebaliknya.

"Jika kau menyayanginya, kau jelas tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?"

Haruto tahu, Haruto paham, Haruto mau, tapi, ia tidak bisa.

Takdir menolaknya untuk melukai Junkyu.

"Karena itu, ucapkan selamat tinggal pada sepupumu."

"Tidak, tidak. Beri aku kesempatan. Aku, aku akan membunuhnya asal jangan sentuh Asahi, jangan sentuh dia."

Haruto memohon, inginnya dia berlutut dan bersujud pada orang ini, tapi tidak bisa karena tubuhnya terikat.

"Terlambat." lalu orang itu menghilang.

Haruto ketakutan, jangan Asahi.

Sekuat tenaga ia mencoba itu menggerakkan tangannya, berusaha melepaskan tali yang membelenggu hanya untuk mencoba menyelamatkan Asahi.

Tidak berhasil.

Haruto semakin putus asa, dia menangis dan memohon pada Tuhan.

Tolong lindungi Asahi, dia menyanyi sepupunya dengan sangat.

Tapi, bukan Tuhan yang mendengarkan doanya. Melainkan seorang laki-laki manis dengan wajah pucat pasi.

"Junkyu?"

Bagaimana mungkin?

"Kau mau menyerah lalu datang padaku?"

"Selamatkan Asahi, dan ya, aku akan melakukannya."

"Sakit, bukan? Kau takut saudaramu terluka?" Junkyu mengusap lirih wajah yang tak kalah pucat darinya.

Haruto diam, dia tidak tahu apa yang akan Junkyu lakukan. Mungkin sekarang pria itu sudah merubah keinginannya.

Mungkin sekarang dia akan menyiksanya atau paling tidak membunuhnya karena Junkyu berkata sarkas seperti itu.

"Memohon, serahkan seluruh kehidupanmu padaku. Jadikan aku segalanya dan aku akan menyelamatkan Asahi."

Haruto hampir membuat bola matanya keluar. Kenapa Junkyu masih tetap menginginkannya meski dia sudah berusaha membunuh pria itu.

Kenapa Junkyu sangat memaksa?

Apa yang sebenarnya pria itu inginkan darinya?

Tapi, tidak. Ini bukan saatnya memikirkan hal itu, nyawa Asahi terancam.

Nightmare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang