Part 15

2.8K 328 37
                                    

Hyunsuk berubah. Ia menjadi lebih waspada setiap saat, menjaga jarak sejauh mungkin dengan Jihoon meski itu tidak berguna sama sekali.

Ia lebih sering menghabiskan waktunya di tempat ramai, menghindari tempat sepi gelap atau apapun yang sekiranya makhluk seperti Jihoon sukai.

Tapi, itu tidak berhasil.

Jihoon tetap menemukannya, menyentuh dan menghisap darahnya kapanpun dia mau.

Seperti sore ini.

Hyunsuk tengah mengganti bajunya untuk memulai pekerjaan.

Sampai tiba-tiba seseorang masuk dan menutup pintu ruang ganti, menyeringai lapar kala melihat wajah panik Hyunsuk.

Secepat kilat Hyunsuk berlari, berniat keluar dari ruangan itu.

"Kenapa terburu-buru?"

Mendengar suaranya saja sudah membuat seluruh sel dalam tubuh Hyunsuk menegang, semakin bertambah parah saat Jihoon mencekal tangannya.

"Lepaskan aku! Kau bajingan gila!" teriaknya keras, berharap semoga Haruto mendengar dan datang melihatnya.

Jihoon mendorong paksa tubuh Hyunsuk, hingga tubuh kecil itu terbentur pintu.

"Kau benar-benar membuatku terangsang." ia menelusuri pipi Hyunsuk, mengendus aroma harum dari leher Hyunsuk dengan sensual.

Hyunsuk memejamkan matanya, berusaha menahan erangan yang meronta ingin teralun kala Jihoon menjilat lehernya.

"T-tolong jangan—nhh!"

Mendengar erangan tertahan itu membuat darah Jihoon semakin memanas, ia membalik tubuh Hyunsuk cepat dan menarik pinggang Hyunsuk hinggap menungging.

"Jangan Jihoon!" paniknya seraya mencoba menjauh, ingin melepaskan diri dari Jihoon yang saat ini merobek apron dan celana kerjanya.

"Shh, kau benar-benar menggoda!" Jihoon berucap seraya meremas bokong Hyunsuk.

"Nhh!" sang korban menggeleng ribut, menolak sentuhan itu dengan bibir ia gigit kuat agar tidak ada lenguhan apapun yang keluar dari mulutnya.

"Jihoon, kumohon."

Tidak berguna, Jihoon justru semakin gencar melucuti setiap benang yang tersisa pada tubuh Hyunsuk. Begitu bersemangat untuk segera menikmati mangsanya.

Hyunsuk terus melakukan perlawanan, mencoba menjauh dari cekalan tangan Jihoon meski itu tidak ada gunanya.

"Semakin kau melawan, semakin aku bergairah untuk menyetubuhimu."

Tanpa peringatan lagi Jihoon langsung melesakkan kejantanannya, menerobos paksa anal Hyunsuk yang masih kering tanpa pelumas sedikitpun.

"Hmpp—" Hyunsuk tersungkur, kepalanya terbentur cukup keras pada kaca yang terletak di tengah daun pintu.

Ia menangis, menahan rasa sakit yang menjalar pada bokong hingga pinggangnya. Satu tangan berusaha mendorong Jihoon agar menjauh, sementara tangan lain menggenggam erat pegangan pintu.

"Akhh! S-sakit, Jihoon—hhh!"

Kala Hyunsuk meraung dalam kesakitannya, Jihoon justru merasa sangat nikmat, gairahnya meletup-letup saat rungu itu mendengar Hyunsuk memohon kepayahan.

"Ahh! Jihoon nghh berhenti!"

Hyunsuk menunduk, memohon dengan air mata terurai. Tapi, Jihoon malah menjambak rambutnya dan membuat Hyunsuk menatap kaca di depannya.

Sebuah pantulan diri tercipta, sosok cantik tengah menahan rasa nikmat sampai wajahnya merah padam.

"Kau lihat? Ini wajah seseorang yang memohon untuk berhenti." kata Jihoon sembari menghentak keras prostat Hyunsuk, membuat wajah cantik Hyunsuk semakin needy.

Nightmare [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang