"Terimakasih telah berkunjung." Hyunsuk membungkukkan badannya, menampilkan wajah ramah kala pengunjung terakhir meninggalkan kafe tempat ia bekerja.
Setelah pengunjung itu pergi, Hyunsuk membalik papan bertuliskan open menjadi close,
Menutup pintu lalu berjalan menuju dapur, mengambil lap untuk membersihkan meja-meja kotor bekas pengunjung.
Hari ini kafe tutup lebih awal karena Haruto memiliki urusan mendesak.
Itu sedikit menguntungkan bagi Hyunsuk, setidaknya ia bisa berada di rumah sebelum pukul sebelas.
Ia akan menggunakan waktu itu untuk istirahat.
Karena akhir-akhir ini Hyunsuk merasa tubuhnya mudah lemas dan lesu. Biasanya ia kuat ketika tidur sesudah pukul dua dini hari, tapi, beberapa hari ini, ia merasa tubuhnya lemah meski tidur dengan normal.
Mungkin ia harus memeriksa kesehatannya jika ada waktu nanti.
Untuk berjaga-jaga, memeriksa kalau saja ia memiliki penyakit yang mematikan atau umurnya sudah tidak lama lagi atau ya— pikirannya mulai tidak masuk akal, lagi.
Suara gedubruk membuat Hyunsuk menoleh, melihat Haruto yang menjatuhkan nampan kayu. Ia mengernyit, Haruto terasa sangat aneh hari ini.
Tingkahnya benar-benar di luar kebiasaan. Haruto itu bukan seseorang yang ceroboh, dia tidak mudah membuat kesalahan. Tapi, hari ini dia melakukan kesalahan berkali-kali.
"Kau baik-baik saja, Haruto?" akhirnya Hyunsuk bertanya setelah menahan rasa penasarannya seharian.
Haruto tidak menjawab, dia hanya memungut nampan yang ia jatuhkan lalu membawa nampan itu ke dapur.
Apa suara Hyunsuk tidak terdengar?
Tapi, rasanya itu tidak mungkin. Tempat ini sunyi sekali, detik jarum jam bahkan terasa sangat keras, tidak mungkin suaranya tidak terdengar.
Hyunsuk jadi semakin penasaran akan apa yang terjadi pada Haruto. Apa sesuatu ini sangat penting atau sangat mengganggu Haruto hingga pemuda itu kehilangan konsentrasi?
Memilih untuk tidak ikut campur lebih jauh, Hyunsuk kembali melanjutkan pekerjaannya agar bisa segera pulang.
Sekitar empat puluh lima menit setelah menutup kafe, Hyunsuk dan Haruto selesai membersihkan tempat itu.
"Aku tidak bisa mengantarmu, hyung. Maaf." Haruto berbicara pada Hyunsuk sambil mengunci pintu kafe.
Hyunsuk hanya mengangguk. Tak apa, lagi pula ini baru pukul sepuluh, masih cukup sore.
Setelah memastikan pintu kafe terkunci dengan benar, Haruto dan Hyunsuk berjalan bersama sebelum akhirnya Haruto memutuskan untuk berjalan lebih dahulu, dengan terburu-buru.
Hyunsuk semakin dibuat heran, apa yang begitu penting sampai Haruto meninggalkannya?
Mata Hyunsuk membulat besar kala teringat cerita Asahi.
Apakah...
Buru-buru Hyunsuk mengikuti Haruto, berlari cukup kencang agar bisa menyusul si pemuda tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare [✓]
Fantasy"Seharusnya aku tidak menolongmu!" ↺BxB || Homo || Gay || Yaoi ↺Ft. Harukyu