Biasanya Hyunsuk paling semangat dengan pelajaran olahraga, apalagi permainan sepak bola. Namun kali ini Hyunsuk sedikit tidak berselera, entah mengapa tubuhnya terasa begitu lesu dan lemas.
Dia dan teman-teman sekelasnya sedang peregangan sekarang. Beberapa bergerak tak tentu arah, beberapa terlihat bermain-main dan beberapa terlihat malas-malasan
Hyunsuk masuk dalam jajaran pertama, meski ia sedang lemas dan lesu tapi ia bukan anak pemalas atau murid yang suka main-main. Itu bukan Hyunsuk sekali.
Dia mengedarkan pandangannya mencari di mana pemuda yang sudah beberapa hari ini terus bermain dikepalanya.
Jihoon. Pemuda itu terus membuat kekacauan dalam hidup Hyunsuk. Sudah hampir dua minggu sejak pertemuan pertama mereka, selama itu pula kehidupan Hyunsuk tidak berjalan selancar biasanya.
Hyunsuk lebih sering melamun ketika ada Jihoon, pikirannya kosong dan tidak bisa ia kontrol. Seolah jiwanya bukan miliknya lagi ketika ada Jihoon.
Beberapa kali juga Hyunsuk bisa merasakan sesuatu yang aneh terjadi di sekitar Jihoon. Seperti kemarin, Hyunsuk ingat betul Jihoon sedang makan siang bersamanya dan yang lain.
Oh benar, Jihoon, Yoshi dan Jaehyuk sudah akrab, jadi mereka terkadang makan siang bersama. Terkadang, karena Jihoon lebih sering sendirian.
Kembali pada keanehan yang Hyunsuk rasakan di sekitar Jihoon. Bisa Hyunsuk ingat dengan jelas jika ia pamit pada teman-temannya untuk ke toilet sebentar, tapi dalam perjalanan ia terpeleset dan hampir jatuh jika tidak ada yang menahannya.
Hampir, karena Jihoon datang dan menahannya. Padahal saat itu jaraknya dan Jihoon sudah cukup jauh, tidak mungkin Jihoon bisa berpindah tempat secepat itu. Tidak mungkin. Sedangkan itu terjadi bukan sekali atau dua kali. Tapi berkali-kali. Itu tidak bisa disebut kebetulan.
Dan sekarang terjadi lagi.
Hyunsuk melihat siluet Jihoon berada dilantai dua, tengah menatapnya seperti biasa. Tatapan itu selalu berhasil membuat Hyunsuk kehilangan arah.
"Hyunsuk awas!" teriakan Mashiho disusul jeritan banyak orang membuat Hyunsuk melepaskan pandangannya dari Jihoon.
Dan sebuah bola mengarah padanya, waktu berjalan begitu cepat hingga Hyunsuk sudah siap pingsan tertimpa bola itu.
Tapi tidak, Hyunsuk justru merasa seseorang manarik tubuhnya dan melindunginya dari hantaman bola. Matanya yang terpejam dengan perlahan kembali terbuka, memastikan jika ia benar-benar selamat dari bola itu.
Dada seseorang adalah hal pertama yang ia lihat, dada yang entah mengapa terasa begitu dingin.
"Hyunsuk, kau tak apa?"
Hyunsuk tidak menggubris pertanyaan Yoshi, ia hanya fokus pada seseorang yang menolongnya. Tegukan ludah dengan susah payah berhasil melewati tenggorokannya,
Lutut Hyunsuk langsung lemas begitu tahu siapa yang menolongnya. Jihoon. Jihoon menolongnya dengan menjadi tameng agar Hyunsuk terlindungi.
Tidak mungkin.
Tidak mungkin Jihoon bisa turun dan menolongnya begitu saja, bola itu tidak mungkin menunggu sampai Jihoon sampai di sana, seharusnya bola itu sudah menghantam kepala Hyunsuk bahkan sebelum Jihoon sampai pada anak tangga.
Tapi ini, bagaimana bisa Jihoon berada didepannya?
"Hyunsuk!" dia mengerjap begitu tubuhnya terguncang dengan keras dibarengi suara yang memekakan telinga.
"Eoh— tak apa, aku tak apa." entah kenapa ia berbicara dengan gugup.
"Syukurlah. Kupikir kau akan geger otak tadi." Jaehyuk menjitak kepala Asahi yang berbicara sembarangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare [✓]
Fantasía"Seharusnya aku tidak menolongmu!" ↺BxB || Homo || Gay || Yaoi ↺Ft. Harukyu