01

34 12 1
                                    

"astaghfirullah anak gadis! Ini kamar apa kapal pecah, berantakan amat ni" ujar wanita paruh baya diambang pintu dengan berkacak pinggang menyaksikan kelakuan tiga anak gadisnya dengan ruangan disekitarnya yang sangat-sangat berantakan.

"Padahal hari ini weekend loh, bukannya beberes kamar atau ngapain kek ngelakuin hal yang bermanfaat. Malah pada males-malesan gini" tambahnya

"nah, justru karena weekend mah. Kita mau bersantai, kan cape daring Mulu mah" bela salah satu anak gadisnya—sophia

"Halah kamu tuh ya. Daring, ga daring juga sama aja. Padahal kan enak tuh daring, ngerjain tugas bisa sambil tiduran. Bisa ngerjain tugas kapanpun itu dan yang paling penting bisa nyari jawaban di internet jadi ga perlu pusing-pusing lagi deh—kurang enak apa coba?"

"Andai mama tau, daring itu tidak seenak yang mama pikirkan" timpal Aira dengan dramatis

"Halah2 mama gamau tau, pokoknya hari ini kalian semua harus beresin kamar kalian titik gapake koma"

***

Orangtuanya sengaja menempatkan ketiga anaknya dalam satu kamar yang sama, alasannya agar mereka lebih akur dan kompak. Nyatanya ketiganya hanya akur ketika sama-sama disalahkan—seperti saat ini.

"Kesha, beresin meja belajar kamu. Kumpulin kertas-kertas yang berserakan itu, susun buku-buku kamu yang rapi—dan ingat jangan main komputer mulu. Sekali-kali kamu keluar gih buat olahraga atau ngapain jangan didepan komputer mulu. Mama heran deh sama kamu, kerjaannya main komputer mulu tapi mata kamu kok ga rabun ya"

"Hm, iya mah"

"Sophia, berhenti makan snack diatas kasur, nanti remahannya pada jatuh kekasur dan nanti malah ada semut diatas tempat tidur kamu itu!" Sophia hanya menghembuskan nafasnya kasar


"Dan kamu Aira"

"iya tau ma, beresin meja riasnya, rapihin alat-alat make up nya dan jangan gunain skincare dengan boros" tebak Aira yang sudah tau apa yang akan mamanya perintahkan

"nah bagus, satu lagi beresin lemari baju kamu tuh, udah kaya dosa kamu aja numpuk-numpuk gajelas gitu"

"ih mama!" mamanya hanya terkekeh

"Yauda, kalian beresin itu semua nanti. Sekarang kalian turun kebawah buat sarapan, papa udah nungguin dari tadi tuh. Cepet gih kasian papa udah laper"

"iya ma" jawab ketiganya dengan bersamaan

***

"huh cape juga ya"

"dih anjir, lu abis ngapain? beberes aja kaga pake bilang cape segala—capean juga gua kali" geram Aira sembari menidurkan badannya diatas kasur bersebelahan dengan sang kakak—sophia

"wah lo makin lama, makin ga sopan ya" Sophia melemparkan guling tepat mengenai wajah cantik sang adik

"Bangsat!"

"sopan dikit kek, sama kaka lo. Malah manggil pake gua-elu lagi, panggil gua kakak!"titah Sophia yang geram akan kelakuan aira yang dianggap tidak sopan

"dih berharap banget lu!" tantang aira dengan berdiri diatas kasur, seolah-olah mengajak sang kakak untuk bergulat dengannya.

"wah malah nantangin nih bocil!"

"berisik!" ucapan dari kesha mampu membuat nyali adik-adiknya menciut, dan mulai duduk kembali seperti posisi semula

"lu ngapain sih ka? dari tadi ngotak-ngatik komputer mulu. Pergi keluar kek, kan tadi juga lu disuruh keluar main sama mama" Ujar aira yang mulai jengah akan kelakuan kakaknya satu ini. Sudah enak2 dikasih kebebasan eh malah disia-siakan

***

"Sophia, hari ini kamu belanja keperluan dapur ya sama kakak kamu. Biar dia yang nganter kamu naik mobil, mama sama papa mau pergi dulu" perintah sang mama kepada anak keduanya

"loh kok aku ma?"

"Udah, gaada penolakan. Kesha kamu Anter adikmu ya" Kesha hanya mengangguk sebagai jawaban

"loh aku dirumah sendirian dong ma"

"iya kamu jaga rumah"

" Ih gamau ma, aku ikut kakak aja deh. Sekalian beli skincare yang udah pada abis ya?" bujuk aira dengan pupil eyes nya

"yauda sana, tapi belinya pake duit kamu sendiri"

"Ih tapi ma—"sedangkan sang mama langsung melengos pergi begitu saja. Hal itu membuat Kesha dan Sophia tertawa

"duh kacian"

***

"ra, lu pokoknya harus temenin gua"

"Lah kok gua, kan yang tadi disuruh mama— kakak" aira menengok kearah kesha

"lah gua mah cmn disuruh nganter doang, dah gua mau ke granmed"Kesha langsung pergi meninggalkan adik-adiknya yang sedang bertengkar didalam mall.

"ayo" Sophia menarik kasar tangan adiknya untuk pergi mengikutinya

"Kak, gua mau keatas"rengek aira dengan berusaha memohon kepada sang kakak. Sophia menghempaskan cekalan tangannya dan menatap tajam aira.

"yauda sana,huss"

"Yess!! Makasi kak. bye" aira mengecup pipi kakaknya dan langsung pergi begitu saja, tak memperdulikan Sophia

"anjir beneran ditinggal dong gua"

***

Surganya anak kutu buku ialah grandmedia, tidak hanya anak kutu buku sebenernya sih. Tapi kebanyakan ya itu, buku-buku tertata rapi di tempatnya ada novel, buku tulis, kitab, Alkitab dan masih banyak lainnya. Kesha bingung harus membeli buku apa, dirumah ia sudah memiliki banyak sekali novel.

jikalau ia membeli novel lagi, pasti mamanya akan mengomelinya. ia merupakan tipikal anak yang apabila ia sudah merasa bosan dengan buku ataupun itu ia pasti akan membuangnya, itu berlebihan sih. mungkin hanya menyimpannya dan takkan pernah ia buka lagi.

Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah buku yang sedikit menarik perhatiannya, bukunya bisa dibilang sudah kusam. Ia yakin pasti buku ini sudah ada dirak tersebut sangat lama, buktinya buku tersebut sudah berdebu dan kotor

Kesha mengambil buku dengan cover nuansa hitam dan gambar sebuah topeng, ia menjadi lumayan tertarik untuk membaca buku tersebut. Buku dengan judul " manipulation and persuasion" berhasil memikat hatinya dengan segera ia kekasir untuk membayar buku tersebut

***

"Gila anjir, gua udah kayak emak-emak. Beli sayur-sayuran gini. Coba aja kalo gua udah punya laki, beuh pasti udah ditemenin sama laki gua. Jadi ga sendirian kek gini"  sophia menggerutu kesal, ia masih terus memilih sayur-sayuran yang disuruh oleh sang mama

"Gila ini mah banyak banget, wah gabisa nih gua! ini aja baru sayur-sayuran belom yang lain, ya gustii"

"ada yang bisa saya bantu mba?" seorang pegawai mal menghampiri Sophia, karena ia rasa Sophia membutuhkan bantuan. Mendengar seseorang menawarkan bantuan Sophia menjadi amat senang

"ada mas!"

"apa mba?"

"bantuin saya beli ini semua" Sophia menyodorkan kertas yang berisi list belanjaan, pegawai itu melotot ketika mengetahui list barang yang ditulis sangat banyak.

"mas!"

"eh iya mba, ayo sini saya bantu" pegawai itu mulai membantu Sophia mencari barang yang ia butuhkan, Sophia tersenyum senang. Yah setidaknya ia tidak sendirian lagi, ia sudah memiliki pasangan—eh tunggu?

three vicious little girls (TVLG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang